Hari Jum’at bagi umat Islam disebut sebagai Sayyidul Ayyam. Raja dari 7 hari. Di hari ini, setiap muslim pasti memuliakannya dengan memakai wangi-wangi, bersedekah, dan membaca ayat-ayat suci al-Qur’an. Bahkan, siapapun yang meninggal di hari Jum’at diyakini khusnul khotimah. “kok beruntung banget ya, orang itu meninggal di hari jum’at “, demikian komentar orang kampung. Hari Jum’at adalah berkah.
Di hari Jum’at, setiap Muslim yang sudah baligh diwajibkan untuk menjalankan ibadah sholat Jum’at. Yang mana sebelum sholat Jum’at itu ada khutbah atau ceramah dari kiai, ustadz, atau ulama sekitar. Mereka ini yang menyampaikan pesan-pesan kepada jama’ah. Jama’ah tentu sangat menyukai pesan yang sangat singkat, padat, jelas, alias khutbah yang pendek, dibanding khutbah yang panjang dan lama.
Ini soal selera. Kamu suka pasangan yang to the point atau yang melipir-melipir dulu.
Dalam tulisan ini, penulis ingin menguak inti dari pesan khotib di setiap hari Jum’at. Di mana pun bapak khotib berkhutbah, pesan-pesannya selalu sama. Yakni mengajak untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Mengajak untuk berbuat baik dan menghindari perbuatan buruk. Pesannya selalu itu, berulang-ulang, setiap Jum’at tiba. Bertaqwa, bertaqwa, dan bertaqwa.
Coba kita amati bersama, pesan apapun di dalam khutbah Jumat isinya tentang itu. Tidak boleh menyakiti orang lain dengan ucapan maupun perbuatan, tidak boleh merugikan negara dengan korupsi, tidak boleh menganiaya buruh, tidak boleh berbuat fitnah, dan lain-lain. Ajakannya adalah mari berbuat baik kepada sesama, tanamkan rasa cinta kepada siapapun tanpa memandang apa agamanya, bantulah orang yang sedang tertimpa musibah, kalau membuat masakan, kuahnya diperbanyak untuk disedekahkan kepada tetangga sekitar, dan lain sebagainya.
Memang, itulah inti dari ajaran Islam atau agama. Bertaqwa.Hadis nabi pun menyatakan: Allah tidak melihat rupa, tidak melihat harta, Allah melihat isi hati dan amal pebuatan kita. (HR Muslim).
Pesan-pesan untuk bertaqwa selalu kita dengar dan berulang ulang. Karenanya, di daerah saya tinggal, khutbah Jumat yang panjang kali lebar kali tinggi, cenderung tidak disukai. Masyarakat kampung sukanya yang pendek-pendek. 10-15 menit selesai. Bahkan mungkin ada yang lebih cepat lagi, terutama yang pakai bahasa Arab. Karena masyarakat sudah tahu, ujungnya adalah mengajak untuk bertaqwa.
Tips Khutbah Jum’at
Mengapa masyarakat tidak suka dengan ceramah atau khutbah yang panjang? Adalah pertanyaan menarik. Hipotesa singkat saya, karena hidup di masyarakat itu sudah terlalu serius. Jangan dibebani dengan khutbah Jumat yang serius-serius, apalagi ditunggangi dengan agenda politik. Khutbah Jum’at tak tak lebih sebagai ajang untuk mengingatkan.
Catatan, khutbah Jum’at berbeda dengan pengajian. Pengajian bisa berjam-jam, karena kiainya yang lucu, memberikan wawasan yang sangat luas tentang sejarah, kebudayaan, dan ada selingan seni rebana atau musik sebagai hiburan.
Oleh sebab itu, tulisan saya ini ingin mengajak kepada bapak khotib di manapun berada ketika khutbah jum’at jangan lama-lama, kasihan jama’ahnya.
Ada tips untuk mengukur supaya khutbah jumat kita maksimal. Pertama, sebelum naik mimbar, kita baca kembali teks khutbah yang mau kita sampaikan, ukurlah dengan menggunakan menitan. Kedua, saya yakin, semua isi khutbah yang ingin khotib sampaikan adalah baik semua, namun perlu diukur, pilihlah poin-poin yang paling penting. Kan sayang, semuanya bila tidak disampaikan? Tenang, minggu depan masih ada hari Jumat. Ketiga, hindari kalimat-kalimat yang dapat memprovokasi jamaah, seperti ajakan untuk membenci kelompok tertentu. Keempat, baca banyak referensi dan merujuk kitab yang mu’tabar (recommended) bila ingin mengemukakan dalil, dan lihatlah situasi atau konteks saat ini. Kelima, minta komentar dari jamaah yang mendengarkan khutbah anda. Mereka ini yang dapat meningkatkan kualitas khutbah anda.
Lima poin itu bila dipraktikkan dengan baik, insya Allah banyak jamaah yang tidak tidur saat anda khutbah. Wallahhua’lam.
M. Autad An Nasher, penulis bisa disapa melalui akun twitter @autad.