Namanya al Najeshi, Masjid Tertua di Afrika itu Hancur

Namanya al Najeshi, Masjid Tertua di Afrika itu Hancur

Namanya al Najeshi, Masjid Tertua di Afrika itu Hancur
Ilustrasi masjid

Masjid tertua di Afrika hancur akibat perang saudara. Masjid yang terletak di di Ethiopia adalah salah satu masjid yang dilindungi oleh UNESCO. Nama masjid itu al Najeshi. Masjid al Najeshi merupakan masjid yang didirikan oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW.

Masjid al-Nejashi yang terletak di wilayah Wukro adalah salah satu masjid tertua di Afrika. Letaknya 790 kilometer dari ibu kota Addis Ababa. Disebutkan bahwa kota  Negash adalah kota kecil yang kaya akan sejarah di negara itu. Kota ini identik dengan Islam karena merupakan tempat pemukiman Muslim pertama terjadi di dunia. Kota Negash saat ini termasuk wilayah Tigray saat ini.

Masjid tertua Afrika yang hancur ini menurut Ibn Ishaq’a Sira dilatrabelakangi oleh hijrahnya para pengikut Nabi SAW e Habasyah. Kala itu Nabi Muhammad menyadari bahwa dia tidak dapat melindungi para pengikutnya dari Quraisyh yang berkuasa kala itu. Nabi kemudian berkata,” Pergilah ke Habesha, di sana ada raja Kristen. Ada keadilan di kerajaannya. Habesha (Habasyah) adalah tanah kebenaran. Karena itu pergilah ke sana sampai kita meraih kemenangan dengan pertolongan Allah ”.

Menurut Ahmedin Jebel, seorang sarjana dan penulis Muslim Ethiopia bahwa masjid ini dibangun oleh pengikut awal nabi yang melarikan diri dari penganiayaan.

“Dua belas pria dan empat wanita memperhatikan nasihat nabi dan melakukan ziarah ke Kerajaan Aksum. Di antara mereka, Ruqayyah binti Muhammad, putri nabi sendiri,” kata Jabek seperti dikutip aman middleeasteye.net.

Masjid ini meruapakan masjid tertua di Afrika dan salah satu masjid tertua di dunia. Masjid ini banyak menarik para wisatawan karena sejrahnya yang panjang. Masyarakat muslim setempat menjulukinya sebagai Mekah kedua.

Kehancuran masjid ini tidak terlepas dari konflik di wilayah utara Tigray, Ethiopia  ini. Ahmed Siraj, seorang perwakilan dari Asosiasi Internasional Muslim regional di Tigray, mengatakan kepada bahwa organisasinya telah mencatat kematian beberapa orang yang dibunuh oleh para pejuang setelah sebagian masjid dihancurkan.

“Kami telah menentukan dari sumber kami bahwa sejumlah orang yang tidak bersalah, termasuk ayah dari empat anak, dibunuh oleh tentara Eritrea hanya karena memprotes perampokan masjid pada 26 November,” katanya.  Ia menambahkan bahwa sejumlah artefak diyakini telah dicuri dari masjid. Tidak hanya itu sejumlah manuskrip agama, buku dan surat yang berasal dari abad ketujuh juga dijarah