Al-Qur’an kitab petunjuk bagi umat Islam. Makna al-Qur’an selalu relevan di manapun dan kapan pun. Imam Syafi’i berkata, tidak ada masalah apapun kecualai di dalam al-Qur’an ditemukan jawabannya. Ini sekaligus menunjukkan al-Qur’an adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad. Karena sampai saat ini, tidak ada satu pun orang yang mampu membuat kitab yang indah bahasanya, kaya maknanya, dan selalu relevan dengan situasi apapun.
Membaca al-Qur’an bagian dari ibadah. Al-Qur’an akan memberi syafaat kepada orang yang membacanya di akhirat kelak. Tapi pertanyaannya, apakah membaca al-Qur’an itu harus memahami maknanya sekaligus? Bagaimana dengan orang yang hanya bisa baca, tapi tidak mampu untuk memahaminya?
Pertanyaan seperti ini juga pernah diajukan kepada Prof. Quraish Shihab. Dalam program Shihab & Shihab, Prof. Quraish bercerita, “Ada orang yang berkata begini, ‘Saya tidak paham al-Qur’an, Abi jawab berusahalah paham. Tapi kalau tidak paham, jangan berhenti membaca.’”
Penulis tafsir al-Misbah ini mengilustrasikan dengan kisah seorang anak yang bertanya kepada bapaknya. “Bapak baca al-Qur’an, kalau tidak paham artinya, apakah berguna? Alih-alih langsung menjawab, bapak dari anak itu malah menyuruh anaknya mengambil air dengan menggunakan keranjang. Anak tersebut pergi ke sungai mengambil air, tapi tidak berhasil, karena keranjangnya bolong.
Dia kembali kepada bapaknya, dan mengatakan, “Saya sudah berusaha, tapi tidak bisa bawa air.” Bapak menjawab, “Kamu lihat keranjangnya, tadi kotor, sekarang bersih.” Begitulah gambaran dari orang yang tidak memahami isi al-Qur’an. Usaha mereka membaca al-Qur’an dengan penuh ketulusan dan keikhlasan sudah bernilai ibadah di mata Allah, dan amalan itu dapat membersihkan hati mereka.
Kendati demikian, kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk memahami isi dan kandungan al-Qur’an. Di bulan Ramadhan ini misalnya, mengejar target khatam al-Qur’an itu sangat baik. Kalau bisa, jangan hanya mengejar khatam, tapi juga berusaha untuk memahami maknanya.