Salah satu fenomena yang selalu menarik untuk dikaji dan diamati adalah terkait tema pemuda dan kepemudaan. Pemuda merupakan generasi penerus yang akan melanjutkan tongkat estafet kepeminpinan di masa yang akan datang. Maka tidak salah jika ada pepatah mengatakan syubbān alyaum rijāl al-gadd (pemuda hari ini merupakan pemimpin hari esok.
Masa muda merupakan masa di mana pembentukan karakter sekaligus pencarian jati diri. Pembentukan karakter dan identitas individu ini mengalami pergulatan yang kompleks. Maka tidak mengherankan cukup banyak yang tergerus hingga menjadi individu yang kontra produktif dan akhirnya menyerah atau tenggelam di horizon zaman. Padahal pemuda merupakan salah satu pilar besar dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara dimana peran pemuda baik pemikiran dan kontribusi secara aktif dapat mempengaruhi suatu bangsa dan Negara.
Masa muda merupakan masa di mana terjadi transisi dari masa anak-anak ke fase selanjutnya. Dalam fase tersebut terjadi fenomena kompleks diakibatkan problematika pemuda sangat dipengaruhi fenomena sosial di lingkungannya. Isu-isu yang hidup dan berkembang di kalangan pemuda sangat menentukan arah di kalangan pemuda. Maka tidak mengherankan setiap agama dan budaya menaruh perhatian yang lebih terhadap pemuda.
Di antara karakter pemuda adalah meniru dan mencari-cari pengalaman baru. Masalah dekadensi moral atau kebobrokan akhlak yang melanda sebagian generasi muda yang sangat meresahkan berbagai kalangan, masalah ekonomi (kesulitan hidup) dari hari ke hari cukup menyengsarakan dan mengancam ketenteraman kehidupan keluarga. Kedua masalah ini saling berkaitan, sebab dengan kebejatan moral sebagian anggota keluarga menyebabkan terjadinya penghamburan harta atau adanya pengeluaran untuk urusan yang tidak bermanfaat.
Begitu pula, dengan kesulitan ekonomi akan menyebabkan pengangguran yang terkadang mengakibatkan terjadinya pelanggaran norma-norma yang dianut dalam suatu masyarakat. Oleh karenanya, perlu dicermati dan disikapi secara serius Firman Allah SWT dalam surat al-Nisa ayat 9 yang berbunyi:
وَلۡيَخۡشَ ٱلَّذِينَ لَوۡ تَرَكُواْ مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّيَّةٗ ضِعَٰفًا خَافُواْ عَلَيۡهِمۡ فَلۡيَتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡيَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدًا
Artinya:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS: Al-Nisa ayat 9)
Dalam upaya pembinaan generasi muda terkadang terjadi diskomunikasi antara generasi tua dengan generasi muda, sehingga sebagian generasi tua sering menyoroti generasi muda dengan penilaian negatif, karena dianggap kurang patuh atau tidak mengindahkan aturan-aturan moral, tidak menghormati dan menghargai generasi tua, tidak mampu atau kurang bertangung jawab terhadap tugas-tugas yang dibebankan kepada mereka, bahkan di antaranya ada yang mencap generasi muda sebagai generasi yang kehilangan arah dan tujuan atau generasi yang rusak.
Pemuda merupakan komponen yang memegang peranan penting dalam keberlangsungan sebuah komunitas, baik suku, agama, bangsa dan bahkan peradaban umat manusia secara keseluruhan. Dalam bahasa Baharun (2012) disebutkan bahwa pemuda adalah tumpuan dan andalan oleh banyak pihak kapanpun (whenever) dan di manapun (everywhere).
Generasi muda sendiri pada hakikatnya adalah kelompok masyarakat yang menginginkan penghargaan dan peran dalam masyarakat, serta kejelasan akan masa depannya. Apabila keinginan tersebut tidak dapat mereka peroleh secara wajar, maka mereka mungkin berbuat sesuatu yang tidak wajar dengan maksud mendapatkan perhatian dari lingkungannya. Para pemuda perlu mengasah otaknya, membaca, menganalisis dan mengambil pelajaran berbagai peristiwa masa lampau dan masa sekarang, sehingga dapat menemukan jalan yang benar dalam mengembangkan potensi dirinya secara maksimal.
