Alkisah, di kota bernama Balkh, hidup sebuah keluarga alawiyyin –nasabnya sambung kepada Sayyidina Ali, tentunya sambung juga kepada kanjeng Nabi Muhammad Saw. Keluarga ini hidup dalam kebahagiaan dan serba tercukupi.
Namun keadaan menjadi buruk setelah kepala keluarga dari keluarga alawiyyin ini meninggal. Sang kepala keluarga meninggalkan istri dan anak perempuannya. Singkat cerita sepeninggal sang suami, sang istri beserta anak perempuannya hidup dalam keadaan fakir dan serba kekurangan.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sang istri yang menjanda dan anak perempuannya lalu memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Samarkand. Sesampainya di sana, karena bekal mereka sudah habis maka mereka pun memutuskan untuk berhenti di sebuah masjid. Di masjid itu mereka bertemu dengan seorang Muslim. Lantas, si janda dan anak perempuannya meminta bantuan pada muslim tersebut. “Wahai tuan, aku adalah perempuan alawiyyin, dan aku punya anak perempuan yatim, sudilah kiranya tuan bermurah hati. kami sedang kelaparan dan aku mohon pertolongan kepada Anda,” tutur janda tersebut dengan penuh rendah hati.
“Beri aku bukti kalau engkau adalah perempuan alawiyyin!” ucap laki-laki Muslim itu.
Janda alawiyyin itu pun terdiam, lantas menimpali laki-laki muslim tadi, “Aku orang asing di kota ini –samarkand, tidak ada orang yang mengenaliku.
Akhirnya, mereka –janda alawiyyin dan anak perempuannya– pergi berlalu dan meninggalkan laki-laki Muslim tadi dengan hati yang berat. Tak lama berselang, si janda bertemu dengan seorang laki-laki Majusi. Ia pun meminta pertolongan kepadanya dan mengatakan seperti apa yang ia katakan kepada si Muslim. Tanpa berpikir panjang, laki-laki Majusi ini langsung membawa si janda ke rumahnya dan memberikan uang serta pakaian yang layak. Bahkan, si Majusi ini memerintahkan janda dan anaknya untuk tinggal di rumahnya.
Pada malam harinya, bermimpilah laki-laki Muslim tadi. Dalam mimpinya, ia bertemu dengan Kanjeng Nabi Saw. Ia melihat, banyak orang mendatangi Kanjeng Nabi, dan Kanjeng Nabi pun menyambut mereka dengan senang hati. Ketika tiba giliran laki-laki Muslim tadi, Kanjeng Nabi menolak menyambutnya.
Lelaki muslim tersebut lantas berujar kepada Kanjeng Nabi, ”Ya Rasulullah, aku seorang Muslim dan juga umatmu yang mencintaimu,” ujar laki-laki Muslim tersebut.
Kanjeng Nabi menjawab, ”Apa buktinya kalau kamu Muslim?”
Laki-laki tersebut terdiam. Ia malu karena pertanyaan yang diajukan Kanjeng Nabi sama dengan yang ia ungkapkan saat datang seorang janda meminta pertolongan kepadanya.
Kanjeng Nabi Muhammad Saw, kemudian menunjukkan kepadanya sebuah gedung yang sangat megah di dalam surga. ”Lihatlah ini. Seharusnya, ini milikmu. Tapi, karena engkau menolak menolong umatku dan anak yatim yang sedang kelaparan maka tempat ini menjadi milik si orang Majusi yang telah menolongnya,” jelas Kanjeng Nabi.
Di saat yang sama, si Majusi rupanya juga bermimpi serupa. Ia sangat bahagia karena akan diberikan tempat di dalam surga, sebuah gedung yang sangat megah.
Pagi harinya, si lelaki Muslim ini mencari janda itu. Ia mendapatinya sedang berada di rumah orang Majusi. Ia pun memaksa si Majusi untuk menyerahkan janda itu kepadanya.
”Serahkanlah padaku janda dan anak yatim itu. Biarlah aku yang menolongnya,” kata lelaki Muslim tadi.
Tapi, si Majusi menolak permintaannya.”Tidak, saya tidak akan menyerahkan mereka kepadamu,” tegasnya.
”Berikan saja, nanti aku beri engkau uang dinar yang sangat banyak,” pinta si Muslim.
”Tidak, aku tidak akan menyerahkannya, kendati engkau bayar dengan gunung emas sekalipun,” jawab si Majusi.
”Tapi, engkau orang Majusi, tak pantas engkau menolong janda yang Muslim itu. Seharusnya, orang Muslim juga yang menolongnya,” kata si Muslim.
Orang Majusi itu lalu bercerita. ”Tadi malam, aku bermimpi bertemu Kanjeng Nabi Saw. Beliau berkata bahwa beliau akan memberikan kepadaku surga yang semula akan diberikan kepadamu. Ketahuilah bahwa pagi ini, ketika aku terbangun, aku lantas bertaubat dan langsung masuk Islam dan menjadi pengikut Rasulullah Saw, karena aku telah menunjukkan bukti bahwa aku adalah salah seorang yang mencintainya,” ujar laki-laki Majusi yang telah memeluk Islam tersebut.
(Sumber bacaan: Kitab At-Tawwabiin, karya Muwaffaquddin Abu Muhammad atau dikenal dengan Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah Al-Maqdisi)