Kita sering mendengar perkataan “Dunia ini hanya tempat persinggahan”. Perkataan ini memang benar adanya. Kita hidup di dunia bukan tujuan utama, akan tetapi tujuan utama kita ialah kehidupan yang abadi di akhirat kelak.
Kehidupan di dunia bertujuan untuk mencari bekal untuk kehidupan akhirat kelak. Maka tidak heran, Allah SWT memperingati hambanya tentang bahaya mencintai dunia berlebihan. Allah SWT juga memberitahu hambanya bahwa kehidupan yang kekal adalah kehidupan di akhirat, Allah SWT berfirman:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (16) وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ (17) (سورة الأعلى :16-17)
“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi (16) sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan kekal (17).” (Q.S al-A’laa : 16-17)
Kemudian timbul pertanyaan di dalam diri kita, apakah kehidupan di dunia semuanya buruk?
Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam karanganya Kitab al-Hikam, membagi hal yang sifatnya duniawi menjadi tiga macam, yaitu:
الدُّنْيَا المـَحْمُوْدَةُ : هِيَ الَّتِيْ يَصِلُ بِهَا إِلىَ فِعْلٍ خَيْرٍ، أَوْ يَنْجُوْ بِهَا مِنْ فِعْلٍ شَّرٍّ
“Dunia yang baik yaitu dapat membawa kepada perbuatan baik, atau menyelamatkan dari perbuatan buruk.”
الدُّنْيَا المـُبــَاحَةُ: هِيَ الَّتِيْ لَا يَقَعُ بِسَبَبِهَا فِيْ تَرْكِ مَأْمُوْرٍ و لا رُكُوْبِ مَحْظُوْرٍ
“Dunia yang diperbolehkan, dunia yang tidak menyebabkan suatu perintah (agama) ditinggalkan dan melakukan sesuatu yang dilarang.”
الدُّنْيَا المـَذْمُوْمَةُ عَلَى لِسَانِ الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ: هِيَ الَّتِيْ يَقَعُ بِسَبَبِهَا فِيْ تَرْكِ طَاعَةٍ أَوْ فِعْلِ مَعْصِيَةٍ
“Dunia yang tercela, sesuai dengan penjelasan al-Quran dan Sunnah, yakni dunia yang dapat membuat kita meninggalkan ketaatan (kepada Allah), atau melakukan perbuatan maksiat.”
Dari penjelasan di atas, kita memahami bahwa hal duniawi yang tercela ialah yang membuat kita lalai terhadap perintah Allah dan bermaksiat kepadanya, sehingga menjerumuskan kita terhadap cinta dunia yang berlebihan dan melupakan akhirat.
Sebaliknya, sesuatu yang sifatnya duniawi itu bisa menjadi baik bagi kita, apabila hal itu menjadi perantara kita untuk sampai kepada perbuatan baik.
Wallahu A’lam.