Pilpres 2024: Relasi Para Calon dengan Negara Adidaya AS-China, Mana yang Paling Kuat?

Pilpres 2024: Relasi Para Calon dengan Negara Adidaya AS-China, Mana yang Paling Kuat?

Meskipun Jokowi telah menyatakan netralitasnya dalam pemilu, presiden yang populer ini diperkirakan akan memberikan dukungan tidak langsung kepada Prabowo, bahkan dengan mengorbankan PDI-P-nya sendiri.

Pilpres 2024: Relasi Para Calon dengan Negara Adidaya AS-China, Mana yang Paling Kuat?

Jebakan Thucydides mencerminkan dinamika Cina-AS saat ini di dunia multipolar, yang menggambarkan ketegangan antara kekuatan-kekuatan yang sedang naik daun dan kekuatan-kekuatan yang dominan. Asia Tenggara, khususnya Indonesia, adalah pusatnya.

Posisi strategis Indonesia membuatnya sangat berharga bagi kedua negara adidaya tersebut. Tiongkok melihatnya sebagai penghubung Jalur Sutra Maritim, sementara AS melihat Indonesia sebagai penyeimbang demokratis di Indo-Pasifik.

Pemilu 2024 dapat memiringkan kebijakan luar negeri Indonesia yang secara historis seimbang, memengaruhi dinamika kekuatan regional dan masa depan ekonomi. Selain itu, stabilitas pasca-pemilu Indonesia akan memiliki efek riak di seluruh ASEAN.

Menjelang pemilu Indonesia 2024, sangat penting untuk memahami arus bawah geopolitik yang membentuk setiap pasangan calon presiden dan wakil presiden. Pasangan-pasangan ini, melalui afiliasi domestik dan internasional mereka, mengindikasikan adanya potensi pergeseran dalam dinamika kekuatan regional. Menggali lebih dalam tentang hal ini akan mengungkap permadani aliansi yang rumit, ikatan historis, dan lintasan kebijakan potensial yang diwakili oleh masing-masing pasangan. Berikut ini adalah pemeriksaan terperinci:

 

Anies-Muhaimin: Pendidikan AS dan Perjalanan Politiknya

Sering dijuluki sebagai “Anak Amerika” karena latar belakang pendidikannya di Amerika Serikat, naiknya Anies Baswedan dari Gubernur Jakarta di bawah bendera Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai calon presiden menunjukkan sebuah lintasan yang tampaknya didukung oleh kepentingan Amerika.

Kunjungan Duta Besar Amerika Serikat ke kantor PKS pada tahun 2023 dapat dilihat sebagai dukungan implisit terhadap Anies. Namun, penurunan yang jelas dalam dukungan terbuka dari AS setelah hasil jajak pendapat Anies yang tidak terlalu baik mungkin menandakan politik pragmatis daripada kesetiaan yang kuat.

Di dalam negeri, Anies semakin merangkul komunitas minoritas, terutama masyarakat Tionghoa. Hal ini tidak hanya memperbaiki citranya setelah menggunakan politik identitas pada Pilkada DKI Jakarta 2017, namun juga menarik perhatian dari Tiongkok. Namun, Anies tetap berhati-hati untuk tidak terlihat terlalu pro-Tionghoa.

Jika Anies-Muhaimin berhasil memenangkan pemilu, Amerika Serikat mungkin akan kembali tertarik pada Anies meskipun sebelumnya sempat ragu. Pendidikan Amerika yang diperoleh Anies tidak hanya bersifat akademis; namun juga mewakili penghargaan terhadap nilai-nilai demokrasi. Mengingat peran penting Indonesia di Asia Tenggara, AS mungkin melihat Anies sebagai penghubung yang penting.

Meskipun AS mungkin telah mengurangi dukungan terbuka selama masa kampanyenya, AS dapat mengevaluasi kembali pasca pemilihan. Langkah-langkah kebijakan luar negeri awal Anies akan mempengaruhi hubungan di masa depan, terutama jika ia condong ke arah nilai-nilai Barat.

Mengingat ketegasan regional Cina, terutama di Laut Cina Selatan, AS bertujuan untuk melibatkan negara-negara ASEAN yang sangat penting. Anies, berbeda dengan Prabowo yang memiliki hubungan langsung dengan AS, menawarkan kolaborasi melalui persona “Anak Amerika” dan kecenderungan demokratisnya.

Bagi Anies, keberpihakan AS dapat mengimbangi hubungan PKS yang kuat dan mencegah pengaruh Cina yang berlebihan. Pergeseran potensial AS pasca-pemilu ini menggarisbawahi sifat politik global yang terus berubah.

 

Dinamika Prabowo-Gibran: Poros Amerika yang Kuat di Tengah Perhitungan Domestik

Aliansi Prabowo-Gibran menandai pergeseran yang signifikan ke arah Barat, digarisbawahi oleh hubungan Prabowo Subianto yang sudah berlangsung lama dengan AS. Hubungannya dengan AS sudah terjalin sejak era rezim Orde Baru. Peningkatan hubungan Prabowo dengan AS, yang terlihat dari pencabutan larangan bepergian dan kesepakatan pertahanan yang ditandatangani selama masa jabatannya sebagai Menteri Pertahanan, menunjukkan kecondongan yang jelas dan strategis terhadap kepentingan Amerika.

Memasukkan Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Joko Widodo (Jokowi), ke dalam aliansi ini adalah strategi politik domestik yang cerdas. Meskipun Jokowi, sebagai presiden, sering dipandang selaras dengan Cina, persepsi ini membutuhkan analisis yang lebih dalam. Hubungannya yang dekat dengan Cina terutama disebabkan oleh hubungannya dengan PDI-P dan hubungannya yang penting dengan Cina.

