Ini cerita tentang orang badui di zaman Nabi. Sutu ketika Rasulullah Saw sedang khusyuk melakukan thawaf. Di tengah-tengah ritual thawaf, Rasulullah Saw berhenti sejenak lantaran mendengar seseorang berdzikir
Ya Karim.., Ya Karim.., Ya Karim.., Ya Karim... Rasulullah mendengar dengan jelas lafal tersebut seraya mencari dari mulut siapakah kalimat itu diucapkan.
Ya Karim.., Ya Karim.. Rasulullah mendengar kedua kalinya lantas merangsek ke depan sambil mencari di mana orang yang mengucapkan dzikir tersebut. Pada jarak yang tidak begitu jauh, Rasulullah Saw melihat seorang laki-laki Baduwi berkulit hitam dan berpakaian compang-camping. Ia terlihat khusyuk dan menjiwai dzikirnya. “Itulah orangnya”, ucap Rasulullah Saw dalam hati.
Seorang Baduwi berjalan menuju Rukun Yamani sambil terus berdzikir: Ya Karim.., Ya Karim… Rasulullah Saw penasaran lalu mengikuti orang Baduwi dibelakangnya. Orang Baduwi lalu menuju ke Talang Rmas sambil terus berdzikir: Ya Karim.., Ya Karim.., Rasulullah terus membuntuti dari belakang.
baca juga: Tangisan Rasulullah yang Mengguncang Langit
Merasa diikuti oleh seseorang, orang Badui mendadak berhenti. Ia mencegat sambil menoleh kebelakang. Spontan Rasulullah Saw pun dihadang oleh orang Baduwi tadi. Mengapa engkau mengikutiku dari tadi, kalau saja bukan karena wajahmu rupawan dan bercahaya, akan kupukul engkau lalu akan kuadukan kepada kekasihku.
Mendengar ucapan orang Badui, Rasulullah balik bertanya: “Siapakah kekasihmu?”.
Orang itu menjawab: “Kekasihku adalah Rasulullah Muhammad Saw”.
“Apakah engkau pernah bertemu dengan kekasihmu?”, Rasulullah balik bertanya.
“Saya memang belum pernah bertemu dengan Muhammad bin Abdullah, namun saya sangat mencintai nya sebagaimana Allah SWT juga mencintainya,” jawab orang Badui.
Setelah bercakap-cakap lumayan lama, orang Badui berbalik dan berniat ingin melanjutkan thawaf.
Sebelum melangkahkan kaki, Rasulullah Saw memanggil: “Wahai hamba Allah, apakah engkau ingin bertemu dengan kekasihmu Muhammad?”.
Orang Badui itu menoleh dengan mimik muka sumringah. Dimanakah Muhammad bin Abdullah berada?. Akulah Muhammad bin Abdullah, akulah Muhammad Rasulullah Saw.
Sontak, ia langsung memeluk dan menciumi Rasulullah Saw hingga beberapa kali. “Ya Rasulullah, sungguh bacaan “Ya Karim” tadi aku nisbatkan kepada engkau lantaran aku tidak tahu-menahu tentang doa thawaf. Lewat bacaan tadi aku bermunajat kepada Allah SWT. Semoga Allah meridhoi ku serta mengampuni segala dosa-dosaku,” ucapnya.
Rasulullah Saw lantas mengangkat tangan dan mendoakan orang Badui itu. Kemudian Allah mengutus Malaikat Jibril turun ke bumi untuk memberi kabar kepada Rasulullah bahwa meskipun orang tersebut sudah didoakan, Allah tetap akan menuntut orang tersebut karena sudah terlanjur marah kapada engkau (Muhammad) sewaktu thawaf.
Rasulullah menceritakan apa yang disampaikan Malaikat Jibril kepada orang itu. Mendengar penuturan Rasulullah Saw, Si Baduwi bukannya sedih. Ia malah menjawab: “Tidak apa-apa ya Rasulullah, jika Allah tetap menuntutku, maka aku juga akan menuntut balik.”
Rasulullah Saw bertanya: Apa yang akan engkau tuntut wahai hamba Allah”.
Orang Badui menjawab: “Aku akan menuntut balik kepada Allah SWT karena Dialah dzat yang maha pengampun, berbekal cintaku kepadamu yang sangat besar aku menuntut pengampunan tersebut”.
Malaikat Jibril mendengar percakapan tersebut lalu kembali menghadap Allah SWT. Orang Baduwi menuntut pengampunan berbekal cintanya yang amat besar kepada kekasihMu (Muhammad Saw), lalu apa yang harus hamba lakukan wahai Tuhanku?” ucap Malaikat Jibril.
Kemudian Allah SWT memberi perintah: “Katakan kepada orang baduwi, karena saking cintanya kepada kekasihku (Muhammad Saw), Aku tidak jadi menuntutnya. Kelak akan Aku jadikan Orang Baduwi tersebut teman Muhammad di Surga
Mendapat perintah dari Allah SWT, Malaikat Jibril turun lagi ke bumi lalu memberikan jawaban Allah SWT kepada Rasulullah Saw. Setelah mendengar cerita dari Rasulullah Saw, orang Badui lantas tersenyum kegirangan sambil menggerakkan-gerakkan badan (berjoget). Beberapa Ulama berpendapat bahwa dari kejadian inilah, Jalaluddin Rumi membuat tarian sufi.