Kementerian Agama menginformasikan waktu Idul Adha Indonesia tahun ini berbeda dengan Arab Saudi. Tidak hanya Indonesia sebenarnya, beberapa negara mayoritas muslim lainnya juga berbeda dengan Arab Saudi. Hal ini dapat dimaklumi karena perbedaan waktu antara Indonesia dan Arab Saudi. Kemenag menetapkan Idul Adha jatuh pada hari Minggu, 10 Juli 2022, sementara Arab Saudi menetapkan hari Sabtu, 9 Juli 2022.
Perbedaan waktu ini menjadi masalah di Indonesia. Banyak orang yang bingung dengan perkara ini. Apalagi banyak beredar tulisan di media sosial yang mempermasalahkan perbedaan waktu ini. Ada yang bilang puasa Arafah ikut Arab Saudi, bukan Nusantara. Ada yang mengatakan kalau ikut putusan pemerintah, nanti puasa Dzulhijjahnya bertepatan dengan hari raya Idul Adha.
Sebagian artikel yang beredar ini tidak jelas siapa penulisnya, bahkan beberapa tulisan terkesan provokatif, menggiring opini seakan-akan putusan pemerintah ini dibuat-buat, ingin berbeda dengan Arab Saudi, dan seterusnya. Asumsi ini jelas tidak benar. Pemerintah menetapkan hari raya Idul Fitri atau Idul Adha setelah menerima masukan dan penelitian dari banyak pakar, khususnya ahli hisab dan rukyat, kemudian baru diputuskan dan diinformasikan kepada publik.
Adapun terkait puasa Arafah pelaksanaannya mengikuti waktu yang berlaku di tempat masing-masing. Misalnya, hari raya Idul Adha di Indonesia tanggal 10 Juli, puasa Arafahnya berati hari sabtu, 9 Juli 2022. Meskipun pada hari sabtu itu waktu hari raya Idul Adha di Arab Saudi. Sebagian orang memahami tidak sah puasa Arafah pada tanggal 9 tersebut, karena hari raya Idul Adha di Arab Saudi, dan jemaah haji melaksanakan wukuf di Arafah tanggal 8 Juli. Menurut mereka, pelaksanaan puasa Arafah mestinya berbarengan dengan waktu wukuf jemaah haji di Arab Saudi.
KH. Ma’ruf Khozin, anggota LBM PBNU, menjelaskan waktu puasa Arafah tidak terkait dengan waktu jemaah haji wukuf di Arafah. Waktu puasa Arafah berdasarkan waktu penanggalan, 9 Dzulhijjah, bukan berdasarkan jemaah haji wukuf di Arafah. Konsekuensinya, pelaksanaannya disesuaikan dengan waktu masing-masing negara, bukan mengikuti waktu wukuf di Arafah.
Di antara alasan yang beliau kemukakan terkait penamaan hari Arafah adalah pendapat Imam Ar-Razy. Dalam tafsirnya beliau menjelaskan:
اﻋﻠﻢ ﺃﻥ اﻟﻴﻮﻡ اﻟﺜﺎﻣﻦ ﻣﻦ ﺫﻱ اﻟﺤﺠﺔ ﻳﺴﻤﻰ ﺑﻴﻮﻡ اﻟﺘﺮﻭﻳﺔ، ﻭاﻟﻴﻮﻡ اﻟﺘﺎﺳﻊ ﻣﻨﻪ ﻳﺴﻤﻰ ﺑﻴﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ
“Ketahuilah bahwa hari ke 8 Dzulhijjah disebut hari Tarwiyah. Dan hari 9 disebut hari Arafah.”
Selain itu, syariat pelaksanaan puasa Arafah sudah ada sejak dulu, sebelum ibadah haji dilakukan. Hal ini sebagaimana dikatakan Ibnu Hajar:
ﻋﻦ ﻣﺎﻟﻚ اﺧﺘﻠﻒ ﻧﺎﺱ ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﻮﻟﻪ ﻓﻲ ﺻﻮﻡ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻫﺬا ﻳﺸﻌﺮ ﺑﺄﻥ ﺻﻮﻡ ﻳﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ ﻛﺎﻥ ﻣﻌﺮﻭﻓﺎ ﻋﻨﺪﻫﻢ ﻣﻌﺘﺎﺩا ﻟﻬﻢ ﻓﻲ اﻟﺤﻀﺮ
“Diriwayatkan dari Malik bahwa para sahabat berbeda tentang puasa Nabi. Ini menunjukkan bahwa puasa Arafah sudah dikenal di kalangan para Sahabat dan mereka terbiasa untuk puasa saat berdomisili / tidak bepergian” (Fath Al-Bari, 4/237)
Jadi, masyarakat Indonesia tidak perlu ragu dan bingung. Lakukanlah puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah merujuk waktu yang berlaku di Indonesia.