Dikisahkan dalam kitab Irsyadul Ibad Ila Sabili al-Rasyad karya Syekh Zainuddin Abdul Aziz al-Malibari, bahwa pada masa dahulu di Mesir ada seorang laki-laki kaya pedagang kurma yang bernama ‘Athiyah bin Kholaf. Dia adalah sosok yang kaya raya. Hingga karena suatu hal, ia menjadi miskin. Tidak punya apa-apa, kecuali pakaian yang melekat di badan untuk menutupi auratnya.
Ketika datang hari Asyura, ia melakukan shalat subuh di masjid Amru bin Ash. Di masjid ini, terdapat kebiasan di mana pada hari-hari biasa para wanita tidak diperbolehkan masuk masjid, kecuali pada hari Asyura. Para wanita hanya dperbolehkan masuk di hari Asyura saja dengan tujuan untuk berdo’a.
Di masjid tersebut, ‘Athiyah bin Kholaf berdo’a bersama banyak orang. Sementara dia duduk terpisah dari para wanita, tiba-tiba datang seorang wanita bersama anak-anak kecil kepadanya. Sang wanita tersebut berkata, “wahai tuan, aku meminta kepada anda. Demi Allah, semoga tuan bisa meringankan kesulitan yang menimpaku, dan sudi untuk memberi sesuatu yang bisa aku gunakan untuk memenuhi kebutuhan makan anak-anak ini. Karena bapak mereka sudah meninggal, dan tidak meninggalkan sesuatu apapun untuk mereka. Aku adalah seorang syarifah. Aku tidak tahu siapa yang aku tuju. Dan aku tidak keluar kecuali hari ini, itu pun karena darurat yang membuatku mengorbankan diriku. Dan hal tersebut bukanlah kebiasaanku.”
Mendengar curhatan tersebut, ‘Athiyah pun berkata dalam hatinya, “aku tidak mempunyai sesuatu. Tidak ada yang aku miliki kecuali baju ini. Jika aku lepas, maka terbukalah tubuhku. Jika wanita ini aku tolak, alasan apakah yang bisa aku kemukakan pada Rasulullah Saw.”
Pada akhirnya, ‘Athiyah berkata kepada wanita tersebut, “mari ke rumahku. Aku akan memberimu sesuatu.”
Wanita tersebut akhirnya mengikuti ‘Athiyah hingga sampai di rumahnya. Setelah sampai di rumah, ‘Athiyah menyuruh perempuan tersebut menunggu di depan pintu rumahnya. ‘Athiyah pun masuk ke rumah, dan mencopot bajunya. Dia ganti mengenakan sarung lusuh yang ia punya, dan memberikan baju yang asalnya dia pakai kepada wanita dari sisi pintunya.
Setelah diberi baju oleh ‘Athiyah, perempuan tersebut lalu berdo’a, “semoga Allah memberikan kepada tuan pakaian-pakaian surga, dan tuan tidak akan membutuhkan kepada orang lain selama hidup tuan.”
Mendengar do’a tersebut, ‘Athiyah merasa sangat senang. Ia lalu menutup pintu rumahnya, dan masuk ke dalam rumahnya lalu tidur. Ketika tidur, ia bermimpi melihat bidadari cantik dan belum pernah melihat wanita yang lebih cantik darinya. Di tangan wanita tersebut, terdapat buah apel yang mengharumkan antara langit dan bumi.
Buah apel tersebut kemudian diberikan kepada ‘Athiya. Dan ketika buah apel dibelah, dari belahan apel tersebut keluar pakaian dari pakaian surga yang tidak terbanding dengan dunia dan seisinya. Pakaian tersebut kemudian dipakaikan kepada ‘Athiyah bin Kholaf. Setelah pakaian dikenakan pada ‘Athiyah, bidadari itu duduk dipangkuannya.
Athiyah lantas bertanya, “siapakah kamu ini?” “Aku adalah ‘Asyura, istrimu di surga,” jawab bidadari itu.
“Dengan amal apakah aku memperoleh kemuliaan seperti ini?” tanya ‘Athiyah.
Sang bidadari lalu menjawab: “dengan seorang janda miskin, dan anak-anak yatim yang kemarin engkau berbuat baik kepada mereka.”
‘Athiyah lalu terbangun dari tidurnya, dan dia sangat senang. Kesenangan yang dirasakan oleh ‘Athiyah itu tentu saja diketahui oleh Allah Swt. Ia lalu mengambil air wudhu, dan melaksanakan shalat dua rakaat sebagai tanda rasa syukurnya kepada Allah Swt. Kemudian Athiyah mengangkat pandangannya ke langit seraya berdoa:
إلهي إن كان منامي حقا، وهذه زوجتي في الجنة فاقبضني إليك
“Wahai Tuhanku. Apabila mimpi dalam tidurku itu benar, dan bidadari dalam mimpiku itu adalah istriku di surga, maka matikanlah aku saat ini juga untuk bertemu dengan-Mu.”
Belum selesai do’a dipanjatkan oleh ‘Athiyah, Allah Swt menyegerakan ruhnya untuk ke surga Daarussalaam.
Hari Asyura adalah hari kasih sayang, hari lebarannya anak-anak yatim. Oleh karena itulah, di hari Asyura ini, mari kita berbagai kasih sayang kepada mereka. Membahagiakan mereka, dengan memberikan santunan atau bantuan yang bisa membuat mereka bahagia. Dan jangan lupa meminta tolong kepada mereka untuk mendo’akan kita, supaya kita semua kelak disandingkan dengan Rasulullah saw di surga.
Sebab, Rasulullah Saw sangat menyayangi anak-anak yatim dan beliau lebih menyayanginya lagi di hari Asyura yaitu pada 10 Muharram. Karena di tanggal inilah, Rasulullah Saw pernah menjamu dan bersedekah kepada anak yatim dan keluarganya. Oleh sebab itulah, salah satu amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan di hari Asyura adalah memperbanyak sedekah dan menyantuni anak yatim. Dan berbagai amalan sunnah lainnya.