Pep Guardiola dan Upaya Berdamai dengan Kegagalan

Pep Guardiola dan Upaya Berdamai dengan Kegagalan

Pep Guardiola dan Upaya Berdamai dengan Kegagalan

Pep Guardiola adalah salah satu pelatih genius yang pernah ada dalam sejarah sepakbola. Ia dianggap sebagai penterjemah terbaik dari sepakbola tiki-taka yang dikembangkan Johan Cruyff.

Strategi sepakbola yang memadukan antara keindahan, penguasaan bola. dan efektivitas mencetak gol.

Selama karier, Guardiola telah meraih 39 gelar. Menjuarai la liga Spanyol, Bundesliga, dan liga Inggris, dan Liga Champions. Guardiola adalah sang maestro

Namun, saat ini, dalam musim kompetisi 2024-2025, Guardiola mengalami masa-masa sulit. Ia mengawali musim kompetisi dengan 6 kali kekalahan beruntun, terakhir tumbang dari Tottenham Hotspur, 4-0.

Ada satu momen menarik saat Manchester city berjumpa Feyenoord di liga Champions. City sudah dalam posisi menang 3-0.. Namun, dalam 15 menit terakhir, Feyenoord bisa menyamakan kedudukan dan mengakhiri pertandingan dengan skor 3-3.

Dalam sesi jumpa pers, para Jurnalis terkejut, wajah Guardiola penuh luka gores, berdarah. Seorang jurnalis bertanya tentang luka tersebut, Guardiola :”saya melukai diri saya sendiri dengan kuku saya”, lebih lanjut Guardiola menjelaskan::”saya merasa ingin menyakiti diri-sendiri”

Guardiola, yang sudah terbiasa melihat pertandingan berjalan sempurna, dengan hasil sempurna, merasa kecewa dengan hasil buruk pertandingan City vs Feyenoord, yang kemenangan sudah tampak di depan mata tapi hancur dalam 15 menit.

Guardiola tidak bisa menerima itu, ia menyalahkan dirinya sendiri dan ingin menyakiti diri sendiri.

Guardiola tidak bisa berdamai dengan kegagalan.

Guardiola hanya satu dari berjuta lakon manusia yang kesulitan menerima kegagalan.

Adakalanya manusia menghadapi kegagalan dengan menyalahkan orang lain, atau seperti Guardiola, menyalahkan diri-sendiri dan ingin menyakiti diri-sendiri.

Kita mendengar banyak berita orang-orang yang tidak bisa berdamai dengan kegagalan. Mereka depresi, stress, menyakiti diri-sendiri, dan bahkan bunuh diri.

Mereka tidak bisa berdamai dengan kegagalan karena dalam pikirannya dipenuhi banyak harapan, banyak ekspektasi, yang harapan itu tidak sesuai dengan kenyataan

Seorang guru Mindfulness memberi nasehat pada saya :

“Jangan berharap apapun di dunia ini, karena segala bentuk harapan akan menghancurkan mental mu. Terima saja apa yang ada dan terjadi hari ini, di sini, saat ini. Penerimaan itu akan membuat hatimu tenang.

Adalah jauh lebih penting mengajari anak-anak untuk menerima kegagalan dan Bangkit dari kegagalan daripada mengajari anak untuk menggapai kesuksesan.

Seorang anak yang dididik untuk terus meraih kesuksesan, untuk terus mengejar mimpi, ketika jatuh atau gagal, ia tidak tahu caranya untuk bangkit.