Kakek Hasyim, mantan sukarelawan Konfrontasi Indonesia Malaysia tahun 1965 hidup dengan kesendiriannya. Setelah istri tercintanya meninggal, ia memutuskan untuk tidak menikah dan tinggal bersama anak laki-laki satu-satunya yang juga menduda Haris dan dua orang anak Haris bernama Salman dan Salina.
Hidup di perbatasan Indonesia Malaysia membuat persoalan tersendiri, karena masih didominasi oleh keterbelakangan dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Masyarakat perbatasan harus berjuang setengah mati untuk mempertahankan hidup mereka, termasuk keluarga Hasyim, namun kesetiaan dan loyalitasnya pada bangsa dan Negara membuat Hasyim bertahan tinggal.
Haris anak Hasyim, memilih hidup di Malaysia karena menurutnya Malaysia jauh lebih memberi harapan bagi masa depannya. Dia juga bermaksud mengajak seluruh keluarga pindah ke Malaysia termasuk bapaknya.
Kisah di atas adalah penggalan kisah dari film “Tanah Surga, Katanya”. Ini adalah film yang menceritakan tentang keluarga kecil di dusun dekat kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia. Film ini raih film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2012 yang disutradarai oleh Gatot Brajamusti, Deddy Mizwar dan Bustal Nawani ini menggambarkan betapa tanah air perlu dicintai.
Indonesia di Tapal Batas Hari Ini
Tak dipungkiri, kemegahan bangunan fisik mampu membuat orang kagum. Keasrian dan kebersihan suatu tempat juga bisa membikin orang betah di suatu tempat.
Dulu, pos-pos perbatasan Indonesia dengan negara tetangga dilaporkan jauh dari kesan gagah, bersih, dan membanggakan. Kondisi ini dicoba diubah. Kini masyarakat Indonesia di kawasan terdepan tak perlu malu lagi dengan hasil pembangunan negara.
Jika banyak masyarakat berpikir bahwa citra pembangunan negara dilihat dari Ibu Kota, hal tersebut sepertinya tidak menjadi satu patokan baku bagi pemerintah saat ini.
Hal ini dibuktikan dengan pembangunan pos perbatasan Indonesia dengan negara tetangga di berbagai wilayah. Pos yang dulu tidak layak untuk ditempatkan di pintu gerbang negara Indonesia kini disulap menjadi lebih besar dan megah.
Pemerintah membangun kawasan-kawasan perbatasan. Diharapkan pembangunan ini bisa menumbuhkan kebanggaan dari masyarakat Indonesia di perbatasan.
Bandara Miangas adalah salah satu pembangunan di pulau terdepan Indonesia. Sebagaimana diketahui, pulau itu berbatasan dengan Filipina. Bahkan jarak ke Filipina hanya 48 mil laut. Kehadiran bandara ini bisa menjadi sarana memperkuat kohesi Miangas dengan kawasan Indonesia lain.
Bandara Miangas memiliki landasan berukuran 1.400 x 30 m, dengan luas gedung terminal 356 meter persegi. Proyek ini menggunakan duit senilai Rp 320 miliar.
Selain bandara, Pos Lintas Batas Negara (PLBN) adalah hal yang bisa menjadi kebanggaan masyarakat perbatasan.
Jokowi pernah malu betul atas kondisi pos yang compang-camping. Dulu, pos perbatasan Indonesia terlihat kalah telak ketimbang pos perbatasan negara tetangga di seberang.
“Di perbatasan Entikong (Kalimantan Barat), yang berpuluh tahun tak pernah kita urus. Dua tahun yang lalu saat kita ke sana, saya betul-betul malu melihat kantor di seberang, tetangga kita. Saya harus ngomong itu seperti kandang, betul-betul seperti kandang. Tapi sekarang empat kali lebih baik dari tetangga kita,” Presiden dalam sambutannya pada acara Forum Rektor Indonesia, JCC Senayan, Jakarta beberapa waktu lalu.
Kini PLBN Entikong sudah bagus, konon lebih baik lima kali lipat ketimbang pos yang dipunyai Malaysia. Tidak lagi seperti kandang. Gedungnya berhias ornamen-ornamen khas Dayak. PLBN ini diresmikan Jokowi pada 21 Desember 2016. Anggaran untuk membangun PLBN ini sebesar Rp 152,5 miliar.
Selain itu, ada PLBN Motaain yang sudah jadi. Terletak di Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT), bangunan ini mengadopsi desain rumah adat Belu, Mbaru Niang. Kontrak pembangunannya senilai Rp 82,07 miliar, dikerjakan sejak 3 Agustus 2015. Kini masyarakat Indonesia di sana bisa berbangga punya bangunan yang lebih gagah ketimbang di Timor Leste.
PLBN Motaain sendiri diresmikan Jokowi pada 28 Desember 2016. Kini tempat itu sudah digemari masyarakat setempat, bahkan jadi tempat swafoto alias selfieorang-orang perbatasan dua negara. Saat peresmian, Jokowi menekankan bahwa ini adalah soal kebanggaan.
“Jadi ini masalah kebanggaan. Masalah wajah kita. Bukan hanya masalah wajah NTT, tapi wajah Indonesia,” kata Presiden Jokowi.
Selain bangunan fisiknya yang dipercantik, Jokowi memerintahkan menghentikan praktik pungutan liar (pungli) di perbatasan. Ada pula PLBN lain yang dibangun, yakni PLBN Terpadu Aruk, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat; PLBN Terpadu Nanga Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat; PLBN Terpadu Wini, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur; PLBN Terpadu Motamasin, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur; dan PLBN Skouw, Kota Jayapura, Papua.
Apa yang di lakukan Jokowi persis seperti Salman dalam film ‘Tanah Surga Katanya’ saat melihat Salam seorang pedagang yang menjadikan bendera merah putih pusaka Indonesia sebagai bungkus dagangan. Nilai nasionalisme Salman yang telah subur membuatnya tak rela melihat peristiwa itu. Ia pun melakukan barter, satu sarung beliannya ditukar gratis dengan bendera merah putih tersebut demi menghargai Indonesia.
*) Awan Kurniawan