Ketika Rasulullah Disantet Labid Al-Ashom

Ketika Rasulullah Disantet Labid Al-Ashom

Rasulullah pernah kena santet, lantas memaafkan pelakunya. Akhlak ini yang membuat sosoknya menjadi mulia, sesuatu yang harusnya kita tiru

Ketika Rasulullah Disantet Labid Al-Ashom

Asy-Syaikhan pernah meriwayatkan dalam Bukhari dan Muslim, suatu ketika Rasulullah Saw nampak tidak bugar seperti biasanya, beliau terbaring sakit di atas ranjang. Melihat keadaan suami tercinta, Siti Aisyah gelisah, ia berjalan mondar-mandir.

“Apa gerangan sakit yang menimpa Rasulullah Saw?” tanya Siti Aisyah dalam hati.

Di sela-sela sakitnya, Rasulullah Saw mengigau, seperti sedang melakukan sesuatu (berhalusinasi mendatangi istrinya satu persatu), namun beliau tidak melakukannya. Di tengah-tengah kesadaran, beliau tau tubuhnya sedang terbaring di atas tempat tidur.

Dalam kondisi kesehatan yang kacau itulah Rasulullah Saw memanggil istrinya, beliau memberitahu bahwa Allah SWT telah memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Allah SWT mengutus dua Malaikat untuk menyaimpaikan.

“Dua orang laki-laki mendatangiku, seorang duduk di pinggir kakiku dan satunya lagi di sisi kepalaku,” kata Rasulullah Saw kepada Siti Aisyah.

Salah satu dari Malaikat menjelaskan bahwa Rasulullah Saw terkena santet dari Labid Al-Ashom, ia menyantet menggunakan rambut dan sisir Rasulullah Saw ditambah kulit mayang kurma jantan. Santetnya diletakkan di bawah batu di dalam sumur dzarwan.

Keesokan harinya, Ammir bin Yassir dan beberapa sahabat lain diutus Rasulullah untuk memeriksa sumur dzarwan, beliau menerangkan benda-benda yang digunakan Labid Al-Ashom untuk menyantet. Alangkah terkejutnya melihat benda-benda yang diceritakan Rasulullah sama persis dengan yang ada di dalam sumur.

Satu riwayat menerangkan bahwa setelah benda-benda itu diangkat lalu dibakar. Terlihat tali dengan 11 simpul yang susah dibuka. Pada saat itu turunlah wahtu surat Al-Falaq dan An-Nas, ada yang menyebut Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas (Muawwidatain). Setelah Rasulullah Saw membaca ayat-ayat muawwidatain, simpul-simpul tersebut menjadi terbuka.

Riwayat lain sebagaimana ditulis dalam buku The Great Episodes of Muhammad Saw (2017) karangan Said Ramadhan Al-Buthy mengatakan bahwa santet yang menimpa Rasulullah Saw hanya berpengaruh pada jasadnya saja, tidak sampai menggoyahkan akal, hati dan keimanannya. Nabi Muhammad Saw memang terjaga (Maksum), namun bukan berarti beliau kebal terhadap berbagai jenis penyakit dan macam-macam faktor manusiawi lainnya.

Menurut keterangan KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha’), Rasulullah berpesan kepada Siti Aisyah beserta sahabat-sahabat lainnya agar berita tentang perbuatan Labid Al-Asham jangan disebar karena ia orang yang sangat berpengaruh dikalangan kaum yahudi.

Rasulullah Saw sudah ridlo atas apa yang menjadi takdir Allah SWT dan memaafkan Labid Al-Ashom. Bilamana para sahabat atau umat muslim menangkap Labid Al-Ashom untuk balas dendam, tentunya konfrontasi kaum yahudi dan umat muslim semakin membara. Kaum yahudi akan lebih  membenci Islam lantaran tokohnya telah ditangkap, meskipun sebenarnya Labid Al-Ashom melakukan tindak kriminalitas terhadap Rasulullah Saw.

Alangkah pemaaf dan bijaksananya Rasulullah Saw, beliau makhluk paling sempurna yang dijadikan suri tauladan (uswatun hasanah) bagi seluruh manusia. Seperti dalam syair Maulid Dhiba’ karangan Imam Jalil bin Abdurrahman yang artinya: “Kamulah matahari dan rembulan, kamulah cahaya di atas cahaya, kamulah permata yang paling mahal harganya, kamulah pelita hati umat manusia

Allahumma Sholli Ala Sayyida Muhammad!