
JAKARTA, ISLAMI.CO – Yayasan Puan Amal Hayati bersama Lakpesdam PBNU menggelar Seminar Nasional bertemakan “Memperkuat Otoritas Negara dalam Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan dan anak Pencegahan pemotongan dan pelukan Genetalia Perempuan (P2GP) Sunat Perempuan dan perkawinan anak” di Hotel Grand Kemang Jakarta di Ruangan Magzi Ballroom, pada Jum’at (27/12/2024).
Pimpinan Yayasan Puan Amal Hayati pimpinan Ibu Dr. (HC) Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid menyambut baik terselenggaranya tersebut.
Dalam sambutannya, Nyai Sinta Nuriyah menyampaikan bahwa masalah khitan kepada perempuan sudah sangat lama diperjuangkan, namun belum menghasilkan hasil yang dicita-citakan.
Pada tahun 2024, Puan Amal Hayati bersama UNFPA melakukan kajian kritis atas masalah khitan perempuan dengan melacak teks-teks sumber keagamaan yakni Al- Qur’an dan hadist.
“Alhamdulillah, hasil kajian kritis yang kami lakukan ternyata dapat menggelitik pemerintah sehingga menurunkan PP No.28/2024 yang isinya adalah Pelarangan untuk melakukan Khitan Perempuan,” ucap Nyai Shinta Nuriyah.
“Sungguh itu prestasi yang sangat membahagiakan mengingat bahayanya khitan perempuan,” imbuhnya.
Meski begitu, jalan-jalan meperjuangkan pencegahan khitan perempuan bukanlah satu hal yang mudah. Nyai Shinta Nuriyah mengaku masih banyak sekali hambatan-hambatan terutama di kawasan pedesaan.
Karenanya, seminar nasional ini adalah upaya untuk sosialisasi keseluruh pojok negeri untuk pencegahan dan edukasi terhadap masyarakat luas. Bu Nyai berharap masukan dari tokoh-tokoh untuk memperkuat negara dalam pencegahan khitan perempuan.
Senada dengan itu, Ulil Abshar Abdalla mewakili Lakspekdam NU mengatakan kehadiran seminar kali ini adalah proses yang sangat panjang. Diskusi-diskusi khitan terhadap perempuan sudah terjadi sejak lama.
“Acara pada hari ini, sebetulnya adalah lompatan atau hasil atau dari proses yang cukup panjang, kita melakuka kajian yang mendalam tentang praktek khitan perempuan terutama dalam argumen Islam,” kata Ulil.
Pengampu pengajian Ihya Ulumuddin tersebut mengingatkan, bahwa seminar ini bukanlah satu hal yang sudah selesai melainkan akan masih ada yang proses panjang berikutnya. “Akan masih ada proses-proses yang terus berlangsung,” ujarnya.
Seminar kali ini terselenggara atas dukungan Inklusi dan Kedutaan besar Negara Belanda. Hadir dalam acara tersebut beberapa organisasi dan komunitas se-Jabodetabek. Sementara acara diskusi di isi oleh Kyai Moqsith Gozali, Usman Hamid Hamid Lies Marcoes dll.