Tafsir Surat al-Kahfi Ayat 1-3: Nabi Protes pada Jibril Karena Wahyu Tidak Turun

Tafsir Surat al-Kahfi Ayat 1-3: Nabi Protes pada Jibril Karena Wahyu Tidak Turun

Tafsir Surat al-Kahfi Ayat 1-3: Nabi Protes pada Jibril Karena  Wahyu Tidak Turun
Kitab-kitab yang disusun rapi.

Pada mukadimah pembahasan mengenai latar belakang diturunkan surat al-Kahfi, penulis telah menjelaskan bahwa surah ini turun karena desakan kafir Quraisy Mekah yang penasaran mengenai kebenaran bahwa Muhammad itu benar-benar nabi utusan Allah. Nabi menunggu wahyu atas pertanyaan yang diajukan oleh kafir Quraisy. Namun hingga lima belas hari, wahyu pun tak kunjung turun. Padahal Nabi sudah menjajikan hanya menunggu satu hari untuk mampu menjawab pertanyaan kafir Quraisy. Itu di antaranya karena Nabi lupa mengucapkan insya Allah saat menjajikan kemampuannya menjawab pertanyaan kafir Quraisy.

Imam al-Thabari mengutip riwayat Ibnu Ishaq mengenai protes Nabi terhadap Malaikat Jibril yang tak kunjung datang membawa wahyu mengenai tiga pertanyaan yang diajukan sekolompok kafir Quraisy di Mekah. “Anda ini menyiksa saya. Hampir saja saya suuzan terhadap Anda,” protes Nabi pada Malaikat Jibril. Malaikat Jibril pun membacakan surat Maryam ayat 64 pada Nabi. “Kami (Jibril) itu tidak akan turun kecuali atas perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya-lah apa yang ada di hadapan dan belakang kita, serta di antara keduanya. Tuhanmu itu tak akan pernah lupa.”

Akhirnya malaikat Jibril pun membacakan awal surat al-Kahfi dengan bentuk pujian pada Allah dan pengakuan Allah atas kenabian dan kerasulan Muhammad.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلٰى عَبْدِهِ الْكِتٰبَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَّهٗ عِوَجًا ۜ () قَيِّمًا لِّيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيْدًا مِّنْ لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا حَسَنًاۙ () مَّاكِثِيْنَ فِيْهِ اَبَدًاۙ

Al-hamdu lillahilladzi anzala ‘ala ‘abdihil kitaba wa lam yaj’al lahu ‘iwaja () qoyyimal li yundziro ba’san syadidam mil ladunhu wa yubasysyirol mu’mininal ladzina ya‘malunas sholihati anna lahum ajron hasana () makitsina fihi abada.

Artinya:

“Segala puji bagi Allah Zat yang menurunkan Al-Qur’an pada hamba-Nya, dan Ia tak menjadikannya memiliki aib. Sebagai petunjuk, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik. mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya” (QS: Al-Kahfi Ayat 1-3).

Terkait ayat pertama surat al-Kahfi, lafaz al-kitab yang dimaksud adalah sebagian ayat Al-Qur’an yang sudah diturunkan pada Nabi dari mulai Nabi Muhammad diutus menjadi rasul sampai turunnya surah al-Kahfi ini. Sementara itu, kata ‘iwaja dalam ayat pertama secara literal berarti ‘bengkok’. Tapi maksud bengkok di sini adalah ‘tidak mengandung kebenaran’.  Penegasan bahwa Al-Qur’an itu bukan kitab suci yang bengkok diperlukan karena untuk membantah orang-orang kafir Quraisy yang menyatakan bahwa Al-Qur’an itu kitab dongeng dan mitos.

Dua ayat berikutnya mempertegas fungsi Al-Qur’an yang menjadi pengingat bagi orang-orang yang belum sadar maupun yang sudah sadar akan kebenaran Islam. Orang-orang yang tidak menerima kebenaran Al-Qur’an nantinya akan mendapatkan siksa di akhirat. Sementara itu, orang yang menerima kebenaran Al-Qur’an itu akan mendapatkan kenikmatan di akhirat. Mereka ini adalah mukmin yang beramal saleh.