Tafsir Surat Al-Waqi’ah Ayat 63-64: Siapa yang Menumbuhkan Tanaman?

Tafsir Surat Al-Waqi’ah Ayat 63-64: Siapa yang Menumbuhkan Tanaman?

Ini penjelasan makna surat al-Waqi’ah ayat 63-64

Tafsir Surat Al-Waqi’ah Ayat 63-64: Siapa yang Menumbuhkan Tanaman?
Kitab-kitab yang disusun rapi.

Dalam surat al-Waqi’ah ayat 60-62 ditegaskan bahwa Allah SWT mampu untuk menghidupkan dan mematikan manusia. Tidak ada satupun manusia yang bisa melawan kehendak Tuhan. Pada ayat selanjutnya, surat al-Waqi’ah ayat 63-64, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya yang lain, yaitu sebagai Dzat Maha Kuasa yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Allah berfirman:

أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَحْرُثُونَ () أَأَنْتُمْ تَزْرَعُونَهُ أَمْ نَحْنُ الزَّارِعُونَ

Afaroaitum maa tahrutsuun. Aantum tazra’uunahu am nahnuz zaari’uun

Artinya: 

“Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam. Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya?” (QS: Al-Waqi’ah ayat 63-64)

Setelah membahas manusia, Allah membahas tumbuh-tumbuhan. Ini memiliki banyak makna dan hikmah. Fakhruddin al-Razi dalam Tafsir Mafatihul Ghaib menafsirkan Allah sengaja menjelaskan tentang tumbuh-tumbuhan pada ayat di atas karena padi simbol rezeki atau tanaman yang menjadi makanan pokok manusia, sehingga mereka bisa bertahan hidup. Allah sebetulnya tidak hanya membahas soal padi. Pada ayat selanjutnya, Allah SWT juga menyinggung soal air. Padi dan air dibahas untuk menunjukkan keduanya makanan dan minuman pokok bagi manusia. Berkat keduanya manusia bisa bertahan dan hidup. Ini semakin memperkuat bahwa Allah tidak hanya mampu menghidupkan dan mematikan manusia, tetapi juga berkuasa untuk menyediakan makanan dan minuman yang membuat manusia bisa bertahan hidup lebih lama.

Ibnu ‘Asyur memiliki penafsiran yang berbeda terkait ayat ini. Allah membahas tumbuhan dalam rangka menyamakan kehidupan manusia seperti halnya padi. Seorang manusia terlahir dari pasangan laki-laki dan perempuan. Anak dari kedua pasangan tersebut juga akan memiliki pasangan dalam hidupnya dan melahirkan anak. Begitu seterusnya. Ini sama seperti bulir padi yang kelak akan melahirkan bulir lainnya. Proses kelahiran ini, baik manusia maupun tumbuhan, tidak dapat dilepaskan dari kuasa Allah SWT.

Pada ayat 63, Allah mendorong manusia untuk memperhatikan apa yang mereka tanam. Termasuk segala usaha yang sudah manusia lakukan untuk menumbuhkan tanaman yang mereka tanam, seperti pengolahan tanah sampai masa tumbuh benih. Ini menyinggung kerja keras manusia untuk menumbuhkan apa yang mereka tanam. Dalam ayat selanjutnya, Allah bertanya kepada manusia tentang usaha yang mereka lakukan untuk membuat tanaman tumbuh: apakah kerja keras itu membuahkan hasil atau tidak?

Manusia akan menyadari kekuasaan Allah ketika mereka tidak mampu menjawab apakah tanaman yang mereka tanam hasilnya sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Kalimat tanya dalam ayat 64 ini tujuannya bukan untuk mencari jawaban, tetapi membantah anggapan manusia yang menyatakan bahwa mereka mampu menumbuhkan apa yang mereka tanam.

Melalui tanaman dan tumbuhan ini, Allah mendorong manusia untuk selalu berpikir tentang kekuasaan Allah. Dari semua proses kehidupan di alam semesta kita bisa belajar tentang betapa agungnya kekuasaan Allah. Kekuasannya bisa kita temukan dan saksikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti tanaman dan tumbuhan.

Karena itu, Rasulullah melarang sahabatnya untuk mengatakan “aku menumbuhkan”, beliau mengganti ucapan itu dengan “aku menanam”, sebab tidak ada manusia yang punya kuasa untuk menumbuhkan, manusia hanya bisa berusaha untuk menanam. Hasilnya, Allah yang menentukan. Terakhir, bagi petani atau siapapun yang ingin memperoleh hasil panen yang memuaskan, Imam al-Qurthubi menganjurkan untuk membaca doa ini:

اَللهُ تَعَالٰى اَلزَّارِعُ وَالْمُنْبِتُ وَالْمُبْلِغُ اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَارْزُقْنَا ثَمَرَهُ وَجَنِّبْنَا ضَرَرَهُ وَاجْعَلْنَا لِأَنْعُمِكَ مِنَ الشَّاكِرِيْنَ

Allaahu ta’ala az-zaari’u wal munbitu wal mublighu. Allaahumma sholli ‘alaa muhammadin warzuqnaa tsamarahu wajannibna dhararahu waj’al lian’umika minasy syaakiriin

Artinya:

“Allah ta’ala yang membuat tanaman tumbuh. Ya Allah, berikan rahmat keagungan-Mu pada Nabi Muhammad. Berilah rezeki pada kami berupa buah-buahan tanaman tersebut dan jauhkanlah kami dari bahayanya. Dan jadikan kami termasuk yang mensyukuri nikmat-nikmat-Mu.”