Setali Tiga Uang, Puasa Qadha Ramadhan Sekaligus Dapat Pahala Puasa Syawal

Setali Tiga Uang, Puasa Qadha Ramadhan Sekaligus Dapat Pahala Puasa Syawal

Bolehkah menggabungkan dua ibadah puasa? Misalnya puasa qadha Ramadhan dengan puasa Syawal, atau puasa Syawal dengan puasa Senin-Kamis.

Setali Tiga Uang, Puasa Qadha Ramadhan Sekaligus Dapat Pahala Puasa Syawal
keutamaan puasa

Selain silaturrahmi, mencoba berbagai kuliner saat berkunjung ke rumah-rumah, Syawal juga bisa jadi ajang mendulang pahala, salah satunya dengan melakukan puasa Syawal.

Namun bagi sebagian orang, ada yang bingung, terlebih saat Ramadhan ada beberapa hari yang terlewati tanpa puasa, alias batal. Sehingga muncul pertanyaan, bolehkah puasa qadha Ramadhan digabung dengan puasa Syawal?

Pakar fikih madzhab Syafi’i misalnya, memiliki perbedaan pandangan. Imam an-Nawawi dan Imam al-Asnawi menuturkan bahwa hal tersebut tidak diperbolehkan, sebab keduanya merupakan puasa yang berdiri sendiri (maqshud lidzatihi), sehingga tidak diperkenankan menggabung antara satu dengan yang lain, sebagaimana tidak sah menggabung niat shalat fardlu dzuhur dengan shalat sunah dzhuhur.

Berbeda dengan Imam an-Nawawi, menurut Ibnu Hajar al-Haitami menggabung puasa qadha Ramadhan dengan puasa sunnah diperbolehkan bahkan diperlukan agar mendapat pahala ganda. Ibn Hajar memiliki perbedaan pandangan terkait apakah puasa sunnah seperti puasa Syawal merupakan puasa yang bisa berdiri sendiri atau tidak (ghairu maqshud li dzatihi). Ibn Hajar lebih condong pada pendapat bahwa puasa sunnah Syawal adalah puasa yang ghairu maqshud li dzatihi.

Hukum Menggabung Puasa Qadha Ramadhan dengan Puasa Syawal

Atas dasar itu, Ibn Hajar menyebutkan sebagaimana dikutip dalam Ianatut Thalibin bahwa diperbolehkan niat puasa Arafah dan Tarwiyah digabung dengan puasa lain, termasuk puasa qadla’ Ramadan. Sebagaimana diperbolehkan menggabungkan niat shalat fardlu dengan shalat tahiyyatul masjid. Menurut Ibnu Hajar, baik niat puasa Qadha maupun niat puasa sunnah harus disebutkan bersamaan.

Syaikh Abu Bakr bin Syatho’ dalam I’anah al-Thalibin menjelaskan bahwa mengerjakan puasa qadha Ramadhan bersamaan dengan puasa 6 hari Syawal, baik dengan hanya berniat qadha Ramadhan saja, atau sekaligus niat puasa sunnah Syawal, maka tetap mendapatkan pahala berpuasa sunnah tersebut.

إذا كان عليه صوم فرض قضاء أو نذر وأوقعه في هذه الأيام المتأكد صومها حصل له الفرض الذي عليه وحصل له ثواب صوم الأيام المسنون وظاهر إطلاقه أنه لا فرق في حصول الثواب بين أن ينويه مع الفرض أو لا وهو مخالف لقول ابن حجر الآتي أنه لا يحصل له الثواب إلا إذا نواه وإلا سقط عنه الطلب فقط

“Jika seseorang mengerjakan puasa fardhu qadha Ramadhan, atau nadzar dan mengerjakannya pada hari-hari disunnahkan berpuasa (puasa Arafah, Tasu’a, Asyura’ dan 6 hari Syawal), maka ia mendapatkan pahala puasa keduanya, baik puasa qadha puasa Ramadhan atau puasa-puasa sunnah, baik diniati bersama puasa fardu atau tidak. Hal ini berbeda dengan pendapat Ibn Hajar yang menyebutkan bahwa tidak akan mendapatkan pahala kecuali ia berniat puasa. Jika tidak diniatkan puasa sunnahnya, maka ia cukup menggugurkan kewajiban qadha puasa Ramadhannya.”

Dalam pendapat di atas, Ibnu Hajar al-Haitami menyebutkan bahwa puasa-puasa sunah yang dianjurkan tersebut hukumnya seperti shalat sunah Tahiyyatul Masjid, karena yang terpenting adalah wujudnya puasa pada hari-hari tersebut. Bila diniati besertaan puasa fardu, maka hasil pahala keduanya. Bila hanya niat fardu, maka minimal dapat menggugurkan tuntutan.

Syekh Yasin bin Isa al-Fadani, salah satu ulama Nusantara dalam kitabnya, al-Fawaid al-Janiyah menjelaskan bahwa ada beberapa ibadah yang bisa dilakukan dengan bersamaan dengan menggabungkan niatnya. Syekh Yasin al-Fadani membagi hal ini menjadi empat bagian.

Nomer dua dari empat tersebut adalah menggabungkan ibadah fardhu dengan ibadah sunnah. Syekh Yasin mencontohkan dengan mandi junub pada hari Jumat, yang kebetulan ada kesunahan mandi untuk shalat Jumat. Jika kita niat melakukan mandi Junub dan mandi sunnah, maka kita dapat kedua-duanya.

Bagaimana jika menggabung puasa Sunnah dengan puasa sunnah lain, seperti misalnya menggabung puasa Syawal dengan puasa Senin-Kamis?

Salah satu poin yang disebutkan Syekh Yasin di atas adalah tentang menggabungkan niat ibadah sunnah dengan ibadah sunnah lain. Syekh Yasin mencontohkan menggabungkan mandi shalat Idul Fitri dengan mandi shalat Jumat. Keduanya sama-sama sah.

Puasa Senin Kamis termasuk ibadah sunnah, begitu juga dengan puasa Syawal. Oleh karena itu, bagi segenap pembaca yang ingin mendapatkan dua pahala puasa sunnah ini dalam satu kali puasa, maka cukup niatkan dua puasa tersebut bersamaan dalam hati, misalnya, “Saya niat puasa hari Senin (kamis) dan puasa Syawal sunnah karena Allah Ta’la.

Atau bisa dengan lafaz berbahasa Arab berikut:

Adapun niat puasa hari Senin adalah:

 نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ اْلاِثْنَيْنِ (يَوْمَ الْخَمِيْسِ) وَشَهْرَشَوَّال سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى 

Nawaitu Shouma Yaumal Itsnaini (yaumil khamis) wa syahra Syawwal Sunnatan Lillaahi Ta’aalaa

Saya niat puasa pada hari Senin (hari Kamis: jika kebetulan hari Kamis) dan puasa bulan Syawal, sunah karena Allah Ta’aala.

Walaupun lafaz berbahasa Arab tersebut diucapkan melalui lisan, jangan lupa untuk melafalkannya dalam hati, karena hakekat niat itu berada dalam hati.

Semoga amal ibadah puasa sunnah kita, baik puasa Syawal dan puasa Senin-Kamis diterima oleh Allah SWT. Amin.

Wallahu a’lam.

(AN)