Sebagai pemimpin umat yang besar Rasulullah Saw memiliki seorang juru bicara (Jubir). Namanya Tsabit b. Qais seorang sahabat Nabi dari golongan Anshor. Gaya bicaranya lantang, tegas, lugas, jelas dan sangat mempesona sehingga mampu mengalahkan lawan bicaranya. Selain itu beliau juga terkenal sebagai pria berpenampilan parlente, busananya modis dan terkesah wah, sehingga yang memandangnya seketika jatuh terkesima.
Rasulullah Saw pernah kedatangan sekelompok delegasi dari Bani Tamim. Mereka membawa misi diplomasi dengan menunjuk salah satu tokoh bernama Utharid b. Hajib sebagai jubir mereka.Tetapi diplomasi mereka justru berbalik arah karena mereka terpesona dengan cara bicara dan penampilan jubir Rasulullah. Itulah kehebatan Tsabit b. Qais.
Sekalipun begitu, Tsabit b. Qais sempat menyesali dirinya memiliki bakat yang luar biasa itu. Dia menyesali pembawaan gaya bicaranya yang lantang, sebab ada ayat yang mencegah sahabat “bersuara keras melebihi suara Rasulullah.” Dia khawatir dengan penampilannya yang selalu parlente dan tampak wah, karena ada ayat al-Qur’an yang menjelaskan “Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang angkuh dan sombong” .
Kabar penyesalan dan kekhawatiran Tsabit b. Qais itupun sampai ke telinga Rasulullah Saw. Beliau menghibur Jubirnya itu dengan berkata: “Wahai Tsabit! Engkau tidak termasuk yang disebutkan dalam ayat al-Qur’an itu. Terpujilah kamu dan bahagialah kamu dengan bakatmu itu sebab kamu akan dimasukkan surga oleh Allah.”
Apa yang disabdakan Rasulullah kepada Tsabit b. Qais rupanya benar terbukti. Sepeninggal Rasulullah, umat Islam yang hidup di bawah kekhalifahan Abu Bakr dikagetkan dengan insiden Yamamah. Serangan pemberontakan secara tiba-tiba dilancarkan oleh Musailamah al-Kazdab. Umat Islam tidak memiliki persiapan dan hanya mampu bertahan dari gempuran pemberontak.
Tsabit b. Qais pada saat pertempuran itu bertindak sebagai pemegang panji-panji (bendera) Anshor. Beliau bersama dengan Salim Maula Abi Huzdaifah (pembawa panji-panji Muhajirin) berusaha bertahan dengan cara menggali pasir. Mereka berdua menanam setengah badannya dalam timbunan pasir, menyisakan kepala dan kedua tangan mereka yang tetap kokoh mengibarkan panji-panji bendera Anshor dan Muhajirin. Pertempuran yang tak seimbang pada akhirnya menjadikan mereka berdua gugur sebagai syuhada yang mempertahankan panji-panji tetap dalam genggaman tangan.
Pada saat Tsabit b. Qais gugur di medan laga, ada seorang yang baru masuk Islam melintas di dekat jasad beliau. Orang itu tergiur dengan baju besi yang masih menempel di badan Tsabit, lalu mengambilnya untuk dimiliki. Supaya tidak terlacak baju besi milik Tsabit b. Qais itu dibawa pulang dan disimpannya di bawah periuk besar yang ditutup pelana unta.
Perang Yamamah usai dan jasad Tsabit b. Qais dimasukkan ke dalam liang lahat oleh Abdullah b. Ubaidillah al-Anshari. Dalam hadits riwayat al-Baihaqi, disebutkan bahwa ketika Abdullah b. Ubaidillah dan sahabat lainnya memasukkan ke liang lahat mereka mendengar jasad Tsabit b. Qias itu berkata: “Muhammad adalah utusan Allah, Abu Bakar itu orang yang terpercaya, Umar itu seorang syahid dan Utsman itu orang yang baik lagi penyayang.”
Pengalaman Abdullah b. Ubaidillah ini tentang seorang Jubir Rasulullah yang telah wafat tapi tetap berkomunikasi dengan orang hidup adalah bukan satu-satunya. Dikisahkan Tsabit datang dalam tidur seorang muslimdan berkata padanya, “Aku hendak mewasiatkan kepadamu satu wasiat; tapi jangan sampai kau katakan bahwa ini hanya mimpi lalu kamu sia-siakan! Sewaktu aku gugur sebagai syahid, lewat ke dekatku seseorang Muslim lalu diambilnya baju besiku. Rumahnya sangat jauh, orang tersebut memiliki kuda kepalanya mendongak ke atas seakan-akan tertarik tali kekangnya.
Baju besi itu disimpan ditutupi sebuah periuk besar, dan periuk itu ditutupi pelana unta. Pergilah kepada Khalid minta ia untuk mengirimkan orang mengambilnya! Kemudian apabila kamu sampai ke kota Madinah menghadap khalifah Abu Bakar, katakan kepadanya bahwa aku mempunyai utang sekian banyaknya, aku mohon agar ia bersedia membayarnya.”
Maka sewaktu laki-laki itu terbangun dari tidurnya, ia terus menghadap kepada Khalid bin Walid, lalu diceritakannyalah mimpi itu. Khalid pun mengirimkan untuk mencari dan mengambil baju besi itu, lalu menemukannya sebagai digambarkan dengan sempurna oleh Tsabit. Lalu setelah Kaum Muslimin pulang kembali ke Madinah, orang tadi menceritakan mimpinya kepada khalifah, beliau pun melaksanakan wasiat Jubir Rasulullah yang sudah wafat itu.
Baru pertamakali terjadi dalam sejarah Islam, ada wasiat dari seorang yang telah meninggal yang dilaksanakan secara sempurna. Apa lagi kalau bukan wasiat Tsabit bin Qais(?) Sudah dikubur, tapi Jubir Rasulullah Saw yang memiliki bakat luar biasa sewaktu hidupnya, masih tetap bisa berkomunikasi dengan orang hidup yang diinginkannya. Wallahu a’lam