Aku baru saja menyimak perbincangan Grand Syeikh Azhar Ahmad Thayyib dengan Kiyai Said Aqil di PBNU, 02.05.18, Kiyai Sa’id bicara tentang NU dan Islam Nusantara. Syeikh menanggapi pernyataan-pernyataan Kiyai Sa’id dengan sangat santun, kritiknya sangat indah. Pandangan moderasinya sangat tampak.
Beberapa pandangannya yang sempat aku catat adalah ini :
1. Agama ini datang dan turun di masyarakat Arab. Dibawa oleh orang Arab yang menjadi utusan Allah, bernama Muhammad. Kita tidak menjadi mukmin tanpa percaya kepada beliau.
2. Kita kaum muslimin harus bersatu, tidak boleh bermusuhan dan bercerai berai.
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu bertengkar yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
3. Kami menganut pandangan Ahlussunah wal Jamaah Asy’ariyah. yang mengatakan :
ندين بأن لا نكفر أحدا من أهل القبلة بذنب يرتكبه؛
“Kami tak mengkafirkan siapapun yang masih shalat menghadap kiblat, meski dia melakukan dosa besar, sepanjang dia tidak menganggap/menghukumi halal perbuatan dosa besar itu.”
Beliau selanjutnya mengatakan :
4. “Kita tidak boleh fanatik atas pandangan kita, dengan menganggap hanya dirinyalah yang benar, sedang orang lain sepenuhnya salah”.
5. “Kita harus mencari hal-hal yang sama, bukan mencari-cari hal-hal yang berbeda”.
6. “Kita tidak boleh men-generalisasi keburukan seseorang atau sebagian orang dari suatu golongan sebagai keburukan semua orang dalam golongan itu. Pada setiap golongan ada orang-orang yang punya pandangan berbeda. Termasuk di Sunni juga”.