Menelusuri Sejarah Abu Righal, Makamnya Selalu Dilempari Batu Orang Arab

Menelusuri Sejarah Abu Righal, Makamnya Selalu Dilempari Batu Orang Arab

Dalam riwayat disebut bahwa Abu Righal adalah penghianat orang Arab, tapi dalam riwayat lain disebut sebagai kaum Nabi Shaleh.

Menelusuri Sejarah Abu Righal, Makamnya Selalu Dilempari Batu Orang Arab
Ilustrasi

Abrahah merupakan Raja dari Negeri Najasyi, Yaman. Ia hendak menyaingi kemasyhuran Kakbah dengan membangun sebuah gereja yang diberi nama Al-Qullais yang bermakna bangunan tinggi, karena bangunan gereja itu memang tinggi, megah dan indah. Dia membangun gereja tersebut dengan tujuan agar orang-orang ketika musim haji tidak lagi berbondong-bondong menuju Makkah/Baitullah akan tetapi berbondong-bondong menuju gereja tersebut. Abu righal

Atas dasar motif tersebut Ia memutuskan untuk menghancurkan Kakbah.

Sebagaimana yang masyhur diceritakan, singkat cerita pasukan Abrahah kalah, semua pasukannya hancur. Diluluhlantahklan oleh Burung Ababil.

Walhasil. Raja Abrahah gagal menjalankan misinya.

Namun, walaupun peduduk Mekkah merasa senang invasi yang dilancarkan Abrahah gagal. Ternyata masyarakat Arab masih menyisakan dendam tersendiri. Bukan kepada Pasukan Abrahah yang telah lebur. Melainkan kepada salah seorang warganya sendiri. Ia dicap sebagai penghianat. Ia adalah Abu Righal.

Menurut Ibnu Ishaq sebagaimana dikutip Ibnu Hisyam di Kitab Siroh-nya, Abu Righal adalah seorang pemuda dari Bani Tsaqif di Kota Thaif yang menjadi guide dari Raja Abrahah ketika hendak menghancurkan Kakbah.

Pada waktu itu, tidak ada seorangpun warga Thaif yang menerima tawaran Abrahah untuk menunjukkan jalan menuju Mekkah, kecuali ia. Ia pun mengiringi rombongan Raja Abrahah hingga ke Mekkah.

Namun nahas, baru mengantarkan rombongan memasuki kawasan Mughammis (Sebuah daerah di Thaif) Sang guide menemui ajalnya. Jenazahnya kemudian dimakamkan di tempat itu pula.

Ia pun dikenang oleh orang Arab sebagai sosok penghianat. Tak cukup sampai di situ, setiap orang yang mempunyai sikap penghianat, pasti akan disemati dengan julukan ‘Abu Righal’.  Sebagai bentuk penghinaan atas seorang yang tega menghianati bangsanya.

Makamnya pun hingga kini tak pernah sepi dari peziarah. Bukan untuk mendoakan, namun untuk mengadiahkan batu, sandal dan apapun yang ia punya untuk dilemparkan.

Namun, dalam penelusuran saya terdapat versi lain mengenai Abu Righal ini. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menceritakan Abu Righal adalah leluhur dari Bani Tsaqif di Thaif. Ia merupakan umat dari Nabi Shaleh  atau Kaum Tsamud yang selamat dari adzab yang menimpa kaumnya berkat keberadaanya di Tanah Haram.

Ia selamat berkat kemuliaan Tanah Haram, Ia tidak mengalami adzab sebagaimana kaum Tsamud yang durhaka lain, walaupun selama hidupnya ia selalu mengingkari Nabi Shaleh.

Namun, ketika ia keluar dari tanah haram ia akhirnya menemui adzab yang sama sebagaimana kaumnya. Ia dijatuhi batu besar dari langit yang menghancurkannya.

Riwayat ini juga dikuatkan oleh Hadits yang diriwayatkan oleh Abi Dawud dalam Sunan-nya. Suatu ketika Rasulullah sedang berjalan di sekitar Kota Thaif bersama Abdulah bin Umar dan melewati sebuah kuburan sering dilempar oleh orang Arab. Tiba-tiba Rasulullah berkata:

“Ini adalah makam dari Abu Righal, ia merupakan leluhur kaum Tsaqif dan termasuk Kaum Tsamud. Ia selamat dari adzab yang menimpa kaumya sebab ia (berada) di tanah Haram, namun ketka ia keluar dari Tanah Haram ia pun mendapat adzab sebagaimana yang didapat kaumnya.”

Dari kedua riwayat diatas terlihat keduanya sangat kontradiktif antara riwayat dari Ibnu Ishaq dan Ibnu Katsir. Namun Ibnu Katsir dalam kitab sejarah monumentalnya Al-Bidayah wa al-Nihayah menyebutkan sebuah statement menarik:

والجمع بين هذا وبين ما ذكر ابن إسحاق أن أبا رغال هذا المتأخر وافق اسمه اسم جده الاعلى ورجمه الناس كما رجموا قبر الأول أيضا والله أعلم

“Titik temu dari riwayat saya dan riawayat Ibnu Ishaq adalah  bahwa Abu Righal yang terakhir (guide raja Abrahah) itu mencocoki Abu Righal awal -yang tak lain adalah leluhurnya. Hingga masyarakat Arab pantas untuk melempari makam keduanya.”

Kesimpulan yang ditulis oleh Ibnu Katsir memang beralasan. Dengan melihat realita fenomena pelemparan pada makam Abu Righal di Thaif, juga melihat riwayat dari keduanya. Keduanya memiliki sifat yang sangat dibenci oleh orang Arab. Yakni khianat. Abu Righal Yang pertama berkhianat pada Nabi Shaleh dengan tidak memercayai risalahnya. Sedangkan yang kedua menjadi penghianat bangsanya dengan menjadi penunjuk jalan musuh yang hendak menghancurkan kedaulatan bangsanya.

Maka pantas saja jika keduanya dikenang sebagai ‘penghianat’ dan diabadikan dalam makamnya yang selalu dilempari batu oleh orang Arab.

Nah, semoga tidak ada Abu Righal-Abu Righal lain di lingkungan kita yang tega menghianati bangsa. (AN)

Wallahu A’lam