
Belum lama sejumlah kalangan mengusulkan ini KH M Yusuf Hasyim menjadi pahlawan nasional. Mereka menganggap Komandan pertama Barisan Ansor Serbaguna (Banser) mempunyai perjuangan dan pengabdian panjang untuk bangsa dari zaman penjajah hingga orde reformasi. Selain itu kiprahnya yang luar biasa dalam dunia militer, politik, sosial, kenegaraan, pendidikan dan dunia pesantren.
“Karenanya Kiai Yusuf Hasyim adalah orang yang pantas diberikan gelar Pahlawan Nasional,” ungkap Menteri Kebudayaan Fadlizon. Kelayakan Kiai Yusuf Hasyim mendapatkan gelar pahlawan nasional salah satunya adalah keterlibatannya dalam perjuangan fisik. Selain itu lanjut Fadli, sangat besar terutama pada peristiwa pengkhianatan Partai Komunis Indonesia (PKI) 1948.
Pria kelahiran 3 Agustus 1929 merupakan putra bungsu dari pasangan KH M Hasyim Asy’ari dengan Nyai Nafiqoh. Tebuireng menjadi bagian yang tidak terpisahkan pada masa kecilnya dan juga menggali ilmu agama. Ketika melakukan perjalanan, Kiai Hasyim sering meminta Yusuf kecil untuk mengulangi hafalan ayat-ayat Al-Quran. Ketika umur 12 tahun, Yusuf mondok di Pesantren Al-Quran Sedayu Lawas, Gresik. Pendalaman ilmu keagamaannya kemudian berlanjut ke pesantren Krapyak, Jogjakarta. Beliau sempat juga menjadi santri pesantren modern Tegal, Ponorogo.
Dalam Biografi KH M Yusuf Hasyim terbitan Pustaka Tebuireng, mulai berkiprah dalam dunia militer sejak umur 16 tahun. Ketika itu masuk menjadi anggota Laskar Hizbullah. Beliau juga terlibat dalam peristiwa 10 November di Surabaya sebagai komandan kompi dari sisi barat.
Meski tidak mengenyam pendidikan formal, Pak Ud terkenal rajin membaca dan banyak bergaul dengan kalangan terpelajar. Kebiasaan ini yang kemudian hari mendukungnya menjadi politisi dan salah satu tokoh nasional. Kariernya dalam dunia politik bisa dibilang cemerlang.
Pak Ud pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR) periode 1967-1977. Kemudian juga terjun ke partai politik dan menjadi anggota DPR RI tahun 1980 dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Pada era Orde Baru pernah menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan. Bahkan Pak Ud sempat mendirikan Partai Kebangkitan Ulama (PKU).
Dunia pendidikan di pesantren
Dunia pesantren memang selalu lekat dengan sosok Pak Ud. Dirinya tercatat pernah menjadi Pengasuh Pesantren Tebuireng mulai 1965 hingga 2006. Salah satu jasanya dalam untuk pesantren mendirikan sekolah di lingkungan Pesantren Tebuireng. Tak tanggung-tanggung mulai dari SMP hingga SMA. Padahal ketika itu sekolah umum masih sangat asing jika ada dalam pesantren. Pada tahun 1965 juga mendirikan perguruan tinggi bernama Universitas Hasyim Asyari (Unhasy).
Namun ide ini juga menimbulkan kekhawatiran. Bahkan banyak yang merasa cukup aneh. Adanya perguruan tinggi pesantren akan berbenturan dengan tradisi ilmiah pesantren. Namun pada penghujung pengabdian di Tebuireng Pak Ud bahkan merintis pendirian Ma’had Aly.
Pak Ud wafat karena sakit di RSUD dr Soetomo Surabaya tanggal 14 Januari 2007. Jenazahnya dimakamkan di maqbarah Pesantren Tebuireng.