Kementerian Agama akan membuat Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara.Pembentukan lembaga ini dilatarbelakangi kekayaan manuskrip keagaamaan yang tersebar di Indonesia berjumlah puluhan ribu dengan kondisi yang memprihatinkan.
Hal tersebut diaktakan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam Forum Group Discussion (FGD) tentang Perpustakaan Khazanah Agama dan Keagamaan di Jakarta, Selasa (09/10). “Sudah semestinya Indonesia sebagai negara yang begitu besar punya Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara. Ini penting untuk menjawab ekspektasi masyarakat yang begitu besar kepada Kementerian Agama,” katanya.
Menag menambahkan bahwa kegiatanlembaga manuskrip harus dilakukan secara bertahap misalnya digitalisasi naskah, membuat film-film dokumenter sebagai bentuk konservasi warisan ini. “Untuk mewujudkan hal ini, perlu penyesuaian dan modifikasi sejumlah program yang mendukung” ujarnya seperti dikutip laman kemenag.go.id.
Keinginan tersebut diamini oleh Abdurahman Mas’ud. Menurutnya ada lima lima alasan yang dipaparkan terkait wacana pendirian pusat kajian manuskrip keagamaan nusantara, diantaranya adalah marraknya tahrif sejak tahun 1970-an.
“Indonesia adalah negara yang sangat kaya manuskrip keagamaan, tetapi juga rawan bencana alam. Bencana alam juga biasa berdampak pada hilang atau rusaknya naskah. Banyak naskah yang telah didigitalisasi, tetapi belakangan hancur, hilang, dan bahkan dijual ke luar negeri. Kemudian Sedang terjadi pergeseran paradigma kajian Islam dari Timur Tengah ke Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Islam Indonesia yang khas dan majemuk, sejatinya menjadi referensi dunia terutama dalam hal artikulasi Islam dengan budaya, politik, ekonomi dan local wisdom,” ujar Abdurrahman.
Dalam acara tersebut disebutkan bahwa beberapa negara telah mempunyai lembaga kajian manuskrip keagamaan misalnya Mesir yang sudah ada Ma’had al-Makhthuthat dan perpustakaan megah di Universitas Iskandariyah. Kemudian Republik Islam Iran memiliki dua perpustakaan Manuskrip, yakni Maktab-e al-Noor, Teheran yang memiliki koleksi jutaan naskah dan 700-an produksi CD dalam berbagai keilmuan Islam dan Maktabah Allamah al-Mar’asy, Teheran yang memiliki sekitar 40 ribuan manuskrip.
Sementara Turki memiliki IRCICA sebagai pusat manuskrip Republik Turki. Malaysia dan Brunei Darussalam juga sudah mengoleksi lebih dari 1.500-an manuskrip dan konon sebagian besar berasal dari Indonesia.