Menghormati keturunan Rasulullah SAW bagian dari tradisi yang berlaku di Indonesia. Sampai saat ini, penghormatan terhadap keturunan Rasul masih berlaku, baik di desa ataupun di kota.
Namun masalahnya, tidak semua keturunan Rasul mencerminkan akhlak dari Rasulullah. Masyarakat menjadi dilema, apakah keturunan Rasul yang seperti itu patut dihormati ataupun diikuti? Apakah tidak menghormati keturunan Rasul menunjukkan ketidakcintaan terhadap Rasulullah?
Dalam program Shihab & Shihab ada yang menanyakan perihal ini kepada Prof. Quraish Shihab. Sebagaimana kita ketahui, selain ahli tafsir, Prof. Quraish juga keturunan Rasulullah. Beliau tidak mau dipanggil habib, seperti keturunan Rasul pada umumnya. Penulis tafsir al-Misbah itu menjelaskan cinta itu dalam hati. Kita tidak bisa mengukur si A cinta ini dan itu dari sisi lahiriah. Bisa saja ada suami-istri yang mengatakan aku cinta padamu, padahal sebenarnya tidak cinta.
Ada ungkapan, kata Prof. Quraish Shihab, engkau mengaku mencintai Rasulullah, padahal amalanmu tidak sesuai dengan amalan Rasul. Siapa yang mencintai seorang pasti akan selalu mengikutinya. Orang yang cinta pada Rasul, dia pasti akan berusaha untuk mengikuti Rasulullah.
“Ada orang mengaku keturunan Nabi, tapi amalannya tidak sesuai dengan tuntunan Nabi, tidak harus dihormati dong. Ada orang bukan keturunan Nabi, tapi amalnya sangat baik, wajar dihormati dan dicintai, Kemudian, ada orang keturunan Nabi, amalnya baik, kita beri dia penghormatan, sekali kita menghormati pribadi dia yang baik itu, sekaligus kita menghormati dia punya hubungan dengan Nabi,” Tegas Prof. Quraish Shihab.
Siapapun yang berakhlak baik mesti kita hormati, baik dari keturunan Rasulullah ataupun tidak. Sementara kalau ada keturunan Rasul yang tidak mencerminkan akhlak Rasul, tidak harus dihormati. Ketidaksukaan kita terhadap akhlak buruknya tidak berati menandakan ketidakcintaan terhadap Rasulullah SAW.