Surga itu mengalir di bawahnya sungai-sungai. Itu dijelaskan berulang-ulang. Tapi apa hebatnya, sih? Kita pergi aja ke Puncak, kita bisa temukan villa di dalam taman, di bawahnya mengalir sungai dengan air yang jernih, menimbulkan suara gemercik yang sedap di telinga. Kenapa perlu mati untuk menikmati itu semua?
Quraish Shihab menjelaskan bahwa itu adalah gambaran surga untuk orang Arab. Manusia padang pasir tentu sangat mengimpikan sebuah kebun (jannah) yang hijau, kaya air. Itu adalah hal-hal yang jauh dari realitas hidup mereka sehari-hari.
Di surga kelak kita akan didampingi bidadari yang cantik-cantik, lagi sebaya. Mereka semua perawan. Susunya bundar (kawa’ib). Perkara susu ini dibahas beberapa ulama, yang kalau kita baca kita bisa geleng-geleng. Eeeh, ginian dibahas. Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menyebut bahwa susu bidadari itu bulat, tidak kempes.
Konon di surga nanti laki-laki tidak akan loyo. Kalau sudah selesai senggama ia akan sanggup untuk segera senggama lagi. Ia juga bisa minum khamar tanpa mabuk.
Lha, terus yang perempuan dapat apa? Ini sering jadi pertanyaan. Tenang saja. Perempuan, menurut keterangan beberapa dalil, boleh memilih laki-laki yang dia senangi. Tapi kenapa dalil-dalil kenikmatan surga bagi perempuan tidak sepopuler laki-laki? Karena pesan-pesan Quran memang banyak ditujukan kepada laki-laki. Ini bisa kita pahami bila kita paham bagaimana struktur masyarakat Arab ketika Quran diturunkan.
Nikmatkah surga yang demikian itu? Bagi saya tidak. Senggama dengan perawan, apa enaknya? KIta senggama dengan istri kita yang perawan cuma sekali. Setelah itu dia tidak perawan. Enak tuh. Ngapain cari perawan lagi? Merawanin itu capek, tahu. Lagian senggama itu enaknya kalau lemes. Setelah croot gitu, lemes, pelukan berdua. Tidur. Kalau nggak lemes, aduh, aneh pisan.
Begitulah. Singkat kata, saya tidak percaya dengan surga yang begituan. Lalu bagaimana? Tidak penting. Yang saya percaya, saya akan mati, lalu tubuh saya hancur. Ruh saya? Saya tidak punya ruh. Yang hidup ini adalah proses bio-fisika-kimiawi dalam tubuh saya. Proses itu akan berhenti suatu saat, dan saya mati. Ya sudah, begitu saja.
Gambaran tentang surga dan neraka itu bagi saya adalah usaha untuk memotivasi orang-orang masa lalu. Orang-orang yang tingkat pengetahuan dan kemampuan berpikirnya ya masih segitu. Mereka tertarik, kemudian mengikuti anjuran-anjuran untuk berbuat baik.
Saya hidup untuk berbuat baik. Baik itu adalah tujuan. Baik itu adalah surga saya.
Nyeleneh? Sesat? Terserah. Kalau sesat, jangan ikut saya. Silakan cari jalan menuju surga. Semoga sampai di sana.