Setelah kabar terbunuhnya Utsman dipatahkan dan Utsman bin Affan kembali dengan selamat. Datanglah utusan Quraisy kepada Rasulullah SAW untuk mengajak berdamai. Utusan tersebut bernama Suhail bin Amr, saudara Bani Amir bin Luay.
Saat Suhail datang kepada Rasulullah SAW dan berbicara panjang lebar terkait tujuannya datang karena diutus oleh para pembesar Quraisy untuk berdamai dengan Rasul SAW dan mungkin saja beberapa pembicaraan yang lain, akhirnya diputuskan oleh Rasulullah SAW bahwa beliau mau berdamai dengan kaum Quraisy yang berada di Mekkah.
Kabar perdamaian ini tidak disetujui oleh sebagian sahabat. Salah satu sahabat Rasulullah Saw. yang tidak setuju dengan keputusan perdamaian yang disetujui Rasulullah tersebut adalah Umar bin Khattab. Umar menyatakan ketidaksetujuannya kepada sahabat Abu Bakar as-Shiddiq.
Umar berkata kepada Abu Bakar, “Bukankah dia (Nabi Muhammad) utusan Allah Swt?” Abu Bakar menjawab, “Benar.” Umar bertanya kembali, “Bukankah kami orang-orang muslim, sedangkan mereka (kaum kafir Quraisy) adalah orang-orang musyrik?” “Benar Umar,” jawab Abu Bakar. Umar melanjutkan pertanyaannya, “Lalu mengapa kita rela menjual agama kita hanya dengan kehidupan duniawi kita?”
Pertanyaan Umar ini membuat Abu Bakar agar marah, “Wahai Umar, tetaplah mentaatinya (Rasulullah Saw.)” Umar malah menjawab, “Aku (bersikap seperti ini) justeru karena mentaati (ajaran)nya.”
Tidak puas dengan jawaban Abu Bakar, Umar langsung mendatangi Rasul dan menyatakan ketidaksetujuannya atas rencana perdamaian Rasul dengan kaum Quraisy tersebut dengan kata-kata dan pertanyaan yang hampir sama dengan pertanyaan dan perkataan yang ia sampaikan kepada Abu Bakar.
Namun jawaban Rasulullah SAW saat itu malah ingin menunjukkan bahwa perdamaian tersebut adalah keputusan yang dilandaskan pada wahyu Allah, “Aku utusan Allah, aku tidak akan menyalahi perintah Allah dan Dia tak akan menyia-nyiakanku.”
Mendengar penjelasan Rasulullah tersebut, Umar kemudian bertaubat dan memohon maaf kepada Rasul. Tidak hanya meminta maaf, Umar bahkan bercerita bahwa ia telah memerdekakan budak sebagai penebus atas kesalahannya saat itu.
Wallahu a’lam.