Feminisme masih menjadi topik yang hangat dibicarakan selama masih ada sudut pandang yang beranggapan bahwa siapapun yang lebih kuat boleh menindas yang lemah. Semakin ramai feminisme dibahas ternyata semakin banyak pula yang asal nilai terhadap feminisme maupun feminis.
Misalnya anggapan feminisme benci laki-laki, feminisme anti pernikahan, feminisme menjadikan istri durhaka pada suami dan masih banyak lagi. Kita bahas satu-satu yuk, tapi pembahasan singkat ini tidak bisa mewakili jawaban dari semua aliran feminisme, kamu tetap harus budayakan baca ya sobat!
Pertam, feminisme adalah aliran dari Barat
Feminisme bukan aliran dari barat yang dibawa ke Indonesia, faktanya setiap negara mempunyai sejarah perjuangan masing-masing untuk kesetaraan relasi laki-laki dan perempuan, begitupun di Indonesia. Mungkin kita lebih mengenal dengan emansipasi, tapi leluhur kita telah mengenal kesetaraan relasi laki-laki dan perempuan sebelum datangnya penjajah.
Selain itu Al-Quran menyebutkan secara jelas relasi kerjasama laki-laki dan perempuan dalam beberapa ayat, seperti; QS. At-Taubah: 71, QS.Ali Imran; 195, QS. An-Nisa’: 124, QS.An-Nahl: 97, QS. Al-Mu’min: 40, QS. Al-Ahzab: 35, QS. Al-Hadid: 12.
Kedua, feminisme benci laki-laki
Tidak! Feminisme tidak membenci laki-laki, feminisme membutuhkan laki-laki untuk bekerjasama membentuk relasi yang setara.
Lalu kenapa, sih, feminisme kok selalu perempuan yang dibahas dan dibela? Karena saat ini banyak perempuan yang menjadi kelompok rentan atas dominasi akibat relasi yang tidak setara.
Sederhananya seperti ini, lho, mari kita saling menghargai hak asasi manusia masing-masing. Jika di HAM ada hak berpendapat, berkumpul dan berserikat maka hak tersebut juga berlaku untuk laki-laki dan perempuan, begitupun dengan hak-hak lain yang tertera dalam HAM.
Namanya saja hak asasi manusia, bukan hak asasi laki-laki ataupun hak asasi perempuan. Ingat Q.S. Al-Mu’min: 40, “Dan barang siapa berbuat keburukan, maka ia tidak akan dibalas kecuali yang sebanding dengannya. Barang siapa yang mengerjakan kebaikan baik laki-laki ataupun perempuan, dan dia beriman maka mereka semua akan masuk surga dan mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa ada perhitungan”.
Fyi, tidak menghargai makhluk cipataan Tuhan itu keburukan, hehe…
Ketiga, feminisme anti pernikahan
Menikah atau tidak itu pilihan masing-masing sobat, kalau kamu menikah kamu tetap feminis dan kamu bisa menerapkan nilai-nilai keadilan dalam relasi laki-laki dan perempuan pada anak-anakmu, pasanganmu, mempersiapkan generasi selanjutnya yang adil sejak dalam pikiran, menikah tidak akan meruntuhkan ideologi feminismu.
Kalaupun belum menikah ataupun memilih tidak menikah kamu tetap bisa menerapkan nilai-nilai feminis dalam kehidupan sehari-hari. Jadi meskipun temanmu feminis dan menikah, belum menikah ataupun tidak menikah, itu adalah pilihannya, kita tidak pernah tau kan kapan jodoh seseorang datang, ya, kan?
Sebenarnya masih banyak lagi anggapan-anggapan miring lainnya yang ditujukan ke feminisme, tapi paling sering dijumpai adalah tiga hal di atas.
Semoga cerita di atas bisa jadi bahan sharing yang bermanfaat. Untuk kalian yang ingin membaca lebih banyak tentang hubungan relasi laki-laki dan perempuan dalam Islam, bisa baca buku karya ulama-ulama kita, salah satunya buku Qira’ah Mubadalah karya Kyai Faqihuddin Abdul Kodir santri dari KH. Husein Muhammad Asyrafuddin.
Wallahu a’lam.