Tahun 2019, merupakan tahun penuh tantangan tetapi sekaligus memberi harapan. Tantangannya besar, karena kita akan melewati agenda nasional yakni pemilu legislatif dan pemilu presiden dalam waktu bersamaan yakni 17 April 2019. Kita perlu menyiapkan mental, karena di musim pemilu kerap menjadi musim pancaroba politik, di mana mental dan pikiran kita tidak lagi sehat.
Yang kita perlukan sesungguhnya bermula dari niat yang tulus. Indonesia harus berjalan ke arah yang lebih baik. Oleh karenannya, kita memerlukan akhlak mulia dalam keseharian kita. Semua ucapan, tindakan, dan pikiran kita harus diarahkan pada upaya memperbaiki diri kita seoptimal mungkin yang bisa dilakukan.
Hal ini sebagaimana disinggung dalam hadis riwayat Imam al-Tirmidzi (209-279 H) dalam kitab Sunan al-Tirmidzi.
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ المَوْتِ وَالعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ (رواه الترمذي)
Dari Syaddad bin Aus ra, dari Rasulullah saw, bahwa beliau bersabda: “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah”. (H.R. Imam Tirmidzi)
Ada dua sisi yang kontras dalam membangun kualitas hidup kita. Sisi nafsu yang senantiasa menuntun kita kepada keburukan. Sisi lainnya, adalah orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT. dan rajin mengevaluasi dirinya dalam laku personal maupun sosial. Beruntunglah orang-orang yang setiap langkahnya selalu diniati dengan ikhlas, dilandasi pikiran jernih, dan dikuatkan dengan amal saleh.
Allah SWT Maha Rahman dan Maha Rahim. Kasih sayang-Nya harus menjadi ‘kolam’ inspirasi untuk menguatkan hubungan kasih-sayang kita pada sesama. Kita tidak saja bersikap baik pada sesama manusia, tetapi juga pada alam dan lingkungan.
Salah satu persoalan serius dunia saat ini tentu saja berkaitan dengan alam. Pemanasan global, tumpukan sampah, polusi udara, limbah pabrik di sungai dan sejumlah persoalan-persoalan lingkungan lainnya, perlu membuat mata dan telingan kita lebih terbuka.
Persoalan ini tentu harus menjadi salah satu resolusi kita ke depan. Kita selalu menyalahkan orang lain saat terjadi bencana, tapi tidak sadar dengan kesalahan kita sendiri: membiarkan bumi kita tercemar dengan limbah, polusi dan sampah hasil ulah kita.
Dengan tantangan-tantangan tersebut, kita perlu melakukan introspeksi (muhasabah) untuk kebaikan diri kita dan bangsa Indonesia. Ada 4 langkah utama yang harus dilakukan saat bermuhasabah di masa-masa pergantian tahun kali ini. Pertama, bersungguh-sungguh ingin memperbaiki diri dari kesalahan dan kesia-siaan di masa lalu. Kesungguhan bukan sekedar wacana, melainkan butuh kerja nyata yang luar biasa.
Kedua, lingkungan yang mendukung upaya kita memperbaiki diri. Faktor lingkungan bisa menguatkan atau menurunkan upaya perbaikan kita.
Ketiga, mengkomunikasikan setiap perbaikan saat ini dan di masa mendatang. Sebarkanlah Islam yang ramah, toleran, bermanfaat bagi sesama dan alam ke banyak orang. Sehingga, proses membuat pikiran orang lebih terbuka menjadi nyata.
Keempat, muhasabah bisa menjembatani evaluasi di masa lalu untuk bergerak ke masa depan. Tidak ada kehidupan yang sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah swt. Introspeksi jangan hanya karena adanya pergantian tahun saja. Semoga di tahun 2019, kita semua bisa menyongsong perbaikan kualitas amal ibadah kita menjadi jauh lebih baik. Selamat menyambut tahun 2019, semoga Allah swt memudahkan langkah-langkah kita.
Wallahu A’lam.
Tulisan ini juga dimuat dalam: Buletin Muslim Muda Indonesia, Edisi 50/Jum’at, 28 Desember 2018