Jamaah haji maupun umrah yang hendak masuk dalam Ka’bah sekarang tidak harus menunggu rombongan pejabat negara. Sudah ada bagian Ka’bah yang letaknya di luar bangunan Ka’bah itu sendiri. Namanya adalah Hijir Ismail. Berada di sini sama saja seperti kita tengah berada di dalam Ka’bah. Shalat maupun dzikir yang dilakukan di sini juga sama pahalanya seperti dilakukan di dalam Ka’bah. Tak sekedar sebagai bagian dalam Ka’bah, Allah telah membuka pintu angin surga agar berhembus ke dunia melalui tempat ini.
Untuk mengetahui lokasi persisnya tidaklah sulit karena menempel dengan Ka’bah. Tak jauh dari pintu Ka’bah, terdapat Maqam Ibrahim yang menjadi tempat pijakan Nabi Ibrahim kala beliau meninggikan Ka’bah bersama putranya, Nabi Ismail. Setelahnya, ada sederet area yang secara khusus diberi pembatas sepanjang kira-kira 8.5 meter. Menurut beberapa riwayat, pemberian batas ini karena tempat tersebut adalah bekas kamar Ismail bersama sang ibu, Siti Hajar.
Ketika Nabi Ibrahim membangun Hijir untuk tempat berteduh Siti Hajar dan Nabi Ismail, keadaannya sebatas pondasi batu dan atap dedaunan. Seiring berjalannya waktu, Ka’bah serta sumur air zam-zam menjadi daya tarik bagi para kafilah sehingga muncullah pemukiman baru serta suku-suku yang kelak membentuk bangsa Arab. Ka’bah pun tetap berdiri kokoh bersebelahan dengan Hijir Ismail.
Ka’bah sendiri pernah mengalami pemugaran oleh Suku Quraisy tahun 606 Masehi atau saat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam berusia 35 tahun. Kala itu, pembangunannya didanai secara swadaya oleh masyarakat Mekkah. Sumber dananya juga dipilih secara hati-hati agar bersih dari donasi yang sumbernya haram. Hal ini membuat biaya pemugaran Ka’bah mengalami kekurangan. Akhirnya, panjang tembok pada sisi timur, barat dan utara dikurangi kira-kira 3 meter.
Pemugaran inilah yang menjadikan luas Ka’bah berkurang sementara luas Hijir Ismail justru bertambah. Awalnya, bagian Hijir hanya seluas 5.5 meter saja namun bertambah 3 meter menjadi 8.5 meter. Tiga meter dari dinding Ka’bah ini juga masih termasuk sebagai bagian dalam Ka’bah.
Hal ini didasarkan catatan sejarah serta riwayat Aisyah radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Tahukah engkau bahwa ketika kaummu membangun Ka’bah, mereka telah mengurangi dasar-dasar yang dibangun Nabi Ibrahim”. Jabir radhiyallahu anhuma turut meriwayatkan bahwasanya Rasulullah melakukan thawaf di sekeliling Ka’bah kemudian dilanjutkan dengan sholat di Maqam Ibrahim dan sholat witir di Hijir. Nabi melakukan thawaf di luar Hijir karena termasuk bagian dalam Ka’bah.
Sejak terpisah dari Ka’bah, Hijir Ismail tercatat telah mengalami perbaikan beberapa kali. Pada tahun 104 Hijriah, Abu Ja’far Manshur selaku khalifah Bani Abbasiah melakukan perbaikan pertama dengan memasang marmer di pilarnya. Kini, tinggi dindingnya mencapai 1.32 meter, tebal dindingnya kira-kira 1.5 meter, jarak antara dua pintu Hijir mencapai 8.77 meter, jarak antara dinding Hijir dan dinding Ka’bah kira-kira 8.5 meter dan panjang lingkaran dindingnya 21.5 meter.
Salah satu ibadah yang dapat dilaksanakan di sini ialah mendirikan sholat sunnah, berdoa serta berdzikir. Keutamaan sholat di sini sama halnya seperti sholat di dalam Ka’bah. Dalam hadist riwayat Abu Daud dari Sayyidah Aisyah, dikatakan bahwa, “Aku sangat ingin memasuki Ka’bah untuk melakukan shalat di dalamnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam membawa Siti Aisyah ke dalam Hijir Ismail sembari berkata, “Shalatlah kamu di sini jika kamu ingin sholat di dalam Ka’bah, karena termasuk sebagian dari Ka’bah”.
Menunaikan shalat di Hijir Ismail terhitung sebagai amalan sunnah dan tidak wajib. Ini karena ibadah ini tidak termasuk dalam rangkaian kegiatan ibadah umrah maupun haji. Dalam hadist riwayat Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Wahai Abu Hurairah, di pintu Hijr Ismail ada malaikat yang selalu mengatakan kepada setiap orang yang masuk dan sholat dua rakaat di Hijr Ismail; kamu telah diampuni dosa-dosamu. Maka mulailah dengan amalanmu yang baru”.
Salah satu keistimewaan yang dimiliki Hijir Ismail adalah merupakan salah satu tempat mustajab untuk memanjatkan doa. Disebutkan dalam kitab Fi Rihaabil Baitil Haram, saat Nabi Ismail menyampaikan keluhan pada Allah terkait panasnya Mekkah, Allau menurunkan wahyu pada Nabi Ismail. “Sekarang Aku buka Hijirmu salah satu pintu surga yang dari pintu itu keluar hawa dingin untuk kamu sampai hari kiamat nanti”.
Keistimewaan inilah yang membuat orang-orang berebutan masuk ke dalamnya. Kini, Hijir Ismail selalu dipenuhi jamaah haji maupun umrah dari segala penjuru dunia termasuk Indonesia. Tempat ini tak pernah terlihat sepi dari para jamaah yang menunaikan sholat di depannya serta memanjatkan doa sesuai hajat masing-masing.