Membincang Ibnu Rusyd Sebagai Penggemar Berat Aristoteles

Membincang Ibnu Rusyd Sebagai Penggemar Berat Aristoteles

Bagaimana membincang Ibnu Rusyid dan Aristotoles

Membincang Ibnu Rusyd Sebagai Penggemar Berat Aristoteles

Ibn Rusyd: Penggemar Berat Aristoteles

Oleh: Taufiqurrahman

Di tongkrongan saya, ada rumor bahwa Aristoteles itu bukan nama orang, melainkan nama komunitas atau kampus yang terdiri dari banyak orang. Rumor itu muncul untuk menjelaskan teka-teki mengapa orang yang bernama Aristoteles ini bisa menulis banyak hal, mulai dari logika, fisika, astronomi, kosmologi, psikologi, biologi, zoologi, metafisika, etika, politik, linguistik, ekonomi, retorika, hingga estetika.

Dalam bidang logika saja, misalnya, Aristoteles menulis 6 buku: Categories, De Interpretatione, Prior Analytics, Posterior Analytics, Topics, dan Sophistical Refutations. Keenam buku tersebut kemudian diberi nama Organon oleh para pengikutnya di Yunani. Buku-buku itulah yang menjadi dasar logika klasik yang kita gunakan sampai sekarang.

Metode penalaran silogistik, misalnya, yang biasa masuk ke soal-soal tes CPNS, seleksi masuk perguruan tinggi, dan seleksi beasiswa itu berasal dari buku Prior Analytics. Begitu juga dengan bidang-bidang ilmu yang berkembang pesat saat ini—kebanyakan pokok bahasannya sudah pernah dibahas Aristoteles dalam salah satu bukunya. Oleh karena itulah, semua karya Aristoteles, yang sekarang sudah dikumpulkan menjadi satu buku dengan judul The Complete Works of Aristotle, bisa setebal 5000 halaman lebih.

Maka tidak heran jika Aristoteles ini punya banyak jemaah—yang dulu dikenal sebagai “Geng Peripatetik” (Peripatetic School). Nama itu adalah transliterasi dari istilah Yunani “peripatētikós” yang berarti “berjalan”. Dinamai demikian karena konon jemaah Aristoteles ini suka berkumpul di sebuah gang untuk mendengar ceramah Sang Guru yang suka menyampaikan ceramahnya sambil mondar-mandir di tempat itu.

Selain punya banyak jemaah pada masanya, Aristoteles ini juga punya banyak pengagum berat. Di dunia Islam, salah satu pengagum beratnya adalah Abū al-Walīd Muhammad Ibn Ahmad Ibn Rusyd (1126-1198) yang biasa disebut Ibn Rusyd. Orang Barat mengenalnya sebagai Averroes.

Dia adalah seorang ilmuwan dan filsuf Muslim yang lahir di Cordoba, Andalusia. Sebagaimana Aristoteles, bidang keilmuan yang dia tulis juga sangat beragam, mulai dari filsafat, teologi, kedokteran, astronomi, fisika, psikologi, matematika, hukum Islam (fiqh), dan linguistik. Karenanya, dia disebut sebagai seorang “polymath”.

Namun, jika Aristoteles bisa kita sebut “gila” karena menulis banyak buku dalam beragam bidang ilmu, maka pengagum beratnya ini lebih “gila” lagi karena, selain menulis buku-bukunya sendiri, juga memberi komentar terhadap hampir semua buku Aristoteles.

Penulisan komentar terhadap karya-karya Aristoteles itu diawali oleh pertemanan Ibn Rusyd dengan Ibn Ṭufayl, penulis Ḥayy ibn Yaqzān. Mereka berdua hidup di masa Dinasti Al-Muwahhidūn di bawah kepemimpinan Abū Ya’qūb Yūsuf (1163-1184) dan anaknya Abū Yūsuf Ya’qūb al-Manṣūr (1184-1199). Pada waktu itu, Ibn Ṭufayl menjadi semacam intelektual istana yang sangat dekat dengan Khalifah Abū Ya’qūb Yūsuf.

Abū Ya’qūb dikenal sangat suka ilmu dan sering berdiskusi tentang pemikiran para filsuf Yunani dengan Ibn Ṭufayl. Pada suatu ketika, dia mengeluh pada Ibn Ṭufayl bahwa dia kesusahan untuk memahami pemikiran Aristoteles yang diterjemahkan dan dijelaskan oleh para penulis Arab sebelumnya. Ibn Ṭufayl lalu memperkenalkan Ibn Rusyd kepada sang khalifah dan menyarankan sang khalifah untuk meminta Ibn Rusyd menjelaskan buku-buku Aristoteles padanya. Ini terjadi pada tahun 1169.

