Kapolri Jenderal Tito Karnavian menjelaskan jenis bom yang dipakai di Kampung Melayu menggunakan TATP (triacetonne triperoxide) alias ibunya setan atau Mother of Satan. Pusat Kontra Terorisme Nasional Amerika Serikat menyebutkan bahan peledak TATP jarang dipakai di zona-zona perang seperti di Irak dan Afghanistan karena ketidakstabilannya, mudah disintesis, sangat peka pada gesekan, goncangan dan panas. Dengan daya ledak cukup tinggi, bahan hidrogen peroksidan dan aseton yang menjadi komponen utamanya. Hanya beberapa gram saja, mampu menciptakan ledakan dahsyat. Bom tersebut mudah didapat dan sering digunakan ISIS.
Riwayat Mother of Satan dimulai 2001. Bahan peledak jenis ini digunakan Richard Reid pada upaya peledakan di bandara Paris pada pesawat yang akan berangkat ke Miami. Kemudian serangan bom 7 Juli 2005, di London, Inggris menewaskan 52 korban meninggal, 700 luka-luka. Empat bom meledak di titik berbeda. Pertama di kereta api bawah tanah di Aldgate, London. Kemudian bom kedua di Edgware Road dan bom ketiga stasiun Russell Square. Bom keempat, berupa bom bunuh diri meledak berselang satu jam di bus double-decker di Tavistock Square, dekat Russell Square.
22 Maret 2016, digunakan di Belgia. Ledakan beruntun terjadi di bandara Brussel dan stasiun kereta bawah tanah atau metro, mengakibatkan 34 orang meninggal dan 230 lainnya luka-luka.
Baru-baru ini, 23 Mei 2017 terjadi ledakan sedikitnya 22 orang termasuk anak-anak tewas akibat ledakan Mother of Satan yang dilakukan Salman Abedi pemuda asal Libya. Sekitar 59 orang luka-luka. Kebanyakan penonton konser Ariana Grande merupakan anak-anak dan remaja putri didampingi orangtua mereka.
Akhirnya jenis bom ini digunakan pembom bunuh diri, 24 Mei di Terminal Kampung Melayu. Menewaskan 3 polisi, 2 pelaku dan 12 orang lainnya mengalami luka serius. Namun sayangnya, masih ada yang mengatakan bahwa peristiwa pemboman ini direkayasa kepolisian.