Film Pengabdi Setan 2: Communion telah tayang dan mendapatkan banyak atensi dari berbagai pihak, terutama para sineas dan penonton film horor. Film ini merupakan sequel dari film pertama dengan judul sama, mengisahkan kelanjutan kehidupan keluarga Bapak pasca pindah dari rumah berhantu.
Salah satu hal yang paling mencolok dalam film ini adalah cerita sekte pengabdi setan yang dianggap rela melakukan berbagai hal, meskipun menyalahi agamanya, termasuk berhubungan seksual dengan orang yang bukan pasangan sahnya. Hal ini sebagaimana disebutkan Joko Anwar, sutradara film ini dalam serial twitnya.
“29 is a special number. Begitu juga dengan 4-17. ‘Mereka’ suka mengejek. That’s why their deity always smiles. Because they mock what came before them. Including the holy books,” tulis Anwar.
Beberapa warganet memberikan komentar terkait angka 4-17 dalam twit sang sutradara. Di antaranya menyebut bahwa 4-17 adalah nomer surat dan ayat dalam Al-Quran. Dalam Al-Quran, surat ke-4 ayat 17 jika mengacu pada urutan mushaf saat ini adalah surat an-Nisa’ ayat 17.
اِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّٰهِ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السُّوْۤءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوْبُوْنَ مِنْ قَرِيْبٍ فَاُولٰۤىِٕكَ يَتُوْبُ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
Artinya,
Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera bertobat. Tobat mereka itulah yang diterima Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.
Ayat tersebut menjelaskan tentang pertaubatan yang pantas didapatkan bagi orang yang melakukan kejahatan tanpa kesadaran. Dalam Tafsir at-Thabari disebutkan bahwa ayat ini ditujukan kepada manusia yang sejatinya masih memiliki keimanan di hatinya namun karena kebodohan dan ketidaktahuan, ia melakukan sebuah dosa. Maka agar diampuni, ia harus segera melakukan taubat. Imam Mujahid dan Qatadah menyebut bahwa yang dimaksud jahalah dalam ayat di atas adalah semua orang yang melakukan dosa adalah kebodohan. Sehingga jahalah bukan dimaknai sebagai sebab melakukan dosa, melainkan sebutan bagi orang yang berdosa. Dalam konteks film Pengabdi Setan, bisa jadi sang sutradara ingin menyebut para pengabdi setan tersebut adalah orang yang ‘bodoh.’
Pengabdi Setan dalam Al-Qur’an
Ala kulli hal, sebenarnya ada satu ayat yang, menurut hemat penulis, lebih cocok menjelaskan pengabdi setan dalam Al-Quran adalah Q.S Yasin ayat 60.
۞ اَلَمْ اَعْهَدْ اِلَيْكُمْ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ اَنْ لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطٰنَۚ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Artinya,
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu.
Secara term, ayat di atas jelas menyebut kata pengabdi setan atau penyembah setan (ta’budus syaithan). Ayat yang sering dibaca pada malam Jumat ini juga memperingatkan pada manusia untuk tidak sesekali menyembah setan. Karena setan adalah musuh abadi umat manusia, bahkan sejak nenek moyang manusia, Nabi Adam dan Hawa diciptakan, setan telah memiliki dendam abadi.
Kata “penyembah setan” dalam ayat di atas dimaknai oleh para mufassir, termasuk Imam Abu Ja’far at-Thabari dengan melakukan maksiat dan menaatinya untuk berbuat hal-hal yang melanggar perintah agama.
Imam Fakhruddin al-Razy dalam Mafatih al-Ghaib-nya menjelaskan, ketaatan terhadap setan bisa melalui diri pribadi maupun orang lain. Sehingga manusia perlu berhati-hati saat menerima ajakan dari orang lain maupun inisiatif pribadi. Satu hal yang perlu diteliti adalah, apakah hal tersebut bertentangan dengan perintah Allah, Rasulnya, dan ajaran-ajaran baik lain. Jika tidak, maka itu sudah termasuk taat kepada setan dan menjadi penyembahnya.