Itulah awal Ibn Rusyd memberikan banyak komentar terhadap hampir semua karya Aristoteles. Hanya ada satu karya penting Aristoteles yang tidak diberi komentar, yaitu Politics. Pasalnya, waktu itu Ibn Rusyd tidak memiliki akses untuk memperoleh buku tersebut. Akhirnya, dalam bidang politik, ia memberi komentar terhadap buku Republic-nya Platon.

Komentar-komentarnya terhadap karya-karya Aristoteles ada tiga macam: 1) Jāmi’ (short commentaries) yang berisi rangkuman terhadap karya tertentu Aristoteles; 2) Talkhīsh (middle commentaries) yang berisi parafrase dan penjelasan singkat, padat, dan mudah terhadap karya tertentu Aristoteles; dan 3) Tafsīr atau Syarh (long commentaries) yang berisi penjelasan panjang dan detail terhadap tiap-tiap kalimat dalam karya tertentu Aristoteles.

Di antara buku Aristoteles yang diberi syarh atau komentar panjang adalah Physics (al-Ṭabī’ah), Metaphysics (Mā Ba’da al-Ṭabī’ah), On the Soul (Kitāb al-Nafs), dan Posterior Analytics (al-Burhān). Buku-buku tersebut masing-masing membahas tentang fisika, metafisika, psikologi, dan logika. Selain itu, Ibn Rusyd juga memberi talkhīs terhadap semua buku Aristoteles dalam bidang logika. Talkhīs ini bertujuan untuk memudahkan kita memahami Aristoteles seperti yang diminta oleh Abū Ya’qūb.

Oleh karena itu, jika Anda ingin memahami Aristoteles dari literatur Arab, karya-karya Ibn Rusyd sangat direkomendasikan. Anda bisa membaca Talkhīs Kitāb al-Maqūlāt untuk memahami Categories; Talkhīs Kitāb al-‘Ibārat untuk De Interpretatione; Talkhīs Kitāb al-Qiyās untuk Prior Analytics; Talkhīs Kitāb al-Burhān untuk Posterior Analytics; dan Talkhīs Kitāb al-Jidal untuk Sophistical Refutations.

Berkat komentar-komentar Ibn Rusyd itulah, Aristotelianisme berkembang pesat di dunia Islam kala itu. Kecenderungan Aristotelian inilah yang kemudian mendorong al-Ghazali untuk menulis kritik terhadap para filsuf seperti Ibn Rusyd di dalam kitabnya yang terkenal Tahāfut al-Falāsifah (Kekacauan Berpikir Para Filsuf). Kritik itu kemudian dibalas oleh Ibn Rusyd dengan kitab Tahāfut al-Tahāfut (Kekacauan Berpikir Kitab ‘Tahāfut’). Itu termasuk salah satu polemik besar dalam sejarah filsafat Islam.

Namun, di luar polemiknya dengan al-Ghazali, sumbangsih Ibn Rusyd terhadap perkembangan filsafat Islam waktu itu sangat besar, terutama, seperti yang disebutkan di atas, upayanya membawa teks-teks Aristoteles ke dunia Arab. Ia menjadi semacam jembatan yang menghubungkan dunia Islam dengan alam pikir Yunani. Bahkan filsafat Modern yang muncul belakangan di Eropa disebut sebagai bagian dari warisan Ibn Rusyd, karena para sarjana Barat pada awalnya hanya bisa mengenal Aristoteles melalui Ibn Rusd.

Maka, untuk mengenang jasa besar Ibn Rusyd terhadap dunia Islam dan terhadap filsafat secara umum, di bulan Ramadlan ini, saya akan membuat tulisan serial tentang salah satu kitab Ibn Rusyd yang mengomentari karya Aristoteles, yaitu Talkhīs Kitāb al-Maqūlāt. Kitab ini berisi dasar-dasar logika Aristotelean yang dijelaskan secara mudah oleh Ibn Rusyd.

Tentu ini tantangan tersendiri bagi saya. Sebab Ibn Rusyd menulis komentar pendek (talkhīs) untuk buku Categories itu dengan tujuan memudahkan pembaca memahami Aristoteles. Maka uraian saya terhadap talkhīs-nya Ibn Rusyd semestinya lebih mudah lagi untuk dicerna. Semoga saya bisa!