Dalam sebuah hadis riwayat Imam Ahmad dalam kitabnya Al-Musnad disebutkan, bahwa Nabi SAW memiliki pembantu bernama Rabi’ah bin Ka’ab. Dia setiap hari sibuk melayani Nabi SAW hingga dirinya lupa untuk menikah. Mengetahui kondisi ini, Nabi SAW bertanya, “Wahai Rabi’ah, apakah kamu tidak ingin menikah?.”
“Demi Allah, wahai Rasulullah, aku belum ingin menikah. Aku tak punya sesuatu yang bisa menanggung seorang wanita. Selain itu, aku tak ingin ada hal yang membuatku sibuk dari melayanimu,” jawab Rabi’ah memberi alasan.
Kemudian Nabi SAW pun berlalu. Rabi’ah kembali melayani beliau seperti biasa.
Pada kesempatan berikutnya, beliau bertanya untuk kedua kalinya, “Wahai Rabi’ah, apakah kamu tidak ingin menikah?.”
“Aku belum ingin menikah. Aku tak punya sesuatu yang bisa menanggung seorang wanita. Selain itu, aku tak ingin ada sesuatu yang membuatku sibuk dari melayanimu.”, jawab Rabi’ah memberi alasan seperti semula.
Nabi SAW pun berlalu. Dalam kesendirian, Rabi’ah merenungi pertanyaan Nabi SAW dan membatin, “Demi Allah, sungguh Rasulullah SAW tahu sesuatu yang terbaik untuk kehidupan duniaku dan akhiratku. Dia lebih tahu dari diriku. Demi Allah, seandainya beliau kembali bertanya tentang menikah, akan kukatakan kepadanya, ‘Iya Rasulullah, perintahkanlah aku dengan sesuatu yang engkau kehendaki.’”
Tak selang beberapa lama, Nabi SAW kembali bertanya, “Wahai Rabi’ah, apakah kamu tidak ingin menikah?.”
“Tentu mau, perintahkan aku dengan apa yang Engkau kehendaki,” jawab Rabi’ah dengan yakin akan ucapannya.
Nabi SAW kemudian memerintahkan, “Pergilah pada keluarga Fulan. Suatu kampung dari kalangan Anshar.” Mereka lambat menunaikan perintah Nabi SAW. “Katakan pada mereka, Rasulullah SAW mengutusku kepada kalian. Dia memerintahkan agar kalian menikahkanku dengan Fulanah -salah seorang wanita dari kalangan mereka-.”
Rabi’ah pun pergi kepada meraka dan menyampaikan pesan sebagaimana yang diperinthkan oleh Nabi SAW.
“Selamat datang kepada Rasulullah SAW dan utusannya. Demi Allah, utusan Rasulullah SAW tidak akan pulang kecuali keperluannya telah terpenuhi,” sambut mereka dengan senang hati.
Mereka menikahkan Rabi’ah dan bersikap lemah lembut terhadapnya. Mereka sama sekali tidak minta penjelasan padanya. Kemudian Rabi’ah kembali menemui Rasulullah SAW dalam keadaan haru. Nabi SAW pun bertanya, “Apa yang terjadi padamu, wahai Rabi’ah?.”
“Wahai Rasulullah, aku menemui suatu kaum yang mulia. Mereka menikahkanku, memuliakanku, dan bersikap baik kepadaku. Mereka sama sekali tidak meminta bukti. Hanya sayangnya, aku tidak memiliki mas kawin.”, jawab Rabi’ah.
Rasulullah SAW berkata, “Wahai Buraidah al-Aslami, kumpulkan untuknya sebiji emas.”
Mendengar hal itu, para sahabat mengumpulkan biji emas untuk Rabi’ah, lalu dia membawa emas yang sudah terkumpul kepada Nabi SAW. Beliau berkata, “Pergilah kepada mereka dengan membawa ini. Katakan! ini adalah mas kawinnya.”
Rabi’ah berangkat menemui mereka dan berkata, “Ini mas kawinnya”. “Mas kawin seperti ini sudah sangat banyak dan baik sekali”, kata mereka dengan perasaan ridha dan menerimanya.
Lalu Rabi’ah pulang menemui Nabi SAW dalam keadaan sedih. Beliau bertanya, “Wahai Rabi’ah, kenapa kamu bersedih?.”
“Wahai Rasulullah, aku tak pernah melihat kaum yang lebih mulia dari mereka. Mereka rela dengan apa yang kuberikan dan berbuat sangat baik. Kata mereka, ini sangat banyak dan bagus. Hanya sayang, aku tak punya sesuatu yang bisa kugunakan untuk mengadakan walimah,” jawab Rabi’ah.
Beliau bersabda, “Wahai Buraidah, tolong kumpulkan kambing untuknya”.
Lalu para sahabat mengumpulkan kambing yang banyak dan gemuk. Setelah itu, Rasulullah SAW berkata pada Rabi’ah, “Pergilah dan temuilah Aisyah dan katakan padanya agar dia mengirim beberapa keranjang berisi makanan”. Ia pun menemui Aisyah dan mengatakan segala yang Rasulullah SAW perintahkan.
Mendengar perintah ini, Aisyah kemudian berkata, “Ini keranjang berisi sembilan sha’ gandum. Demi Allah, jika besok ada makanan lain, ambillah.”
“Bawalah barang-barang ini ke sana, dan katakan pada mereka agar mereka gunakan untuk membuat roti”. Perintah Nabi SAW pada Rabi’ah setelah menerima gandum dari Aisyah.
Rabi’ah kemudian berangkat dengan membawa kambing dan berangkat bersama beberapa orang dari Aslam.
Seorang dari Aslam berkata, “Tolong besok barang-barang ini telah diolah menjadi roti”.
Bersama beberapa orang Aslam, Rabi’ah menemui mereka dengan membawa kambing. Salah seorang dari Aslam mengatakan “Tolong besok gandum ini diolah menjadi roti, dan kambing ini telah dimasak”.
Mereka menjawab, “Untuk membuat roti, cukuplah kami saja. Tapi untuk menyembelih kambing, kalianlah yang mengerjakannya”.
Segera Rabi’ah dan kawannya menyembelih dan membersihkan kambingnya, kemudian memasaknya. Akhirnya tersedialah daging dan roti. Ia mengadakan walimah dengan mengundang Rasulullah SAW dan beliau pun memenuhi undangannya.