Generasi Muda dan Tantangan Abad Modern
Pola pikir dan pandangan manusia terhadap berbagai hal belum berubah. Kemajuan yang dicapai hanyalah dalam bidang teknologi, bukan dalam bidang intelektualitas dan juga moral kemanusiaan. Dahulu ada orang atheis, ada orang yang menyerukan kemunkaran, kemaksiatan, dan tindak kriminal, sekarang pun tetap ada. Pada zaman Nabi Nuh ada orang yang mengenal, mengikuti dan berjuang mempertahankan kebenaran, kini dunia pun menyaksikan adanya kelompok manusia yang membawa dan menyeru umat kepada kebenaran.
Kehidupan manusia di abad modern yang sering disanjung dan dibanggakan sebagai abad kemajuan dan kejayaan, salah satunya adalah dalam bidang sains, patut dihargai dan dibanggakan, namun kemajuan tersebut seperti persenjataan canggih yang sengaja dipersiapkan untuk menghancurluluhkan dan membinasakan bangsa-bangsa yang dimusuhi, adalah hal yang dilematis dan membingungkan khususnya bagi generasi muda yang sedang dalam perkembangan mencari nilai-nilai kebenaran dan jati dirinya. Abul A’la Maududi menyebutkan bahwa: Sesungguhnya manusia di setiap zaman menganggap zamannya sebagai abad modern dan memandang kurun-kurun sebelumnya sebagai abad kuno dan kolot yang tidak memiliki kebaikan dan kelebihan.
Banyaknya permasalahan yang muncul pada abad modern ini di antaranya adalah terkait dengan pemuda. Zakiah Daradjat menyatakan bahwa masalah pokok yang sangat menonjol dewasa ini adalah kaburnya nilai-nilai di mata generasi muda. Mereka dihadapkan kepada berbagai kontradiksi dan aneka ragam pengalaman moral, yang menyebabkan mereka bingung untuk memilih mana yang baik untuk mereka. Terutama mereka yang mencoba mengembangkan diri ke arah kehidupan yang disangka maju dan modern, di mana berkecamuk aneka ragam kebudayaan asing yang masuk seolah-olah tanpa saringan.
Islam adalah tatanan Ilahi yang selain dijadikan oleh Allah sebagai penutup segala syari’at, juga sebagai sebuah tatanan kehidupan yang paripurna dan meliputi seluruh aspeknya. Islam merupakan sistem Rabbani yang paripurna dan relevan dengan fitrah manusia. Allah menurunkannya untuk membentuk kepribadian manusia yang harmonis, menata kehidupan, menegakkan keadilan Ilahi di dalam masyarakat insani, mengelola bumi dan memanfaatkan seluruh kekuatan alam yang telah ditundukkan bagi umat manusia. Syari’at Allah yang paripurna tersebut, bukanlah sekedar ide dan konsep untuk dikaji dan didiskusikan, tetapi merupakan ajaran yang harus direalisasikan dalam tindakan nyata dan diwariskan kepada anakanak/peserta didik sebagai aktualisasi tanggung jawab orang tua dan pendidik lainnya dalam mengemban amanah Allah swt.
Generasi muda sebagai generasi penerus dan harapan bangsa, membutuhkan pembinaan moral dan agama yang teguh, pembentukan akal yang sehat dan akhlak mulia, agar dapat menghadapi tantangan yang semakin berat dalam mengarungi kehidupan, terlepas dari kejumudan pola pikir dan keterbelakangan sebagian generasi tua dan generasi muda itu sendiri. Keberhasilan pembinaan generasi muda dipengaruhi dan ditentukan oleh adanya relevansi dan saling menunjang antara pembinaan di rumah tangga dengan pendidikan di sekolah serta nilai-nilai yang dianut dan dikembangkan dalam masyarakat. Sehingga dengan kombinasi dan kolaborasi dari semua pihak dapat membentuk generasi muda yang tangguh untuk menghadapi zamannya.