Kami telah menjelaskan mengenai latarbelakang surat al-Kahfi diturunkan, di antaranya adalah kelompok musyrik Mekah yang bertanya pada Nabi Muhammad mengenai tiga hal. Tiga pertanyaan yang dimaksud itu mengenai ashabul kahfi, zulkarnaen, dan ruh. Ketiga pertanyaan itu untuk menguji apakah Nabi Muhammad mengetahuinya atau tidak. Jika mengetahui, maka ia benar-benar nabi utusan Allah. Mengenai Ashabul Kahfi, lihat kembali ayat 60 hingga 82. Pada ayat 83 hingga 99, Al-Qur’an mengisahkan tentang Zulkarnain. Terkait Zulkarnain, Allah SWT berfirman:
وَيَسْـَٔلُونَكَ عَن ذِى ٱلْقَرْنَيْنِ ۖ قُلْ سَأَتْلُوا۟ عَلَيْكُم مِّنْهُ ذِكْرًا () إِنَّا مَكَّنَّا لَهُۥ فِى ٱلْأَرْضِ وَءَاتَيْنَٰهُ مِن كُلِّ شَىْءٍ سَبَبًا () فَأَتْبَعَ سَبَبًا
Wayas’alunaka ‘an dzil qornain. Qul sa’atluu ‘alaikum minhu dzikro () inna makkanna lahu fil ardhi wa aatainahu min kulli sya’in sababa () fa’atba‘a sababa ()
Artinya:
“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain, Katakanlah, ‘Aku akan bacakan pada kalian sebagian dari berita tentangnya’. Kami itu sungguh telah memberikan kekuasaan kepadanya di muka bumi, dan Kami pun telah menganugerahkan kepadanya jalan untuk (mencapai) segala sesuatu. Maka dia pun menempuh suatu jalan.” (QS: Al-Kahfi Ayat 83-85)
Mereka yang bertanya dalam ayat ini adalah orang-orang musyrik Mekah sebagaimana disebutkan dalam mukadimah tulisan ini. Mereka bertanya pada Nabi Muhammad mengenai kisah Zulkarnain. Tidak ada riwayat valid mengenai siapa Zulkarnain. Zulkarnain sendiri secara harfiah berarti pemilik dua tanduk. Diberi gelar demikian karena rambutnya yang panjang dan disisir dan digulung sedemikian rupa bagaikan dua tanduk; atau karena dia memakai perisai kepala yang terbuat dari tembaga menyerupai tanduk. Ada juga yang berpendapat bahwa dia mencetak uang logam dengan gambar berbentuk dua tanduk yang melambangkan dirinya serupa dengan Amoun, yakni yang dipertuhan oleh orang-orang Mesir kuno.
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menyebutkan empat pendapat mengenai siapa itu Zulkarnain.
Pertama, Zulkarnain adalah Alexander The Great dari Macedonia. Inilah pendapat yang paling populer. Namun Quraish Shihab tidak sependapat dengan pendapat populer tersebut. Pasalnya, Alexander dari Macedonia itu bukan orang yang taat beragama, tidak mengakui keesaan Allah, bahkan penyembah berhala. Ini bertentangan dengan yang disebut oleh ayat ini bahwa Zulkarnain adalah orang yang taat beragama dan mengakui keesaan Allah.
Kedua, Zulkarnain adalah penguasa Himyar (Yaman) dengan alasan bahwa penguasa-penguasa Yaman menggunakan kata Dzu pada awal namanya seperti Dzu Nuwas dan Dzu Yazin.
Ketiga, Thahir bin ‘Asyur berpendapat bahwa Zulkarnain adalah seorang penguasa dari Cina bernama Chin Syi Huang.
Keempat, Zulkarnain adalah pendiri Imperium Persia, yakni Koresy (539-560 SM). Tokoh ini terkenal saleh dan bijaksana antara lain tercermin dalam izinnya kepada orang-orang Yahudi meninggalkan Babel kembali ke Yerusalem (Perjanjian Lama Ezra 1) serta bantuannya mendirikan kembali rumah peribadatan orang-orang Yahudi di Yerusalem (Ezra 6). Dia menaklukan Mesir, lalu menyebrang ke Yunani dan terus ke arah barat, lalu melanjutkan perjalanannya ke arah timur. Quraish Shihab mengutip pendapat Thabathaba’i yang menyatakan bahwa ini sejalan dengan isyarat Al-Qur’an yang disebut pada ayat 86 surah ini. Tampaknya, pendapat inilah yang lebih Quraish Shihab pilih.
Karena tidak adanya riwayat yang valid dan meyakinkan mengenai sosok Zulkarnain, al-Sya‘rawi dalam tafsirnya, kisah Zulkarnain ini menekankan mengenai kisah hakim yang saleh, adil, dan mengasihi rakyatnya. Allah memberikan tamkin kepada Zulkarnain. Tamkin dalam ayat 84 merupakan pemberian kekuasaan pada suatu wilayah yang dikuasainya. Artinya, Zulkarnain merupakan seorang pemimpin yang diberikan kekuasaan oleh Allah untuk mengurusi rakyatnya. Ia pun senang mengembara dari timur hingga barat untuk menebarkan keadilan dan kemakmuran.