Jika ada seorang perempuan berani dan memiliki empati terhadap sesama muslim, maka itu lah Ummu Kultsum. Namanya Ummu Kultsum binti Uqbah, putri dari seorang pemuka Quraisy saat itu. Ayahnya, Uqbah bin Muayyad adalah sosok yang keras dan kejam. Ia pernah menginjak leher Rasulullah ketika berada di makam Nabi Ibrahim. Namun, sekejam-kejamnya Uqbah bin Muayyad ia tetaplah seorang ayah yang menyayangi putrinya.
Ummu Kultsum adalah salah satu perempuan yang memiliki empati tinggi. Ia tak tahan melihat penderitaan yang dirasakan oleh umat muslim saat itu. Dengan tekad kuat, ia berencana kabur pada malam hari untuk hijrah ke Madinah.
Secara diam-diam, Ummu Kultsum menyelinap ke kandang unta. Sebelumnya ia juga sudah mempersiapkan bekal guna menuju Madinah. Sebenarnya ia juga merasakan takut, tetapi iman yang kuat membawanya pergi meninggalkan Mekah. Dengan mengendarai unta, ia menuju Madinah di malam hari dengan diterangi cahaya purnama.
Aksi Ummu Kultsum diketahui oleh saudaranya, Walid dan Amarah bin Uqbah. Mereka menyusul saudara perempuannya tersebut dengan mengambil jalur yang berbeda, agar keduanya dapat mendahului Ummu Kultsum.
Baca juga: Ummu Kultsum binti Ali bin Abi Thalib, Saudari Hasan dan Husein
Isi perjanjian Hudaibiyah dimanfaatkan Walid dan Amarah untuk menghadapi Rasulullah. Saat itu perempuan Mekah tanpa persetujuan wali yang berangkat ke Madinah harus dikembalikan ke Mekah. Tentu Walid dan Uqbah meminta agar Rasulullah menepati perjanjian tersebut.
Saat itu juga, Ummu Kultsum mengadu kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, saya adalah seorang perempuan. Anda tahu bagaimana kelemahan perempuan itu?”
Berkatalah Rasulullah, “Allah membatalkan janji itu untuk perempuan sepertinya. Pergilah dari sini!” Tegas Rasulullah kepada Walid dan Amarah. Keduanya pulang dengan rasa kesal dan amarah.
Di Madinah, Ummu Kultsum menjadi primadona baru. Ia juga diberlakukan dengan terhormat. Hingga suatu ketika empat sahabat Rasulullah menaruh hati kepadanya. Sebuah pilihan sulit baginya, keempat sahabat itu adalah Zubair bin Awwam, salah seorang sahabat yang sudah masuk Islam sejak remaja. Ia juga dikenal sebagai sahabat yang cerdas dan berani.
Kedua adalah sahabat Abdurrahman bin Auf. Dia adalah sahabat yang jujur, tekun, dan dermawan. Ketiga, Amr bin Ash. Rasulullah secara khusus menjulukinya sebagai belahan jantung kota Madinah. Dan keempat adalah Zaid bin Haritsah. Ia merupakan anak angkat dari Rasulullah.
Cahaya Pertama
Ummu Kultsum pergi ke Utsman bin Affan yang juga salah seorang saudaranya dari jalur ibu. Ia hendak meminta pendapat Utsman perihal memilih di antara keempat sahabat tersebut. Tetapi kedatangannya tidak menghasilkan keputusan. Pasalnya Utsman juga bingung apabila dihadapkan pada pilihan di antara keempat sahabat tersebut.
Akhirnya Ummu Kultsum pergi ke Rasulullah. Ia menceritakan perihal kebingungannya tersebut. Rasulullah menyarankan agar ia memilih Zaid bin Haritsah. Beberapa waktu kemudian keduanya menikah.
Pernikahan Ummu Kultsum dan Zaid bin Haritsah tidak bertahan lama. Pernikahan ini dikaruniai dua orang anak, namun keduanya meninggal. Setelah meninggalnya anak yang kedua, rumah tangga mereka retak. Kejadian ini membuatnya tampak bersedih.
Cahaya Kedua
Desas-desus keretakan rumah tangga Ummu Kultsum dengan Zaid bin Haritsah menyebar. Zubair bin Awwam yang kalah bersaing dengan Zaid memanfaatkan momen tersebut untuk mendekati kembali Ummu Kultsum. Setelah berakhirnya masa iddah, Ummu Kultsum menerima lamaran Zubair bin Awwam.
Beberapa waktu kemudian, Ummu Kultsum merasa ada perubahan sikap dari Zubair bin Awwam. Hingga ia tak tahan dan mengajukan gugatan cerai kepada Zubair bin Awwam. Zubair sebenarnya masih ingin mempertahankan rumah tanggaanya, tetapi Ummu Kultsum terus mengajukan cerai, hingga akhirnya keduanya bercerai.
Zubair bin Awwam pernah mencoba rujuk dengan mantan isterinya tersebut, tetapi Ummu Kultsum menolaknya. Hati Ummu Kultsum tersakiti untuk yang kedua kalinya.
Baca juga: Kisah Cinta Dua Putri Rasulullah SAW: Diceraikan Dua Anak Abu Lahab dan Dinikahi Utsman
Cahaya Ketiga
Setelah kegagalan rumah tangga yang kedua, muncul lah Abdurrahman bin Auf. Ia brencana melamar Ummu Kutsum, setelah melewati beberapa pertimbangan keduanya menikah.
Pernikahan keduanya begitu meriah. Ummu Kultsum dan Abdurrahman bin Auf juga tampak harmonis. Sejak menikah, perdagangan Abdurrahman bin Auf juga mengalami kemajuan. Melihat kesuksesan sahabatnya, Rasulullah menasehati agar tetap hati-hati dengan kekayaannya.
Keharmonisan rumah tanga keduanya tidak bertahan lama. Ummu Kultsum kembali menjanda. Kali ini bukan karena bercerai, melainkan Allah telah memanggil Abdurrahman bin Auf terlebih dahulu ke hadirat-Nya. Untuk ketiga kalinya, Ummu Kultsum mengalami kesedihan.
Cahaya Keempat
Kesedihan Ummu Kultsum mereda. Seorang telah menunggunya. Ia adalah Amr bin Ash. Amru bin Ash tampak sabar menunggu. Meski menjadi yang keempat, hal tersebut tak membuat Amr bin Ash sirna rasa cintanya kepada Ummu Kultsum.
Menjelang pernikahan, keduanya bersepakat untuk saling menerima masing-masing kelebihan dan kekurangan, serta memahami kondisi yang terjadi. Pernikahan keempat Ummu Kultsum ini berjalan harmonis dan bahagia. Namun, Ummu Kultsum lagi-lagi dihadapkan pada takdir Allah, suami keempatnya ini meninggal terlebih dahulu. Ia menjanda untuk keempat kalinya.
Ummu Kultsum binti Uqbah adalah sosok perempuan yang jujur, cantik, dan cerdas. Kedatangannya ke Madinah menjadikannya sebagai sesosok bunga baru. Hingga keempat sahabat Rasulullah berencana meminangnya. Bahkan ketika hanya satu pilihan yang dipilih Ummu Kultsum, ketiganya menunggu dengan sabar, hingga takdir Allah mengarah kepada mereka untuk menikahi Ummu Kultsum. (AN)