Meraih Lailatul Qadar Mudah, Ini Tata Caranya

Meraih Lailatul Qadar Mudah, Ini Tata Caranya

Meraih Lailatul Qadar Mudah, Ini Tata Caranya
Ilustrasi: Alvin/Islamidotco

Lailatul Qadar adalah malam yang paling diincar dan diburu di bulan Ramadhan. Keuntungan yang bisa diperoleh cukup menggiurkan, dari satu malam berlipat jadi seribu bulan. Kalau dalam bisnis, ini yang namanya modal sedikit untungnya luar biasa fantastis. Murah meriah dan mudah meraih. Ditempuh hanya dalam waktu singkat, tapi hasilnya menembus batas. Melampaui batas usia seseorang bahkan sampai anak-anak cucunya. Ibarat sekali mendayung, ini bukan lagi dua pulau yang terlampaui, tetapi ribuan pulau. Tidakkah kita terpikat untuk mendapatkannya? Andai saja Lailatul Qadar itu adalah perempuan cantik dan menawan, baik akhlak dan perilakunya. Tidakkah kita tertarik untuk meminang dan mempersuntingnya?

Untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar, Rasulullah SAW secara teoritis mengajarkan kepada kita untuk mencarinya di malam-malam ganjil di sepuluh terakhir Ramadhan. Ada banyak hadis yang menjelaskan hal ini, antara lain Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut:

تَحَرَّوْا ليلة القدرِ في الوِتْرِ من العشرِ الأواخرِ من رمضانَ

Artinya:

“Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil di sepuluh terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

فالتمِسوها في العشرِ الأواخرِ فإنَّها في وِترٍ في إحدَى وعشرين أو ثلاثٍ وعشرين أو خمسٍ وعشرين أو سبعٍ وعشرين أو تسعٍ وعشرين أو في آخرِ ليلةٍ فمن قامها ابتغاءَها إيمانًا واحتسابًا ثمَّ وُفِّقتْ له غُفِر له ما تقدَّم من ذنبِه وما تأخَّر

Artinya:

“Carilah (Lailatul Qadar) di sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Sesungguhnya ia ada di antara malam ganjil ke 21, 23, 25, 25, 27, 29 atau di malam terakhir. Orang yang beribadah dan mencarinya karena iman dan berharap pahala hanya dari Allah, kemudian ia mendapatkannya, maka Allah akan ampuni dosanya yang telah berlalu dan akan datang.” (HR. Ahmad)

Berdasarkan pada hadis di atas dan hadis-hadis lain yang semakna, para ulama sepakat kalau Lailatul Qadar lumrahnya terjadi pada malam yang ganjil di sepuluh terakhir Ramadhan meski bisa juga di malam ganjil lainnya. Sebagian ulama kemudian ada yang menjelaskan dan memprediksi kapan waktunya Lailatul Qadar di malam yang ganjil itu berdasarkan permulaan hari puasa. Sebut misalnya imam al-Ghazali dan Syaikh Abu al-Hasan al-Syadzili.

Menurut imam al-Ghazali kalau Awal Puasa (AP) Rabu atau Ahad, Lailatul Qadar (LQ) tanggal 29. AP hari Senin, LQ tanggal 21. AP hari Selasa atau Jum’at, LQ tanggal 27. AP hari Kamis, LQ tanggal 25. AP hari Sabtu, LQ tanggal 23. Sedangkan menurut Syaikh Abu al-Hasan al-Syadzili, bila AP hari Ahad, LQ tanggal 29. AP hari Senin, LQ tanggal 21. AP hari Selasa, LQ tanggal 27. AP hari Rabu, LQ tanggal 19. AP hari Kamis, LQ tanggal 25. AP hari Jum’at, LQ tanggal 17. AP hari Sabtu, lQ tanggal 23.

Prediksi kedua tokoh besar tasawuf ini berangkat dari pengalaman ruhani dan perjalanan spiritual mereka dalam meraih sukses Lailatul Qadar. Hasilnya tidak sama. Karena pengalaman ruhani memang tidak harus sama. Maka sangat memungkinkan setiap orang akan punya pengalaman berbeda tentang kapan waktu dan terjadinya malam mulia itu. Bahkan tidak menutup kemungkinan, hal itu bisa juga terjadi pada malam yang genap. Hal ini sebagaimana Rasulullah SAW juga pernah bersabda bahwa Lailatul Qadar terjadi pada malam ke 24 (lailatu al-qadr lailatu arba’a wa ‘isyrin). (HR. Ahmad)

Oleh karena itu, Rasulullah SAW dalam mencari Lailatul Qadar pada prakteknya tidak hanya membatasi pada malam yang ganjil saja. Tetapi beliau memburu Lailatul Qadar pada semua malam di sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Hal ini antara lain bisa dilihat dari penuturan sayyidah Aisyah sebagai berikut:

كَانَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَ أَحْيَ لَيْلَهُ وَ اَيْقَظَ أَهْلَهُ

Artinya:

“Nabi SAW bila masuk sepuluh terakhir Ramadhan, beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan (mengajak) keluarganya untuk beribadah.” (HR. Bukhari)

كَانَ رَسُوْلُ اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِيغَيْرِهَا

Artinya:

“Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh di sepuluh terakhir Ramadhan di mana hal itu tidak pernah dilakukan pada malam-malam lainnya.” (HR. Muslim)

Itulah yang dilakukan Rasulullah SAW dalam mendapatkan malam Lailatul Qadar. Cara seperti ini diikuti oleh keluarga, para Sahabat dan tabi’in. Sebenarnya imam al-Ghazali dan Syaikh Abu al-Hasan al-Syadzili pun tidak membatasi pada malam yang ganjil saja dalam memburu Lailatul Qadar. Pada prakteknya mereka dan ulama-ulama lain menjadikan sepuluh malam terakhir semuanya sebagai momentum untuk mendapatkan Lailatul Qadar. Adapun prediksi-prediksi di atas adalah hasil temuan mereka dan tidak hendak menjustifikasi bahwa Lailatul Qadar pasti terjadi sesuai temuan mereka.

Manakah yang akan kita pilih dalam mencari malam Lailatul Qadar, teori atau prakteknya?

Meraih Lailatul Qadar sebenarnya cukup mudah. Modalnya hanya waktu, menghilangkan rasa malas dan menekan hawa nafsu. Siapkan waktu untuk sepuluh hari terakhir Ramadhan dengan hanya fokus beribadah. Tinggalkan kesibukan duniawi dan ganti dengan aktivitas-aktivitas ukhrawi. Hanya sebentar, kita tidak akan pernah merugi. Buang jauh-jauh rasa malas dan kontrol nafsu kita secara baik. Terus sugesti dan motivasi diri sendiri agar spirit tetap terjaga dan tidak kendor. Semoga kita bisa meraih kemuliaan malam Lailatul Qadar.

Allahumma innaka ‘afuwwun karimun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anna, amiin ya Rabbal ‘Alamin.