Telah dijelaskan oleh para ulama dalam kitab-kitab mereka bahwa ketika kita memulai mengerjakan perkara yang wajib seperti shalat fardhu dan puasa Ramadhan, maka kita wajib menyempurnakannya hingga selesai. Kita dilarang untuk membatalkan perkara yang wajib kecuali ada uzur yang dibenarkan secara syar’i. Adapun perkara yang sunah, maka kita boleh membatalkannya sebelum selesai. Namun bagaimana jika kita melakukan puasa qadha Ramadhan, apakah boleh dibatalkan sebelum sempurna dikerjakan?
Menurut Imam Syafii dan kebanyakan ulama Syafiiyah, jika kita telah memulai puasa qadha wajib seperti menggqadha puasa Ramadhan, maka kita tidak boleh membatalkannya kecuali ada uzur yang dibenarkan secara syar’i. Kita wajib menyempurnakan puasa qadha Ramadhan hingga waktu Maghrib tiba.
Jika kita membatalkan puasa qadha Ramadhan yang telah kita mulai, maka kita berdosa karena kita telah memutuskan perkara wajib. Ini sama seperti memutus dan membatalkan shalat fardhu dan puasa Ramadhan tanpa ada uzur yang dibenarkan secara syar’i.
Hal ini sebagaiman disebutkan dalam kitab Kifayatul Akhyar berikut;
ومن شرع في صوم القضاء فان كان على الفور لم يجز الخروج منه وان كان على التراخي فالصيح ونص الشافعي في الام انه لا يجوز لانه تلبس بفرض ولا عذر فلزمه اتمامه كما لوشرع في الصلاة في اول الوقت لا يجوز قطعها
“Barangsiapa memulai puasa qadha, jika puasa qadha tersebut wajib disegerakan, maka tidak boleh keluar atau membatalkannya. Jika puasa qadha tersebut boleh ditunda, maka menurut pendapat yang shahih, dan ini telah ditegaskan oleh Imam Syafii dalam kitab al-Umm, maka tidak boleh membatalkannya karena dia telah memulai perkara wajib dan tidak ada uzur sehingga baginya wajib untuk menyempurnakannya. Hal ini seperti memulai shalat di awal waktu, maka tidak boleh memutuskannya.”
Berdasarkan penjelasan di atas, jika kita sudah memulai puasa qadha Ramadhan, maka kita tidak boleh membatalkanya kecuali karena ada uzur syar’i, seperti sakit atau sedang berada dalam perjalanan.
Selengkapnya, klik di sini