Bulan Ramadan adalah bulan mulia yang keutamaannya sudah diketahui oleh seluruh umat muslim di dunia. Demi meraih keutamaan bulan Ramadan, kaum muslimin berlomba-lomba untuk meningkatkan ibadah dan kebaikan pada bulan tersebut. Selain melaksanakan puasa wajib, Sebagian mereka mengisinya dengan memperbanyak baca dan tadabbur Al-Qur’an, sebagian lain, mengisinya dengan memperbanyak salat-salat sunnah, dan sebagian lainnya, mengisinya dengan memperbanyak infaq dan sodaqoh kepada orang-orang yang membutuhkan.
Namun, satu hal yang paling disayangkan adalah kekeliruan sebagian kaum muslimin yang melupakan urgensitas konsistensi (istiqamah) dalam beribadah, karena perhatian mereka yang hanya terfokus kepada meraih keutamaan Ramadan.
walhasil, tak sedikit kaum muslimin yang ketika Ramadan sangat rajin melaksanakan ibadah, namun, ketika Ramadan telah berakhir, berakhir pula semangat mereka untuk melakukan ibadah. mereka adalah orang-orang yang biasa disebut dengan penyembah Ramadan (al-Ramadaniyah).
Padahal, Rasulullah SAW tidak pernah mencontohkan hal yang seperti itu. Rasulullah SAW sangat memuliakan Ramadan dengan cara mengisi Ramadan dengan kebaikan dan ibadah-ibadah sebagai bentuk rasa penghambaan beliau kepada Allah SWT. Akan tetapi, intensitas ibadah beliau setelah Ramadan tidaklah berkurang seperti mereka yang hanya mengincar keutamaan pahala ibadah di bulan Ramadan.
Bagi Rasulullah SAW, konsistensi ibadah adalah segalanya. Karena ibadah sejatinya merupakan media penyambung hubungan antara hamba dan Tuhannya, dan jika ia tidak dilaksanakan secara konsisten, maka hubungan antara hamba dan tuhannya bisa terputus pula. Dan hal yang seperti itu, sangatlah tidak disukai oleh Rasulullah SAW.
Suatu ketika Rasulullah SAW diminta untuk mengatakan satu hal yang terpenting oleh salah seorang sahabat yang Bernama Sufyan bin Abdillah, “wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku sesuatu yang tidak bisa aku dapatkan dari orang selainmu!, Rasulullah SAW kemudian berkata: “Katakanlah! Bahwasannya aku beriman kepada Allah SWT, lalu beristiqamahlah!” (HR. Muslim)
Dari riwayat tersebut kita dapat mengetahui betapa berharganya nilai dari sebuah konsistensi dalam beriman dan beribadah kepada Allah SWT. Maka dengan landasan tersebut, apa yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin yang hanya bersemangat melaksanakan Ibadah di bulan Ramadan, dan tidak menyertainya dengan keistiqamahan beribadah di bulan-bulan lain tidaklah dibenarkan.
Bahkan, karena pentingnya sebuah konsistensi dalam beribadah, Rasulullah SAW pernah memerintahkan salah seorang budak wanita Aisyah RA untuk tidak berlebihan dalam beribadah jika bisa melahirkan rasa bosan dalam beribadah.
Aisyah RA meriwayatkan, “suatu ketika Rasulullah SAW mendatangiku di kamarku, ketika itu seorang budak wanita sedang bersamaku, Rasulullah SAW bertanya: “siapa ini?”, Akupun menjawab: “seorang budak yang tidak tidur dan sedang melakukan salat malam”.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “hendaknya kalian melaksanakan ibadah sesuai dengan kemampuan kalian (tidak berlebihan), karena demi Allah, Sesungguhnya Allah SWT tidak akan pernah merasa bosan dengan ibadah kalian sehingga kalian yang merasa bosan”. (Muttafaq Alaih)
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan, kita dapat menyimpulkan bahwasannya benar Rasulullah SAW sangat memuliakan bulan Ramadan dengan segala keutamaannya, namun, di mata beliau keistiqamahan dalam beribadah jauh lebih penting dibandingkan hanya mengkhususkan satu bulan saja untuk berasyik masyuk dengan sang Khaliq.
Bagaimanapun juga, penghambaan beliau kepada Allah SWT dilandasi dengan rasa cinta kepada Allah, dan karena hal itu, bagaimana mungkin sang pecinta akan tahan jika hanya bertemu dengan zat yang paling dicintainya hanya dalam satu bulan khusus saja. Maka rengungkanlah!