فَإِذَا جَاءَكَ شَخْصٌ يَأْمُرُكَ بِشَيْءٍ، فَانْظُرْ إِنْ كَانَ ذَلِكَ مُوَافِقًا لِأَمْرِ اللَّهِ أَوْ لَيْسَ مُوَافِقًا، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ مُوَافِقًا فذلك الشخص معه الشَّيْطَانِ يَأْمُرُكَ بِمَا يَأْمُرُكَ بِهِ، فَإِنْ أَطَعْتَهُ فَقَدْ عَبَدْتَ الشَّيْطَانَ، وَإِنْ دَعَتْكَ نَفْسُكَ إِلَى فِعْلٍ فَانْظُرْ أَهُوَ مَأْذُونٌ فِيهِ مِنْ جِهَةِ الشَّرْعِ أَوْ لَيْسَ كَذَلِكَ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ مَأْذُونًا فِيهِ فَنَفْسُكَ هِيَ الشَّيْطَانُ، أَوْ مَعَهَا الشَّيْطَانُ يَدْعُوكَ، فَإِنِ اتَّبَعْتَهُ فَقَدْ عَبَدْتَهُ،
“Ketika ada seorang memerintahkanmu melakukan sesuatu, maka lihatlah perintah itu, sesuai dengan perintah Allah atau tidak, jika tidak, maka ia adalah orang yang sedang diikuti setan dan memerintahkanmu perintah setan. Jika kamu mengikutinya, maka kamu telah menjadi pengabdi setan. Jika nafsumu memintamu melakukan sesuatu, maka perhatikanlah terlebih dahulu, apakah perkara itu diizinkan syariat atau tidak. Jika ternyata tidak sesuai syariat, maka nafsumu adalah setan, atau setan sedang bertengger dalam dirimu. Jika kamu mengikutinya, maka kamu telah menjadi pengabdinya.” (Fakhruddin al-Razi, Mafatih al-Ghaib)
Balasan dan Azab bagi Pengabdi Setan
Dalam ayat-ayat setelahnya, Allah telah memperingatkan bahwa setan telah menyesatkan sebagian besar manusia dan neraka Jahannam adalah tempat yang dijanjikan untuk setan dan orang-orang yang menjadi pengabdinya.
وَلَقَدْ اَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلًّا كَثِيْرًا ۗاَفَلَمْ تَكُوْنُوْا تَعْقِلُوْنَ هٰذِهٖ جَهَنَّمُ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْن
Artinya,
Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti? Inilah (neraka) Jahanam yang dahulu telah diperingatkan kepadamu. (Q.S Yasin: 62-63)
Dalam surat al-Maidah ayat 60 juga dijelaskan balasan bagi orang-orang yang menyembah setan. Di antaranya, mereka akan diserupakan dengan kera dan babi. Selain itu, mereka dianggap lebih buruk dari orang-orang yang berbuat kefasikan.
قُلْ هَلْ اُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِّنْ ذٰلِكَ مَثُوْبَةً عِنْدَ اللّٰهِ ۗمَنْ لَّعَنَهُ اللّٰهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيْرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوْتَۗ اُولٰۤىِٕكَ شَرٌّ مَّكَانًا وَّاَضَلُّ عَنْ سَوَاۤءِ السَّبِيْلِ
Artinya,
Katakanlah (Muhammad), “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang fasik) di sisi Allah? Yaitu, orang yang dilaknat dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah Thaghut.” Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.
Q.S As-saba 40-41 juga memberi gambaran adzab yang akan diterima para penyembah jin kelak saat dikumpulkan di Mahsyar.
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيْعًا ثُمَّ يَقُوْلُ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اَهٰٓؤُلَاۤءِ اِيَّاكُمْ كَانُوْا يَعْبُدُوْنَ
قَالُوْا سُبْحٰنَكَ اَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُوْنِهِمْ ۚبَلْ كَانُوْا يَعْبُدُوْنَ الْجِنَّ اَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُّؤْمِنُوْنَ
Artinya,
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Dia berfirman kepada para malaikat, “Apakah kepadamu mereka ini dahulu menyembah?” Para malaikat itu menjawab, “Mahasuci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.”
Dari beberapa ayat dan penjelasan tersebut, bisa disimpulkan bahwa pengabdi setan yang disebut dalam Al-Quran bukan hanya penganut sekte sesat, menyekutukan Allah, atau berbuat syirik kepada-Nya dengan menyembah jin, melainkan juga termasuk orang-orang, pelaku perbuatan-perbuatan yang menyalahi ajaran dan ketentuan agama.
Meskipun demikian, kita dilarang untuk mencela dan melaknat mereka. Karena sejatinya, Allah telah menyediakan cara terbaik untuk mereka yang telah melakukan maksiat dan menjadi pengabdi setan untuk kembali kepada-Nya, yaitu dengan bertaubat dan selalu mengerjakan perbuatan baik. Selain itu, kita tidak mengetahui akhir perjalanan manusia, bisa jadi dalam hembusan nafas terakhirnya, seorang yang diklaim mengabdi kepada setan itu bertaubat kepada-Nya. (AN)
Wallahu a’lam.