Said Khumaisi dalam sebuah artikel berjudul liqa’ Ibn Arabi wa Ibn Rushdi wa Mujaz Alaqah al-Kasyf wa al-Aql, memberikan penjelasan mengenai jawaban “misterius” Ibn Arabi atas pertanyaan Ibn Rushdi di atas. (Baca: Perjumpaan Ibn Rushdi dan Ibn Arabi (Bag.1) Ia mengatakan:
Makna dari “ya” dan “tidak” yang merupakan jawaban Ibn Arabi di atas adalah bahwa akal memberikan sebuah pengetahuan sebagaimana penyingkapan (al-kasyf). Akan tetapi pengetahuan tersebut memiliki batas. Batasan ini merupakan titik akhir dari pengetahuan akal.
Kesimpulannya, bahwa selama akal dalam bentuk kegiatan berpikirnya ia adakalanya menjawab “ya” atau adakalanya akan mengatakan “tidak”. Sedangkan mata hati terdalam akan mengatakan “ya” dan “tidak” sekaligus dan dalam waktu yang sama.
Setelah perjumpaan perdana kedua tokoh besar yang terjadi di rumah Sang Filsuf, ia kerap mengirimkan surat kepada Sang Sufi untuk meminta bertemu kembali. Namun tidak pernah mendapatkan balasan.
Justru sang Sufi suatu waktu yang kembali berkunjung ke rumah Sang Filsuf. Namun tidak terjadi dialog sebagaimana terjadi pada perjumpaan pertama. Dan setelah pertemuan kedua ini, keduanya tidak pernah kembali bertemu hingga wafatnya Sang Filsuf yang konon kematiannya penuh dengan misteri.
Saat penguburan jenazah Sang Filsuf, Sang Sufi datang dan turut serta berbaur dengan para peziarah melayat dan mengiring jenazah Sang Filsuf. Saat itu ia bersama seorang sahabatnya, Abu Hasan Muhammad bin Jubair seorang ahli fikih dan sastrawan.
Ketika melihat iring-iringan jenazah Sang Filsuf, Abu Hasan bertanya kepada Sang Sufi, “Kau lihat bagaimana Sang Guru ditimbang? Ia berada di satu sisi, sedangkan karya-karyanya berada di sisi lain.”
Sang Sufi menjawab, “Ya. Sang Sufi merenung dalam diamnya. Ia bergumam, “Di satu sisi terdapat semua karya-karyanya. Di sisi lain, terdapat jasadnya yang sudah tak bernyawa. Aku ingin tahu, apakah semua harapannya telah purna?” [Habis]