Setelah beberapa hari potongan ceramahnya terkait salah satu ciri perempuan salehah memiliki berat badan kurang dari 55 Kg viral, Ustadz Hanan Attaki merilis vidio klarifikasi melalui akun YouTube resminya, Hanan Attaki. dalam video berjudul ‘Klarifikasi Dalam Ceramah – Ustadz Hanan Attaki’.
Dalam video yang hanya berisi audio berdurasi 18 menitan tersebut, Ust. Hanan memberikan beberapa penjelasan untuk mengklarifikasi video yang viral tersebut. Menurutnya, ceramah tersebut adalah dalam hal mengajak para ‘akhwat’ untuk belajar seperti Aisyah.
“Aisyah adalah salah satu istri Nabi yang paling sering diajak Nabi untuk melakukan traveling. Traveling sering saya terjemahkan sebagai ‘rihlah’ dalam nuansa dakwah, jihad. Aisyah traveler yang menjaga adab. Ada adegan ketika Rasulullah melakukan perjalanan, Aisyah bersama Rasulullah berlomba lari menyusul para sahabat yang sudah duluan melakukan perjalanan. Kemudian Aisyah menang dalam lomba pertama dan Rasulullah menang pada perlombaan kedua. Aisyah mengomentari fisiknya bahwa Aisyah pertama masih kurus dan yang kedua sedikit gemuk. Ini menunjukkan bahwa Aisyah adalah traveler yang fun tanpa berbuat dosa. Ini memotivasi bagaimana hobi bisa tersalurkan tapi tetap menjadi pahala kebaikan. Teladannya adalah Aisyah,” jelas Hanan.
Baca juga: Ustadz Hanan Attaki dan Kontroversi Berat Badan Cewek Sholehah
Menurut Hanan, ia menggunakan kata 55 Kg sebagai bahasa kiasan. Ia juga mengajak masyarakat untuk smart dan berusaha memahami bahasa dakwahnya.
“Kemudian inilah yang menginspirasi saya, memotivasi saya kepada teman-teman akhwat agar tetap menjaga fisik meski ini bukan satu-satunya ciri-ciri salihah dan sesuatu yang perlu terlalu diseriusin. Bahwa menjaga fisik untuk suami itu ibadah, berolahraga itu ibadah. Salah satu ciri perempuan salihah beratnya 55 kg ini adalah bahasa kiasan. Mungkin kita perlu mempelajari bahwa ada bahasa dalam Alquran itu disebut dengan ‘bayan’, ‘majaz’, ‘mutasyabihat’, dan seterusnya. Jadi bahasa yang dipelajari dalam tafsir Alquran saya pakai dalam bahasa dakwah. Saya mengajak kepada kita semua agar lebih smart, lebih cerdas dalam Islam karena Islam ini teks agama dalam Alquran dan hadis bukan sederhana, tapi istimewa sehingga nggak bisa dipahami dengan ilmu kita yang terbatas,” tuturnya.
Klarifikasi yang Defensif
Sayangnya, klarifikasi tersebut terkesan defensif. Ust. Hanan hanya membela dirinya sendiri. Di sisi lain, ia tidak menghiraukan kritik dari berbagai pihak, mulai rujukan hadis yang digunakan, hingga penyematan saleha dengan angka 55 Kg.
Selama ini yang dipermasalahkan oleh warganet adalah batasan angka. Padahal bahasa yang digunakan oleh Aisyah sendiri dalam hadisul ifki tersebut sangat egaliter. Aisyah sendiri mengatakan bahwa dirinya cukup ringan sehingga orang yang mengangkat tandunya mengira bahwa dirinya masih ada di dalam hingga ia tertinggal dari rombongan.
Dalam bahasa Aisyah disebutkan:
وَكَانَ النِّسَاءُ إِذْ ذَاكَ خِفَافًا لَمْ يَهْبُلْنَ وَلَمْ يَغْشَهُنَّ اللَّحْمُ إِنَّمَا يَأْكُلْنَ الْعُلْقَةَ مِنْ الطَّعَامِ فَلَمْ يَسْتَنْكِرْ الْقَوْمُ خِفَّةَ الْهَوْدَجِ حِينَ رَفَعُوهُ وَحَمَلُوهُ وَكُنْتُ جَارِيَةً حَدِيثَةَ السِّنِّ
Jelas bukan, bahwa Aisyah sama sekali tidak menyebutkan angka. Jika Hanan mengatakan bahwa memahami hadis tidak bisa dengan ilmu yang terbatas, maka seharusnya ia tidak membatasi dengan angka. Apalagi sampai membuat kriteria perempuan saleha dengan angka tersebut. Tentu hal ini menyinggung perasaan para perempuan yang memiliki berat badan di atas 55 Kg. Padahal, ia juga menyebutkan dalam klarifikasinya bahwa Aisyah juga pernah gemuk, tidak hanya Aisyah, istri Rasulullah yang lain juga ada yang gemuk.
Tidak ada yang mempermasalahkan anjurannya untuk mengikuti pribadi Aisyah. Sebagai Istri Rasul, Aisyah cukup pantas untuk dijadikan teladan ibu-ibu. Tapi yang menjadi masalah adalah angka 55 Kg yang ia sebutkan sebagai kriteria perempuan saleha. Seharusnya, dalam klarifikasinya, ia minta maaf terkait angka 55 Kg. yang ia buat, bukan malah membela diri dengan bahasa dakwah yang majaz dan lain sebagainya.
Hal ini juga bisa jadi pelajaran untuk para pendakwah, apalagi buat para pendakwah yang merasa ‘kekinian’, untuk memilah dan memilih kata yang tepat untuk para pendengarnya. Di sisi lain, membaca utuh isi matan hadis dan memahaminya dengan komprehensif adalah bagian terpenting yang harus dilalui sebelum disampaikan. Selain agar tidak bertentangan dengan isi hadis lain, juga agar tidak menimbulkan kesalahpahaman di tengah masyarakat.
Wallahu A’lam
Baca juga:
Ustadz Hanan Attaki dan Berat Badan Istri Rasul: Kritik Matan Hadis
Mengapa Ustadz Hanan Attaki Digemari Remaja Islam?
Ustadz Hanan Attaki dan Caranya Berdakwah
Ustadz Hanan Attaki dan Kontroversi Berat Badan Cewek Sholehah 55 Kg