Tidak Hanya Dzikir Dianjurkan di Bulan Ramadhan, Tetapi Juga Berpikir

Tidak Hanya Dzikir Dianjurkan di Bulan Ramadhan, Tetapi Juga Berpikir

Tidak Hanya Dzikir Dianjurkan di Bulan Ramadhan, Tetapi Juga Berpikir
Prof. Quraish Shihab

Dzikir dan fikir adalah dua hal yang mesti jalan berbarengan. Namun sayangnya tidak banyak yang melakukan keduanya berbarengan. Padahal menurut Prof. Quraish Shihab kedua hal itu mudah sekali. Beliau menyatakan, “Dzikir, atau tadzakkur, itu mudah sekali. Bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Tapi kita sering mengabaikan. Tafakur begitu juga, mudah sekali. Bisa dilakukan kapan dan di mana saja.”

Sebagian orang memahami dzikir atau dzikrullah hanya melafalkan subhanallah, alhamdulillah, atau kalimat dzikir lainnya. Padahal dzikir lebih luas dari itu. Intinya, dzikir berati mengingat atau menyebut Allah. Dzikir bisa mengingat atau menyebut.

“Apa yang anda sebut, bisa juga anda ingat. Apa yang anda ingat, bisa anda sebut,” Jelas Prof. Quraish Shihab.

Dzikir maknanya sangat luas. Jangan sampai kita sempitkan maknanya. Misalnya, membatasi dzikir itu mesti dibaca ratusan kali. Setelah itu, tidak berdzikir lagi. Apalagi Rasulullah sudah mencontohkan, beliau dzikir lebih dari seratus kali, dan membiasakan untuk senantiasa ingat kepada Allah dalam kondisi apapun.

Dzikir kepada Allah, kata Prof. Quraish Shihab, itu juga bisa menyebut namanya Allah, seperti melafalkan ar-Rahman, ar-Rahim, dan seterusnya. Bisa juga dengan menyebut perbuatannya. Melihat alam raya dan takjub dengan ciptaan Allah, juga bagian dari dzikir. Hal ini sebagaimana dipesankan Allah kepada Nabi Musa di dalam al-Qur’an, “Ingatlah pada hari-hari Tuhan”. Apa yang dimaksud hari Tuhan? Hari di mana tampak dengan jelas kekuasaan Allah.

Ketika Tsunami terjadi, kita berdzikir, ingat Allah. Ketika hari proklamasi atau kemerdekaan, kita takjub dan merasakan nikmat Allah luar biasa. Selama apa yang kita kaitkan dan rasakan dikaitkan dengan Allah, itu bisa dikatakan dzikir.

“Segala sesuatu yang terbentang di alam raya ini, dapat dijadikan jangkar untuk anda berdzikir. Lihat orang sakit berzikir. Bahkan kegiatan-kegiatan yang anda lakukan, atau dilakukan oleh orang lain, yang berada di luar kontrolnya, pun dituntut untuk berdizkr. Bersin itu dibawah kontrol atau tidak? Tidak ya, ada tidak dzikirnya, ada: alhamdulillah, begitu dia berkata, alhamdulillah. Jawab, yarhamukallah, begitu dia berkata. Semua dzikir itu bisa dilakukan kapan dan di mana saja,” Jelas Prof. Quraish Shihab.

Selain dzikir, yang perlu kita biasakan adalah tafakur, berpikir tentang kekuasaan Allah untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Cobalah untuk menyisihkan sedikit waktu untuk merenung. Sebagaimana sabda Rasulullah: Tafakkaru sa’atan khairun min ‘ibadatin sanah—Bertafakur sesaat lebih baik daripada ibadah setahun. Jika ibadah hanya dilakukan secara lahiriah, tanpa disertai tafakur, maka itu tidak maksimal. Tafakur itu adalah memanfaatkan apa yang kita ketahui untuk mencapai apa yang belum kita ketahui.

“Belajar itu juga bagian dari berpikir, seperti belajar kedokteran, kimia, atau ilmu lainnya, itu adalah bentuk tafakur,” Tegas Prof. Quraish Shihab.

Dengan demikian, jangan jadikan bulan puasa hanya terbatas pada hal-hal yang biasa kita lakukan, seperti ngaji atau kegiatan lainnya. Manfaatkan kesempatan ini untuk lebih banyak berdzikir dan merenung.