Muslim Uighur China menjadi bahasan perbincangan akhir-akhir ini. Utamanya mereka yang tinggal diprovinsi Xinjiang yang merupakan provinsi terbesar di China. Provinsi ini dikenal menyimpan sumber daya alam banyak. Uighur menjadi pusat pemberitaan akhir-akhir ini ketika muncul kabar adanya kamp tahanan massal yang dilakukan oleh pemerintah China terhadap mereka. Media Barat banyak menyebut bahwa terjadi pelanggaran HAM berat terhadap muslim Uighur. Sedangkan pemerintah China membantahnya dengan menyebut apayandilakukannya sebagai pencegahan terhadap terorisme.
Jika dilihat dari sejarahnya suku Uighur sudah sangat ada di daerah Xinjian. Sebelum Islam datang, orang Uighur menganut agama Budha, Shamanian hingga Manicheism. Peninggalan agama Budha bisa dilihat dari beberapa bangunan candi. Diantaranya candi Ming Oy di Ughuristan. Masuknya Islam di Uighur disebutkan dalam sejarah ada sejak 934 M. Peninggalan kebudayaan Islam banyak sekali di Uighur, diantaranya bangunan masjid megah, madrasah dan lain sebagainya. Diantara masjid yang megah adalah masjid Azna (dibangun abad ke-12), Idgah (abad ke-15) dan Appak Khoja (abad ke-18).
Orang Uighur mirip orang Eropa Kaukasus. Secara kultural mirip terhadap bangsa di Asia Tengah. Laman wikipedia menulis Uighur atau Uygur, Uigur, salah satu suku minoritas resmi di Republik Rakyat Tiongkok. Suku ini merupakan keturunan dari suku kuno Huihe yang tersebar di Asia Tengah. Populasi suku ini juga tersebar di Kazakhstan, Kyrgystan dan Uzbekistan. Bersama dengan suku Hui, suku Uighur menjadi suku utama pemeluk Islam di Tiongkok. Namun ada perbedaan diantara keduanya utamanya budaya dan gaya hidupnya namun ada perbedaan budaya. Suku Uighur lebih bernafaskan sufi sedangkan suku Hui lebih pada mazhab Hanafi. Adapun suku Hui lebih dekat dengan mayoritas suku Han secara kultural dan linguistik. Disebutkan bahwa diantara etnis muslim China yang lain, suku Hui juga merupakan yang paling banyak menikmati kebebasan sipil, seperti membangun mesjid atau mendapat dana negara buat membangun sekolah agama.
Awal kekerasan yang terjadi di Uighur adalah ketika muncul deklarasi kemerdekaan pada awal abad ke-20. Etnis Uighur mendeklarasikan kemerdekaannya dengan nama Turkestan Timur. Kemudian tahun 1949 pemimpin China waktu itu, Mao Zedong menjadikan Xinjiang ke dalam kekuasaan penuh Beijing. Dari sinilah hubungan suku Uighur dengan pemerintah China mulai bermasalah. Pemerintah China mulai mengontrol Xinjian. Otoritas China menuduh etnis minoritasnya dengan gerakan separatisme dan terorisme. Salah satu kelompok yang paling aktif memperjuangkan kemerdekaan Uighur di Xinjiang adalah Gerakan Islam Turkestan Timur (ETIM). Kelompok lain adalah Partai Islam Turkestan yang dituding pemerintah China bertalian erat dengan Al-Qaida, dan bertanggungjawab atas serangkaian serangan bom di ruang publik di Xinjiang. (dari berbagai sumber)