Jika kita berbicara mengenai Khilafah Islamiyah, maka yang terpikir selanjutnya adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). HTI adalah organisasi–yang sejatinya adalah partai yang paling getol meneriakkan tegaknya Khilafah Islamiyah. Mereka memang dicabut status badan hukumnya, tapi ada lagi yang mirip. Front Pembela Islam (FPI) yang dideklarasikan pada 17 Agustus 1998 lalu tersebut juga punya cita-cita yang sama; menegakkan Khilafah Islamiyah.
Mari kita simak pernyataan Kabid Penegakan Khilafah DPP FPI Awit Masyhuri. Menurutnya, FPI sejatinya telah merumuskan jalan menegakkan khilafah sejak 2008 pada Musyawarah Nasional II FPI. Rumusan itu kemudian diperdalam di Munas berikutnya pada 2013. Jadi soal Khilafah bagi FPI bukan barang baru dan sampai saat inipun, semangatnya masih sama.
Kita lantas bertanya, kenapa FPI menginginkan Khilafah? jawabannya adalah karena negara-negara Islam tidak berdaya dan tercerai berai. Dalam posisi ini, FPI berupaya menyatukan negara-negara Islam agar mereka memiliki kekuatan yang signifikan di dunia. Sekilas, memang tampak mulia.
“Yang penting kita bersatu, kalau sudah bersatu, nanti kita sepakat bikin khilafah, atau OKI kita bikin khilafah, enggak ada masalah, yang penting dunia Islam bersatu,” tutur Awit Masyhuri.
Faktanya, penegakkan Khilafah Islamiyah ala HTI secara konsep adalah menghilangkan Nation State. Tidak ada lagi negara bangsa, yang ada adalah dunia jadi satu kedaulatan di bawah naungan panji Khilafah Islamiyah. Apakah semangat Khilafah ala FPI demikian juga?
“Kalau mereka merasakan persatuan itu luar biasa, dengan sendirinya (lenyap) sekat-sekat seperti Indonesia, Malaysia, kalau mereka menyadari hal ini. Enggak mau pakai lagi nama-nama (negara) itu tapi menjadi satu kesatuan, enggak bisa dipungkiri,” tambah Awit Masyhuri.
Jadi, di titik ini jelas ada persamaan HTI dan FPI, tyakni usaha penghapusan Nation State, bahwa tidak ada lagi negara bangsa, tidak ada lagi Indonesia, Malaysia dan lain sebagainya. Meskipun Statement Pak Awit masih ambigu, dia juga menjelaskan jika umat Islam walaupun Khilafah sudah tegak kelak dan masih nyaman dengan negaranya masing-masing ya Tak masalah jelasnya.
FPI tidak main-main rupanya dalam cita-citanya menegakkan Khilafah. Selain mengkampanyekan idenya melalui cara sosialisasi ke masyarakat lewat dakwah di tabligh akbar, majelis taklim, seminar, forum kajian, maupun artikel di buletin dan media sosial, FPI juga mengadakan konsolidasi dengan ormas-ormas Islam lainnya. HTI diindikasikan adalah salah satunya. FPI juga pernah menyurati Kedubes Arab Saudi untuk membahas Khilafah dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) ketika menggelar konferensi di Indonesia. Namun surat itu tak berbalas.
Ide untuk mendirikan Khilafah Islamiyah bagi saya berbahaya bagi bangsa ini. Apalagi, jikapada proses menggapai cita-citanya dengan merongrong konsensus bersama para pendiri bangsa. NKRI dan Pancasila sudah selesai dan para pendiri bangsa yang merumuskan toh juga dari Ulama-ulama.
Lantas seperti yang HTI selalu teriakkan, Pancasila adalah hasil ciptaan Thaghut itu tentu saja berbahaya. Apalagi diikuti dengan seruan, setiap apa yang dilakukan pemerintah adalah salah. Kenapa hal itu bisa terjadi?
Dalam ideologi khilafah islamiyah, apapun yang dilakukan negara, jika tidak berdasarkan Khilafah maka akan salah. Atau sering mereka teriakkan, apapun persoalan yang terjadi di Indonesia, Khilafah solusinya. Angin surga tentang khilafah semacam ini telah menerpa di timur tengah, dengan janji-janji manis ketika Khilafah ditegakkan, namun apa yang terjadi? Saat ini negara-negara tersebut hancur.
Pemerintah dan masyarakat hendaknya hati-hati terhadap Ormas apapun yang menginginkan sistem lain atas bangsa ini. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin Indonesia seperti Libya, Tunisia, Yaman, dan Suriah yang hancur lebur akibat termakan janji manis penegakan Khilafah Islamiyah. Dan, tentu saja kita tidak ingin seperti itu terjadi.