Dalam beberapa hari ini, tentara Myanmar membombardir sejumlah desa yang dihuni mayoritas muslim Rohingya lewat serangan udara via helikopter. Api membumbung tinggi, ratusan rumah dilaporkan terbakar, dan warga berlarian mengungsi ke luar area.
Sebagaimana dilaporkan BBC dan Guardian, eskalasi kekerasan di kawasan berpenduduk Muslim Rohingya meningkat lagi. Pemerintah Myanmar mengerahkan tentara dan helikopter serta menembaki desa-desa kaum muslim Rohingya sebagai respon atas penyerangan tiga pos polisi di perbatasan yang menewaskan 9 aparat. Menurut Human Right Watch, akibat serangan tentara Myanmar itu sekurangnya 430 rumah hancur terbakar dan ribuan orang mengungsi. Tidak ada angka pasti berapa jumlah korban akibat serangan darat dan udara ini.
Peristiwa ini kembali menaikkan eskalasi persoalan Muslim Rohingya di Myanmar yang menjadi perhatian dunia sejak kekerasan rasial 2012 lalu. Kekerasan sektarian yang dilancarkan oleh kaum Budha garis keras serta tentara Burma telah menewaskan 130an orang dan membuat ribuan muslim Rohingya mengungsi, sebagian di antaranya mengungsi ke Indonesia. Muslim Rohingya, yang merupakan minoritas di Myanmar, dianggap sebagai imigran ilegal yang tak layak tinggal di Burma, meski mereka sudah menempati desa-desa mereka selama beberapa generasi.
Human Right Watch mendesak pemerintah Myanmar menghentikan aksi penyerbuan serta membiarkan tim PBB untuk masuk ke wilayah konflik. Sejak meletusnya kekerasan massal terhadap muslim Rohingya, pemerintah Burma melarang media asing memasuki wilayah-wilayah Rakhine demi membatasi laporan ke dunia internasional. Dengan minimnya pemberitaan tentang Rohingya, di sisi lain hoax beredar, dengan berita dan foto palsu kekejaman terhadap muslim Rohingya. [vic]