Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 95-97: Zulkarnain Membangun Benteng Pembatas dari Ya’juj dan Ma’juj

Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 95-97: Zulkarnain Membangun Benteng Pembatas dari Ya’juj dan Ma’juj

Ini kisah Zulkarnain Membangun benteng dari Ya’juj dan Ma’juj

Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 95-97: Zulkarnain Membangun Benteng Pembatas dari Ya’juj dan Ma’juj
Kitab-kitab yang disusun rapi.

Zulkarnain memenuhi permohonan masyarakat yang dikunjunginya pada perjalanan ketiga sebagaimana tergambar dalam ayat 93-94. Akan tetapi, Zulkarnain menolak diberi imbalan oleh mereka. Tetapi Zulkarnain meminta bantuan tenaga mereka untuk bahu-membahu membangun dinding pembatas dari Ya’juj dan Ma’juj sebagaimana dijelaskan oleh Syekh al-Sya‘rawi dalam tafsirnya. Terkait hal ini, Allah SWT berfirman:

قَالَ مَا مَكَّنِّى فِيهِ رَبِّى خَيْرٌ فَأَعِينُونِى بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا () ءَاتُونِى زُبَرَ ٱلْحَدِيدِ ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا سَاوَىٰ بَيْنَ ٱلصَّدَفَيْنِ قَالَ ٱنفُخُوا۟ ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَعَلَهُۥ نَارًا قَالَ ءَاتُونِىٓ أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا () فَمَا ٱسْطَٰعُوٓا۟ أَن يَظْهَرُوهُ وَمَا ٱسْتَطَٰعُوا۟ لَهُۥ نَقْبًا

Qola ma makkanni fihi robbi khoirun fa’a‘inuni bi quwwatin aj‘al bainakum wa bainahum rodma () Atuni zubarol hadid. Hatta idza sawa bainas shodafaini qolan fukhu. Hatta idza ja‘alahu naron qola atuni ufrigh ‘alaihi qithro () Famas tho‘u ay yazhharuhu wa mastatho‘u lahu naqba ()

Artinya:

“Zulkarnain berkata, “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhan kepadaku itu lebih baik. Maka bantulah aku sekuat tenaga agar dapat membuatkan dinding antara kamu dan mereka. Berilah aku potongan-potongan besi.” Hingga apabila besi itu sudah sama rata dengan kedua gunung itu, dia berkata, “Tiuplah!” Hingga apabila ia sudah menjadikannya api, dia pun berkata, “Berilah aku tembaga agar kutuangkan ke atasnya”. Maka, mereka tidak mampu mendakinya dan mereka tidak mampu (pula) melubanginya.” (QS: Al-Kahfi ayat 95-97)

Pada ayat sebelumnya dinding yang diminta oleh masyarakat Cina kepada Zulkarnain dengan menggunakan kata saddain ‘dua dinding’. Akan tetapi, Zulkarnain, menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, menawarkan hal yang lebih baik dan kokoh. Hal ini tergambar dalam kata rodma (ردما). Ia adalah sesuatu yang diletakkan di atas sesuatu yang lain sehingga saling berdempet.

Menurut Syekh Nawawi Banten dalam Murah Labid, Zulkarnain mengeduk pondasi benteng atau dinding kokoh tersebut. Tinggi benteng itu setinggi dua gunung, dan panjangnya sepanjang 100 farsakh, sekitar 554 kilometer. Selain besi, besi dan tembaga, dinding ini juga terdiri atas bebatuan. Menurut Quraish Shihab, batu tidak disebutkan dalam ayat ini karena besi merupakan unsur yang terpenting, dan tidak semudah menemukan batu, sekaligus untuk menyebutkan kekokohannya.

Sementara itu, Ibnu ‘Asyur dalam al-Tahrir wat Tanwir berpendapat bahwa bangunan Zulkarnain itu adalah tembok Cina yang agung yang dibangun pada abad ke-3, sepanjang 3.300 kilometer, dengan ketebalan 25 kaki di bagian bawahnya dan bagian atasnya 15 kaki, dan dengan tinggi sekitar 15 kaki.

Ada hal penting yang ditulis Quraish Shihab terkait Zulkarnain yang menolak menerima imbalan membangunkan benteng atau dinding penghalang Ya’juj dan Ma’juj. Menurutnya, betapapun kekuatan yang dimiliki dan betapapun kekayaan yang dikuasi seorang penguasa, itu semua lemah dan tidak ada manfaatnya dalam membangun suatu masyarakat kalau tidak disertai dengan partisipasi semua anggotnya. Sebaliknya, walaupun masyarakat lemah dalam pengetahuan, tidak memahami banyak uraian, lagi tidak atau belum berdaya -seperti masyarakat yang ditemui Zulkarnain-partisipasi mereka tetap diperlukan.

Tanpa imbalan, di hadapan mereka yang tidak mengerti, lalu membuatkan yang lebih baik, sekaligus mendidik mereka melalui partisipasi, itulah yang dilakukan oleh penguasa adil. Menurut Quraish Shihab, hal ini berbanding terbalik dengan yang lumrah terjadi dewasa ini. Banyak pemborong bangunan, bahkan penguasa yang telah bermandikan uang. Mereka masih saja menyusahkan rakyat atau bawahannya. Pantas Al-Qur’an mencantumkan kisah Zulkarnain ini agar diteladani.