Jika ada yang bilang mencintai itu tanpa batas, Nyak Sandang adalah salah satunya. Umurnya lebih tua dari Republik ini dan cintanya tidak pernah luntur. Ia mencintai Indonesia sepenuh hati, mendedikasikan hidup dan kekayaanya bagi negeri. Melalui sosoknya, selama masa revolusi, Indonesia memiliki pesawat pertama kali.
Nyak Sandang bersama rakyat Aceh memberikan harta kekayaannya untuk membeli pesawat. Waktu itu tahun 1948 ketika Bung Karno datang ke Aceh untuk mencari pendanaan pembelian pesawat. Tentu saja, sebagai sebuah negara besar memliki pesawat untuk menunjukkan taji dan yang lebih penting, sebagai diplomasi.
Usia Nyak Sandang masih 23 tahun dan ikut revolusi. Tahun 1948 itu Indonesia berada di masa genting, NICA mulai masuk kembali hingga terjadi agresi militer. Nyak Sandang bahu membahu mengumpulkan dana dari warga, ia sendiri menjual tanah dan mengajak para warga membantu revolusi hingga terkumpul 120 rb SGD dan 20 KG emas.
Dana itu lalu diberikan kepada Bung Karno dan dibelikan dua pesawat terbang yang diberi nama Seulawah RI-001 Seulawah RI-002. Melalui dua pesawat itu, Bung Karno berkeliling dan diplomasi mempertahankan Indonesia.
“Nyak Sandang, 91 tahun, tak bisa berbahasa Indonesia dengan baik, tapi dia mencintai Indonesia sampai ke tulang sumsumnya,” ujar akvitis dan jurnalis Nezar Patria di laman media sosialnya.
Bagi Nezar Patria, hubungan Aceh dan Republik Indonesia memang tidak selalu punya hubungan manis, tapi hal itu tidak menyurutkan Mak Sandang untuk terus mencintai negeri ini.
“Memang, Aceh dan Indonesia yang pernah dan terus dibelanya tak selalu punya hubungan manis, tapi juga bukan sebuah cinta yang gampang hilang dari ingatan. Semoga republik makin kuat, dan Aceh makin hebat,” tutup Nezar.
Kini, setelah puluhan tahun revolusi sosoknya nyaris dilupakan. Hingga akhirnya melalui banyak jalur dan cara, Nyak Sandang akhirnya diajak untuk berjumpa Jokowi.
Bagi Nyak Sandang, kedatangan ke Jakarta untuk menemui presiden Jokowi merupakan hal pertama. Bahkan, sebagai orang yang pertama menghadiahi Indonesia pesawat, ia belum pernah menaikinya. Seumur hidup ia belum pernah naik pesawat.
Nyak Sandang pun diantar anaknya, Maturidi dan Khaidar dan berangkat dari Aceh dan tiba di Jakarta pada hari Rabu (21/3) dan berjumpa dengan Jokowi.
Ia pun berjumpa dengan Jokowi di Istana dan berbincang dengannya. Sebagai orang yang berjasa kepada negeri, tentu saja ia berhak mendapatkan imbalan yang setimpal. Tapi, Nyak Sandang tetaplah orang biasa seperti orang tua kita, tanpa ada pretensi kekuasaan.
Nyak Sandang hanya ingin dibangunkan masjid di daerahnya, kampung Lamno, Aceh dan berhaji. Sungguh, sebuah sikap yang membuat dada kita bergemuruh.
Nyak Sandang barangkali adalah representasi mereka yang mencintai negeri ini tanpa batas dan hanya ingin melihat Indonesia tumbuh subur dan selalu menjadi kebanggaan warganya.
Panjang umur, Nyak Sandang. Terima kasih atas segala hal yang telah kamu berikan kepada kami.