Kepemimpinan PDI-P secara konsisten menyoroti peran Jokowi sebagai seorang pejabat partai, yang mengikatnya erat dengan dinamika partai. Namun, tujuan utama Jokowi adalah untuk melestarikan warisannya dan membangun sebuah dinasti politik yang potensial. Pendekatan praktis ini menunjukkan bahwa Jokowi mungkin bersedia untuk mengabaikan sikap Prabowo yang jelas-jelas pro-Amerika jika hal tersebut sejalan dengan tujuan jangka panjangnya, terutama dengan Gibran yang bertindak sebagai proksi untuk melindungi kepentingan Jokowi.

Pasangan Prabowo-Gibran dirancang untuk menarik perhatian domestik dan kepentingan internasional. Secara global, keselarasan ini menggemakan pola di Filipina, di mana hubungan historis dengan Amerika Serikat dihidupkan kembali untuk memenuhi tujuan politik kontemporer. Prabowo, dengan afiliasi Amerika-nya, dan Gibran, yang mewakili kelanjutan era Jokowi, menawarkan kemitraan yang menarik bagi AS.

Masa lalu Prabowo semakin menegaskan konteks ini dan interaksi yang dilakukannya dengan para pejabat Amerika baru-baru ini, termasuk pertemuannya dengan Menteri Pertahanan Amerika Serikat. Kunjungan Presiden Joko Widodo ke AS pada November 2023 menyoroti penguatan hubungan Indonesia-AS, terutama dalam masalah keamanan di kawasan Asia Tenggara. Dalam kunjungan ini, Jokowi memperpanjang kontrak Freeport selama 20 tahun, yang akan berakhir pada tahun 2061, yang menandakan keputusan ekonomi yang signifikan.

Kecerdikan sejati dari aliansi politik ini terletak pada daya tarik domestiknya.Gibran membawa pandangan baru, mewakili aspirasi generasi muda dan memastikan kelanjutan pengaruh Jokowi.Pada saat yang sama, ketokohan dan koneksi Prabowo melayani segmen masyarakat yang lebih tradisional, menjadikannya aliansi yang tangguh.

 

Ganjar-Mahfud: Mitra Strategis Tiongkok di Indonesia?

Hubungan PDI-P dengan Tiongkok yang mendalam sangat jelas terlihat. Berakar pada hubungan historis dan ideologis, hubungan PDI-P dengan Partai Komunis Cina (CPC) dan pertukaran pelatihan kader yang dilaporkan membuat pencalonan Ganjar menjadi penting.Perselisihan antara Jokowi dan PDI-P dapat mendorong sikap yang lebih tegas dari partai tersebut.

Ketertarikan Tiongkok yang jelas pada ibu kota Indonesia yang akan datang, Ibu Kota Nusantara (IKN), ditambah dengan ikatan historis PDI-P, mungkin memposisikan partai ini sebagai mitra yang lebih disukai untuk investasi-investasi Tiongkok di IKN.

Tiket Ganjar-Mahfud di bawah PDI-P dapat menjadi potensi penguatan hubungan Tiongkok-Indonesia. Dengan penekanan regional Tiongkok, terutama Inisiatif Sabuk dan Jalan, Ganjar dapat memanfaatkan kedekatan PDI-P dengan Beijing untuk mendapatkan keuntungan diplomatik dan ekonomi.

Namun, bersandar terlalu dekat dengan Tiongkok memiliki beberapa kelemahan. Ganjar harus memprioritaskan kepentingan Indonesia untuk memastikan otonomi strategis nasional.

Dinamika pasca pemilu antara PDI-P dan Jokowi juga perlu diperhatikan. Dengan kerumitan politik ini, Tiongkok mungkin akan berhati-hati, menilai lanskap sebelum membuat komitmen yang signifikan.

 

Kesimpulan

Pada titik ini, Prabowo tampaknya menjadi kandidat dengan momentum paling besar, terutama setelah menggandeng Gibran. Meskipun Jokowi telah menyatakan netralitasnya dalam pemilu, presiden yang populer ini diperkirakan akan memberikan dukungan tidak langsung kepada Prabowo, bahkan dengan mengorbankan PDI-P-nya sendiri.

Pemilihan ini tidak mungkin diputuskan hanya berdasarkan isu-isu kebijakan luar negeri.Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, isu-isu lokal yang mendesak, seperti ekonomi, pendidikan, dan infrastruktur, adalah prioritas yang lebih besar. Ganjar dan Anies dapat menunjukkan pencapaian yang solid dalam pemerintahan lokal, sementara Prabowo menikmati basis dukungan yang kuat di Sumatra Barat dan Jawa Barat.

Namun, banyak orang Indonesia yang cenderung melihat para kandidat melalui lensa hubungan mereka dengan AS dan Tiongkok. Indonesia telah lama berada dalam posisi yang tidak nyaman di antara kedua negara tersebut, dan kecurigaan bahwa seorang kandidat terlalu dekat dengan salah satu negara tersebut kemungkinan besar akan menimbulkan pengawasan.

Washington dan Beijing sendiri juga akan mengawasi kampanye ini dengan seksama. Masing-masing akan mencari keuntungan apa pun yang bisa mereka dapatkan di negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini. Pertaruhannya terlalu tinggi bagi mereka untuk tetap berada di pinggir lapangan. (AN)