Tidak hanya istri, suami juga memiliki tugas dalam proses persalinan. Tugas melahirkan memang dibebankan kepada istri, namun bukan berarti diam saja. Suami juga bisa membantu persalinan istri.
Bukan rahasia lagi jika perempuan memiliki pengalaman biologis yang berbeda dari laki-laki. Di antaranya adalah menstruasi, hamil, melahirkan, nifas dan menyusui. Bahkan pengalaman biologis ini disebut dalam Al-Qur’an. Mulai dari proses terciptanya makhluk hingga keluhan-keluhan yang dirasakan oleh seorang ibu hamil serta proses persalinan yang tidak bisa dibilang mudah. Salah satu contohnya adalah kisah kehamilan dan persalinan Sayyidah Maryam dalam Al-Qur’an Surah Maryam ayat 23 yang berbunyi:
(فَأَجَاۤءَهَا ٱلۡمَخَاضُ إِلَىٰ جِذۡعِ ٱلنَّخۡلَةِ قَالَتۡ یَـٰلَیۡتَنِی مِتُّ قَبۡلَ هَـٰذَا وَكُنتُ نَسۡیࣰا مَّنسِیࣰّا)
Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata, “Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.”
Selain proses kehamilan dan persalinan yang tidak sebentar, tentu yang tidak boleh dilupakan adalah proses mengasihi, merawat, dan membesarkan anak seperti yang ditulis dalam Al-Qur’an Surat al-Ahqaf ayat 15 yang berbunyi:
(وَوَصَّیۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ بِوَ ٰلِدَیۡهِ إِحۡسَـٰنًاۖ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ كُرۡهࣰا وَوَضَعَتۡهُ كُرۡهࣰاۖ وَحَمۡلُهُۥ وَفِصَـٰلُهُۥ ثَلَـٰثُونَ شَهۡرًاۚ حَتَّىٰۤ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُۥ وَبَلَغَ أَرۡبَعِینَ سَنَةࣰ قَالَ رَبِّ أَوۡزِعۡنِیۤ أَنۡ أَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ ٱلَّتِیۤ أَنۡعَمۡتَ عَلَیَّ وَعَلَىٰ وَ ٰلِدَیَّ وَأَنۡ أَعۡمَلَ صَـٰلِحࣰا تَرۡضَىٰهُ وَأَصۡلِحۡ لِی فِی ذُرِّیَّتِیۤۖ إِنِّی تُبۡتُ إِلَیۡكَ وَإِنِّی مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِینَ)
Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun dia berdoa, “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sungguh, aku termasuk orang muslim.”
Memang tugas mengandung dan melahirkan diberikan secara istimewa untuk seorang ibu. Tetapi yang tidak boleh dilupakan adalah pada ayat tersebut Allah tidak hanya meminta kepada setiap hamba-Nya untuk berbakti kepada ibunya melainkan kepada kedua orangtuanya.
Baca juga: Doa Persalinan
Artinya dapat disepakati bersama bahwa seorang ayah yang turut andil dan suami yang membantu persalinan istrinya dalam proses hamil hingga merawat dan membesarkan anak, juga memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan bakti anak sebagaimana anak tersebut berbakti kepada ibunya. Hanya saja karena tidak mengalami secara langsung, tidak sedikit seorang suami yang bingung harus berbuat apa ketika sang istri sedang mendapati kedatangan pengalaman biologisnya dan ia harus mendampingi.
Berikut ini adalah tips dari Bidan Yessie Aprillia yang dikhususkan untuk para calon ayah yang pasangannya sedang mengandung dan kelak akan menjadi pendamping persalinan sang istri. Dalam buku Bebas Takut Hamil dan Melahirkan, Bidan Yessie yang juga pakar persalinan gentle birth, menjelaskan bahwa sebagai suami dan calon pendamping persalinan yang baik, penting bagi seorang calon ayah untuk melibatkan diri dan memahami proses persalinan yang alami.
Tanyakan kepada pasangan dukungan seperti apa yang dia inginkan agar proses biologis ini terasa lebih menyenangkan dan minim rasa sakit. Hal ini senada dengan perspektif Keadilan Gender Islam yang diusung oleh Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm. Selain itu, bantu pasangan untuk menyiapkan mental, pikiran, dan tubuhnya untuk menjalani proses persalinan. Ketika kontraksi tiba, upayakan untuk tetap tenang dan memberikan sugesti positif dengan suara yang lembut.
Proses persalinan sangatlah krusial, oleh karena itu, persiapkan lah jiwa dan raga sepenuh hati. Mempersiapkan jiwa bisa dengan menemani pasangan dan membimbingnya dengan memperbanyak doa-doa khusus untuk persalinan. Sedangkan mempersiapkan raga. Terutama bagi para pendamping persalinan, selain kesehatan fisik, wangi dan kesegaran aroma tubuh penting untuk diperhatikan karena proses persalinan seringkali membuat seorang ibu bersalin menjadi sangat sensitif.
Proses persalinan membutuhkan waktu beragam, ada yang sebentar ada juga yang membutuhkan waktu berhari-hari. Oleh karena itu jika suami sebagai pendamping persalinan hendak meninggalkan ruang persalinan untuk beristirahat sejenak atau merasa penat, bicaralah kepada pasangan yang tengah berjuang merasakan wahnan ‘ala wahnin.
Setelah persalinan usai, sering kali pasangan kehabisan tenaga, berilah waktu untuk pasangan agar dapat beristirahat. Ajaklah pasangan untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang bernutrisi untuk proses pemulihan pasca persalinan. Diawal menjadi orang tua, tentu pasangan akan merasa kelelahan karena bayi sering kali menangis di malam hingga dini hari sehingga menyebabkan berkurangnya waktu tidur, oleh karena itu bersedialah menemani pasangan untuk ikut andil mengambilkan popok, membantu menggendong, menemani ketika bayi terbangun tengah malam, hingga bergantian beristirahat.
Memang tidak mudah bagi suami jika ingin membantu persalinan istri, tetapi jika dilakukan dengan penuh cinta dan penuh kesadaran atas tanggung jawab dan komitmen baru sebagai orang tua, tentu hal ini mudah dilakukan oleh suami manapun yang ingin ikut andil meminimalisir rasa sakit dari pengalaman biologis pasangannya terutama pengalaman seputar persalinan. (AN)
Sekian. Wallahu a’lam.