Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 78-79: Perpisahan Nabi Musa dan Nabi Khidir

Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 78-79: Perpisahan Nabi Musa dan Nabi Khidir

Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 78-79: Perpisahan Nabi Musa dan Nabi Khidir
Kitab-kitab yang disusun rapi.

Dalam ayat al-Kahfi sebelumnya, Nabi Musa telah berjanji jika ia melakukan protes sekali lagi, maka itulah pertemuan terakhirnya dengan Nabi Khidir. Karena keduanya berpisah, Nabi Khidir pun akhirnya menjabarkan tafsrian dari perbuatan yang dilakukannya tidak rasional, akan tetapi ia punya alasan kuat karena diberikan ilmu makrifat oleh Allah. Ilmu makrifat itu semacam mengetahui suatu peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Allah SWT berfirman:

قَالَ هَٰذَا فِرَاقُ بَيْنِى وَبَيْنِكَ ۚ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِع عَّلَيْهِ صَبْرًا () أَمَّا ٱلسَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَٰكِينَ يَعْمَلُونَ فِى ٱلْبَحْرِ فَأَرَدتُّ أَنْ أَعِيبَهَا وَكَانَ وَرَآءَهُم مَّلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْبًا

Qola hadza firoqu baini wa bainik. Sa’unabbi’uka bi ta’wili ma lam tastathi‘ ‘alaihi shobro () ammas safinatu fa kanat li masakina ya‘maluna fil bahri fa aradtu an a‘ibaha wa kana waro’ahum malikuy ya’khudzu kulla safinatin ghosba 

Artinya:

“Khidir berkata, ‘Inilah perpisahan antara aku dan engkau. Nanti aku akan memberitahukan kepadamu mengenai takwil peristiwa yang mana engkau tidak dapat sabar untuk (segera mengetahui)-nya. Adapun perahu itu kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku sengaja merusaknya, karena di hadapan mereka terdapat seorang raja yang mengambil setiap perahu secara paksa.'” (QS: Al-Kahfi Ayat 78-79)

Menurut Syekh al-Sya‘rawi dalam tafsirnya, perpisahan antara Nabi Musa dan Nabi Khidir menandakan bahwa keduanya memiliki pemahaman dan metode yang berbeda dalam beragama. Keduanya tak dapat bersatu. Akan tetapi, tidak elok satu sama lain saling merendahkan dan menyepelekan. Hal ini karena keduanya diberikan ilmu oleh Allah yang berbeda-beda. Walaupun berpisah, Nabi Khidir tidak diam begitu saja membiarkan Nabi Musa penasaran. Satu persatu peristiwa janggal yang dilihat Nabi Musa itu akan dijelaskan oleh Nabi Khidir. Ini juga, menurut Syekh al-Sya‘rawi, merupakan adab berteman. Jangan sampai kita berpisah dengan teman dalam keadaan saling curiga dan bertikai.

Nabi Khidir menjelaskan tafsiran masing-masing peristiwa sesuai urutan kejadian yang dialami. Ia menjelaskan dahulu tafsiran mengenai perahu yang dirusaknya. “Adapun perahu itu kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku sengaja merusaknya, karena di hadapan mereka terdapat seorang raja yang mengambil setiap perahu secara paksa,” jelas Nabi Khidir pada Nabi Musa. Menurut Syekh al-Sya‘rawi, raja perompak itu hanya mengambil perahu-perahu bagus yang melewatinya. Bila ternyata perahu yang ingin dirampasnya itu jelak, raja perompak itu tidak akan mengembilnya.

Apa yang dilakukan Nabi Khidir merupakan bentuk mencegah suatu kemudharatan yang kecil untuk menghindari kemudharatan yang lebih besar. Menurut Qurasih Shihab dalam Tafsir al-Misbah, seakan-akan Nabi Khidir ingin mengatakan bahwa apa yang ia lakukan berupa membocorkan perahu itu bukan untuk menenggelamkan para penumpangnya, melainkan ia ingin menjaga terpeliharanya hak-hak orang miskin.

Dari ayat masakina ya‘maluna fil bahri ‘orang-orang miskin yang bekerja di laut’, ulama membedakan definisi fakir dan miskin. Orang fakir itu mereka yang tidak memiliki apa pun, penghasilan tidak punya, apalagi mencukupi kebutuhan hidup. Sementara itu, miskin adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, namun tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup.