Nama militan Taliban kembali mencuat setelah disebut mendalangi serangan bom bunuh diri di Lahore, Pakistan yang menewaskan 70-an warga di sebuah taman. Padahal ketika itu para koban sedang menikmati hari libur Paskah. Taliban mengklaim serangan itu ditujukan kepada umat Kristiani tapi kenyataannya justru mayoritas umat Islam yang tewas dalam serangan bom bunuh diri tersebut. Pakistan berkabung selama tiga hari dan berjanji akan memburu Taliban.
Bukan kali ini saja Taliban melakukan pembantaian warga sipil tak berdosa Pakistan, tapi mengapa sulit untuk dihentikan? Pemerintah stempat seolah hanya bereaksi terhadap militan ini setelah jatuh korban jiwa. Belum lagi sejumlah media besar menyebutkan bahwa pelaku serangan sejatinya adalah militan Jamaatul Ahrar sebuah faksi sempalan Taliban, ini kelompok bersenjata yang mana lagi?.
Sebenarnya sudah menjadi rahasia umum, setiap kelompok ekstrem sangat rentan terjadi sebuah konflik internal yang berujung perpecahan, termasuk Taliban. Bahkan terkadang kelompok ekstrem dan sempalannya ini satu sama lain terlibat bentrokan bersenjata karena masalah sepele.
Meskipun mereka terpecah atau muncul kelompok sempalan, masing-masing kelompok tidak lantas meninggalkan ideologi ekstrem yang dianut. Justru kadang tambah brutal. Mereka semakin berbahaya, terlebih bagi orang di luar kelompoknya.
Jadi siapa sebenarnya Taliban ini? Apa yang membuat mereka mampu bertahan hingga dua dekade? Apa bedanya mereka dengan Al Qaeda atau ISIS?
Menyusuri lika-liku perjalanan Taliban sangatlah panjang. Mengungkap militan Taliban Pakistan tak bisa dipisahkan dengan kemunculan militan Taliban di negeri Afghanistan. Taliban juga tidak ujug-ujug berdiri di Afghanistan, militan ini dilahirkan dari rahim peperangan yang melelahkan di negeri ini. Kita mulai dari sini, Afghanistan.
Afghanistan
Ada empat etnis utama di Afghanistan; Pashtun, Tajik, Hazara dan Uzbek. Etnis Pashtun adalah etnis terbesar bahkan keberadaannya hampir separuh dari populasi warga Afghanistan, dan menjadikan bahasa Pashtun sebagai bahasa resminya. Masyarakatnya mayoritas beragama Islam sunni, kecuali etnis Hazara yang rata-rata memeluk Islam Syiah.
Wilayah Afghanistan adalah bagian dari jalur sutera yang menghubungkan pedagang dari berbagai penjuru dunia. Hal ini menjadikan Afghanistan dalam sejarahnya sebagai tempat yang sering dikunjungi bangsa-bangsa besar dunia. Penyair besar India Muhammad Iqbal menggambarkan Afghanistan sebagai “the heart of Asia”. Pada abad pertengahan negeri ini dikenal dengan nama Khurasan.
Ketika era negara modern, pergantian kekuasaan di Afghanistan tidak pernah berjalan mulus alias seringkali diwarnai kudeta. Afghanistan yang dulunya kerajaan berubah menjadi Republik.
Afghanistan cukup lama berada dalam pengaruh kuat Uni Soviet, negeri ini kemudian dilanda perang saudara berkepanjangan yang melibatkan militer Uni Soviet demi memperkuat sekutunya yang sedang berkuasa.
Kaum pemberontak didukung penuh oleh negara tetangga Afghanistan, yakni Pakistan. Para pemberontak menyebut dirinya adalah “Mujahidin”. Banyak kamp-kamp pelatihan militer dibuka di Pakistan untuk melatih pemberontak, sementara Arab Saudi mensponsori kegiatan ini dengan menggalang relawan warga asing yang hendak bergabung, ada pemuda Arab Saudi bernama Osama bin Laden yang ikut bergabung dalam misi ini yang kelak sosoknya menjadi ikon teror global.
Amerika Serikat pun mendukung kaum pemberontak Afghanistan demi mengakhiri dominasi Uni Soviet di Afghanistan dengan menyuplai senjata melalui sekutunya, yakni Arab Saudi.
Militer Uni Soviet akhirnya angkat kaki dari Afghanistan tahun 1989, pemerintahan Afghanistan di bawah presiden Najibullah masih mampu bertahan sampai akhirnya digulingkan Mujahidin pada tahun 1991. Kelompok Mujahidin Afghanistan merupakan gabungan dari beberapa faksi kelompok pemberontak besar yang masing-masing pemimpinnya dengan berbagai latar etnis.
Dibidani Pakistan, kelompok Mujahidin kemudian mendirikan sebuah negara islam (Islamic State of Afghanistan) dan menunjuk Sibghatullah Mujaddedi sebagai kepala negara, kemudian dilanjutkan pada tahun 1992 majelis syuro pemerintahan Mujahidin menunjuk Burhanuddin Rabbani sebagai pengganti Sibghatullah Mujaddedi.
Bukannya keadaan membaik, Afghanistan terus terjerumus dalam perebutan kekuasaan antar faksi Mujahidin di beberapa wilayah. Pakistan menilai pemerintahan Mujahidin tidak bisa diandalkan untuk menjaga kepentingannya di Afghanistan.
Tidak puas dengan stabilitas pemerintahan yang ada, kemudian pada tahun 1993 muncul sebuah kelompok yang menamakan dirinya Taliban, sesuai dengan namanya, Taliban yang artinya pelajar agama, kelompok ini didominasi kaum pelajar dari madrasah sampai universitas dan semuanya beretnis Pashtun, etnis mayoritas di Afghanistan dan Pakistan. Kelompok Taliban memanfaatkan lemahnya pemerintahan dan carut-marutnya perang saudara Afghanistan dan mulai melancarkan serangan terhadap basis-basis Mujahidin yang menolak bergabung dengannya.
Sayangnya kelompok yang mengaku dari kalangan pelajar ini, kedepannya menyuguhi kita dengan praktek-praktek yang jauh dari layaknya kaum terpelajar. Kehadiran Taliban tak hanya petaka bagi Afghanistan dan kawasan tapi juga dunia Islam. []
Iqbal Kholidi adalah Pemerhati Timur Tengah. Bisa dijumpai di twitter @Iqbal__kholidi