Sisi Lain Ceramah Para Ustadz yang Gemar Jualan Kiamat

Sisi Lain Ceramah Para Ustadz yang Gemar Jualan Kiamat

Di balik pesan provokatif para Ustadz yang gemar kiamat-kiamatan ~

Sisi Lain Ceramah Para Ustadz yang Gemar Jualan Kiamat

Para Ustadz ini menjadikan ‘kiamat’ sebagai bahan untuk menakuti-nakuti umat, padahal setelah ditelisik, sumbernya kerap tidak jelas, tidak sahih secara keilmuwan Islam

 

Keimanan kita terhadap hari akhir belakangan coba dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk menarasikan dakwah yang berlainan dengan tradisi keilmuan para Ulama. Mereka mengisahkan kiamat yang sudah dekat seraya menyusupkan narasi, yang jika dicermati lebih dalam, cenderung tendensius.

Ustadz Rahmat Baequni misalnya, justru memanfaatkan hadis-hadis mengenai kekacauan dan kiamat untuk menguatkan posisi Taliban secara terang-terangan. Di sisi lain ia mendukung gerakan Amerika Serikat yang mesra dengan Arab Saudi untuk memerangi Iran dan menurutnya hadis Nabi SAW menjelaskan akan hal ini.

Tausiyah Ustadz Rahmat Baequni ini disajikan dalam video singkat sepuluh menitan. Terdengar begitu meyakinkan intonasinya. Namun jika kita telaah lebih rinci maka narasinya terkesan rancu. Begini ia katakan:

“Ada sakit hati dari kaum Muslimin ketika raja Salman berkunjung ke China dan sepakat dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah Xin Jin Ping dalam memperlakukan Muslim Uighur terkait dengan kamp konsentrasi dan ini malah disetujui, ini membuat sakit hati umat Islam.”

Dari sini ia meloncat dan bilang:

“Nah ini yang saya maksudkan Raja Salman ingin dunia lawan Iran bersama-sama. Dan raja Salman menyerukan kepada bangsa Arab untuk bergabung bersama Arab Saudi, membantu untuk menyerang Iran. Disambut oleh Amerika serikat. US menyatakan akan membantu Arab Saudi untuk perang melawan Iran. Dan meminta agar NATO pun bergabung bersama Arab memerangi Persia Iran. Subhanallah, Rasulullah saw mengatakan:

تشتركون بالروم تقاتلون عدوا من ورائكم وتأخذون حلما تاما معهم

kalian akan bergabung dengan bani Rum memerangi musuh di belakang kalian, dan kalian akan mengambil perjanjian yang sempurna dengan barat.”

Kami pun menelusuri redaksi yang ia klaim sebagai hadis di atas, tidak satupun kitab hadis menyantumkan redaksi macam itu. Bagaimana mungkin dia bisa sangat berapi-api ketika menyampaikan kebohongan tanpa takut api neraka yang dijanjikan bagi mereka yang berdusta mencatut nama Nabi SAW.

Tanpa merasa bersalah ia justru melanjutkan dengan pernyataan yang jauh dari fakta:

Perang melawan Iran berarti juga perang melawan Rusia dan Israel. Perang melawan Iran Persia dan Israel ini memberikan sisa ghanimah yang banyak luar biasa  sementara ghanimah itu hanya dberikan kepada orang yang beriman pasukan yang beriman. Rum tidak kebagian. Sakit hati Rum.

Akhirnya diam-diam mundur dan berkhianat kepada pasukan umat Islam atau pasukan Arab. Diangkat salibnya, salib menang.. salim menang.. salib menang.. kata siapa salib menang? Didorong, jatuh, mati. Yang mendorong ditangkap dan mati juga. Nah disitulah berpisah antara romawi dengan umat Islam. Mereka kemudian membentuk persekutuan.”

Kalimat pertama di atas sengaja kami cetak tebal demi menegaskan ulang betapa ngelanturnya argumentasi ini. Mustahil Iran bersatu dengan Israel. faktanya justru Amerika Serikat yang selalu mengamini Israel. Iran dan Israel memerjuangkan dua hal berlainan yang meniscayakan adanya eliminasi.

