Mengapa Manusia Takut Mati? Begini Penjelasan Guru Besar UIN Jakarta

Mengapa Manusia Takut Mati? Begini Penjelasan Guru Besar UIN Jakarta

Mengapa ada manusia yang takut mati? Prof. Said Agil Husin Al Munawar, Guru Besar Bidang Fikih UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjawab pertanyaan tersebut.

Mengapa Manusia Takut Mati? Begini Penjelasan Guru Besar UIN Jakarta
Kematian merupakan rahasia Allah Swt.

Kematian merupakan sebuah rahasia Allah Swt. Tidak ada manusia yang mengetahui ajalnya. Ia hanya dituntut untuk mempersiapkan sebaik mungkin agar akhir hidupnya baik (husnul khatimah). Tujuannya agar ketika ajalnya datang, ia telah memiliki bekal yang cukup untuk di akhirat. Akan tetapi, di antara manusia, ada sebagian mereka yang takut mati. Mengapa ada manusia yang takut mati?

Mengapa Manusia Takut Mati?

Menurut Prof. Said Agil Husin Al Munawar, Guru Besar Bidang Fikih UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ada dua alasan di balik ketakutan seseorang terhadap kematian. Hal ini ia sampaikan dalam kegiatan Halaqah Tafsir yang diselenggarakan di Masjid Bayt al-Qur`an, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, pada Rabu (2/8) kemarin.

“Kenapa orang takut mati? Karena gambarannya dia nanti sendirian di kuburan, tidak ada yang membantunya,” terangnya.

Ulama kelahiran Palembang tersebut membandingkan keadaan sendiri di kuburan dengan keadaan saat masih di dunia. Pada saat masih di dunia, seseorang bisa meminta bantuan kepada pasangan, keluarga, maupun kerabat.

“Tapi, kalau di kuburan, minta bantuan sama siapa?” ungkapnya.

Alasan yang kedua, menurut Said Agil, adalah karena ketika seseorang mati, maka dirinya tak akan pernah kembali ke dunia.

“Maka pikirannya macam-macam, ‘kalau saya mati, saya di dunia sudah sekian tahun, sudah kumpulkan duit banyak, rumah banyak, cuma istri yang nggak banyak. Siapa yang akan membawanya?’,” ia mencontohkan.

Kematian Hanya Berbeda Tipis Dengan Tidur

Prof. Said Agil Husin Al Munawar menjelaskan bahwa kematian itu tidak jauh berbeda dengan tidur. Kedua hal itu hanya beda tipis saja.

“Kalau orang yang mati, berarti dia tidur tidak bangun lagi. Tapi, kalau orang yang tidur, dia mati tapi bangun lagi. Iya, kan? Bedanya, kan, hanya itu. Itulah ayat 42 dari surah Az Zumar,” paparnya. Ia melanjutkan dengan membacakan ayat yang dimaksud.

اَللّٰهُ يَتَوَفَّى الْاَنْفُسَ حِيْنَ مَوْتِهَا وَالَّتِيْ لَمْ تَمُتْ فِيْ مَنَامِهَا ۚ فَيُمْسِكُ الَّتِيْ قَضٰى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْاُخْرٰىٓ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّىۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

“Allah yang mematikannya ketika Allah kehendaki mati. (Tapi) ketika Allah tidak kehendaki mati, itulah orang yang sedang tidur. Kalau dia mati, Allah tahan ruhnya, kalau dia masih hidup lagi Allah kirim ruhnya itu sampai batas waktu tertentu, (yakni) kematian yang sebenarnya. Sesungguhnya, kata Allah, pada yang demikian itu pertanda kebesaran dan keagungan Allah bagi kaum yang berpikir,” Said Agil menerjemahkan.

Baca Juga: Tidur dan Kematian yang Berdekatan

Orang Beriman Tidak Takut Menghadapi Kematian

Pertanyaan lain yang diulas oleh Prof. Said Agil Husin Al Munawar adalah, mengapa manusia yang beriman tidak takut mati?

“Bagi seorang yang beriman, kematian itu adalah suatu nikmat. Nikmat sekaligus kebahagiaan,” bebernya.

Menurut sosok yang pernah menjabat sebagai Menteri Agama di era Kabinet Gotong Royong ini, orang beriman menganggap kematian sebagai nikmat karena membuat dirinya bisa segera bertemu dengan Sang Pencipta.

“Kenapa dikatakan nikmat? Karena dengan kematian itu mempercepat pertemuannya dengan penciptanya, (yaitu) Allah Swt. (Juga) mempercepat pertemuannya dengan makhluk yang paling dicintai-Nya, yaitu Rasulullah Saw.,” ulasnya.