Iran dengan semangat kemanusiaan kepada warga Palestina hingga Yaman sementara Israel dengan semangat kebanggaan rasial  atas segala bangsa. Dengan entengnya pak Baequni bilang Iran dan Israel bersatu!

Lanjutan kalimat yang diungkapkan pak Baequni di atas identik dengan  redaksi hadis di dalam kitab Sunan Abi Dawud. Begini redaksi lengkap hadis tersebut:

” سَتُصَالِحُونَ الرُّومَ صُلْحًا آمِنًا، فَتَغْزُونَ أَنْتُمْ وَهُمْ عَدُوًّا مِنْ وَرَائِكُمْ، فَتُنْصَرُونَ، وَتَغْنَمُونَ، وَتَسْلَمُونَ، ثُمَّ تَرْجِعُونَ حَتَّى تَنْزِلُوا بِمَرْجٍ ذِي تُلُولٍ، فَيَرْفَعُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ النَّصْرَانِيَّةِ الصَّلِيبَ، فَيَقُولُ: غَلَبَ الصَّلِيبُ، فَيَغْضَبُ رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ، فَيَدُقُّهُ، فَعِنْدَ ذَلِكَ تَغْدِرُ الرُّومُ، وَتَجْمَعُ لِلْمَلْحَمَةِ ”

Ustadz ini justru terang mendramatisir cerita akan hadis di atas. Dramatisasi hadis merupakan hal yang tercela. Ketidakbenaran ini masih ditambahi oleh pak Baiquni. Kini ia memprediksi bahwa alur kiamat sudah dimulai sejak 2019 dan kita mesti berhati-hati dengan orang Taliban yang umrah barangkali Imam Mahdi sudah muncul. Secara verbatim ia bilang,

“Dalam konflik semacam itulah kemudian muncullah pasukan panji hitam dari bumi Khurasan dan sekarang isyarat itu sepertinya sudah ada karena Taliban sudah kuat sekarang, nah Rasulullah pernah mengatakan:

يَخْرُجُ مِنْ خُرَاسَانَ رَايَاتٌ سُودٌ، لَا يَرُدُّهَا شَيْءٌ حَتَّى تُنْصَبَ بِإِيلِيَاءَ

“Akan keluar dari bumi Khurasan pasukan pembawa panji hitam dari bumi khurasan tidak ada sesuatupun yang menghentikan kekuatan militernyanya sampai panji hitam itu ditancapkan di al-Quds, Illiya artinya al-Quds Palestina. Rasulullah mengatakan kepada Abdullah bin Hawal al-Azdi setelah perang melawan bani Musthaliq, wahai Abdullah jika kau meliaht panji hitam berkibar di bumi al-Quds atau di pelatarannya maka yakinilah kiamat lebih dekat kepadamu ketimbang kepala dan pundakmu. Jika nanti panji hitam sudah berkibar di palestina, itu kiamat hanya tinggal menghitung … tidak lama lagi insyaallah dimulai dari 2019.”

Hadis di atas termaktub dalam Musnad Ahmad dengan sangat yang sangat dhaif. Di dalamnya ada nama Risydin bin Sa‘d yang dinilai dhaif oleh para imam. Abu Hatim menyatakan munkar al-hadits (perawi hadis yang tidak diketahui) dan pula terdapat kealpaan pun ia meriwayatkan hadis yang diingkari oleh para perawi yang tsiqah (akuntabel). Imam al-Nasa’i berkata bahwa hadisnya matruk (selayaknya ditinggal) serta tiada catatan akan hadisnya.

Para ulama ahli hadis sepakat bahwa hadis dhaif yang tidak terlalu dhaif hanya dapat dijadikan sebagai semangat untuk menjalankan ibadah. Sementara masalah kiamat adalah kaitannya dengan iktikad yang yang jelas sumbernya oleh karena itu tidak bisa kita menggunakan hadis dhaif, apalagi yang terlalu dhaif seperti yang disampaikan Ustadz Baequni dan kerap dipakai oleh ustadz-ustadz lain sebagai argumen untuk provokasi umat.

 

*Analisis ini kerjasama Islami.co & Maarif Institute*